Share

Dia Lagi

"malas banget sama Nara yang sekarang hobinya pacaran Mulu," gerutuku memilih belanjaan.

Bagaimana tidak menggerutu kalau biasanya akan ada Nara menemani aku berbelanja kebutuhan dan kaki ini aku terpaksa jalan sendiri karena gadis satu itu sedang disandera oleh cowok modelan oppa-oppa yang bikin meleleh kalau gak tau gimana kelakuannya yang urakan.

"Mana belanjanya banyak lagi," kembali aku mendumel.

"Mbak hati-hati dong," kata ibu-ibu yang trolinya gak sengaja ketabrak sama troliku.

"Maaf buk," kataku sungkan.

"Anak gadis zaman sekarang," ujarnya mendumel dan aku hanya bisa meringis saja.

"Malangsekalih nasipmu mainmunah," gumamku didalam hati.

"Udah ah, malas gw," kataku dan ngantri ditempat kasir.

"Ini lama banget deh," gerutuku tidak henti-hentinya.

"Mbak jangan dorong-dorong dong," kataku melotot kebelakang dan melihat seorang remaja asik bercanda ria dengan kekasihnya.

"Sirik," gumamnya dan aku kembali melotot.

"Pacar jelek gitu bangga banget," ujarku dan segera menuju kekasir untuk membayar belanjaanku.

"Totalnya 550 ribu mbak," kata simbak kasirnya.

"Iya mbak tunggu sebentar," ujarku dan sibuk membuka tas tanganku, tapi sialnya aku sama sekali tidak menemukan dompetku.

"Kalau gak punya uang jangan sok deh," kata si gadis yang mendorongku tadi.

"Yee, sabar dikit kenapa," gerutuku dan terus mencari dompetku.

"Mbak bica cepatan, banyak yang antri nih," kata si kasir lagi.

"Sebentar mbak," ujarku.

"Biar saya yang bayar," ujar suara di sebelahku.

"Semuanya 550 mas," kata sikasir dan aku hanya bisa diam melihat siapa yang membayarkan belanjaanku.

"Terimakasih," kata simbak kasir dan aku ditarik oleh si mas-mas yang sok baik hati itu.

"Ini belanjanya," kata si cowok urakan yang bikin sakit mata.

"Gak usah sok jadi pahlawan," gerutuku dan mengambil kantong belanjaanku dari tangannya.

"Terserah," kata sicowok urakan.

"Jangan sok baik, Lo bilang karena Lo nolongin gw sekarang gw bakalan suka sama Lo. Cowok berandalan, rusak dan gembel kayaklo bukan tipe gw, orang kayak kalian itu cuma pengganggu dan bikin resah aja, gak pantas buat di cintain," kataku berapi-api.

"Gw bakalan bikil Lo jatuh cinta sama gw," ujarnya sambil berlalu, aku cukup terkejut mendengar kata-katanya, aku fikir dia akan marah dan memakiku tapi dia malah mengatakan hal diluar dugaanku.

"Sinting," teriakku.

Sesampainya di kosan aku masih mendumel.

"Kenapa Lo?" Kata Nara saat melihat tampang kusutku.

"Ketemu cowok sinting," kataku.

"Lo yang sinting, belanja tapi dompet ditinggal dikamar gw," kata Nara yang membuat aku terkejut.

"Sialan," kataku semakin sewot.

"Terus itu bayar pakai apa?" Kata Nara melihat belanjaanku diatas mejanya.

"Nyolong," jawabku asal.

"Astaga anak satu ini," kata Nara menggeleng-geleng.

"Gw serem deh Ra," kataku memulai.

"Serem kenapa?" Ujar Nara.

"Ada cowok tatoan dan berandalan deketin gw," jawabku lagi.

"Lah kok bisa, kenal diaman Lo?" Ujar Nara.

"Panjang ceritanya, udah gw hina dan maki-maki eeehh dia malah mau bikin gw jatuh cinta, gila gak tuh?" Kataku lagi.

"Mantap tuh," ujar Nara.

"Mantap palalo," sewotku tidak terima.

"Ganteng gak?" Tanya Nara semangat.

"Lumayan sih, tapi ogah Ra, tatonya banyak banget," jawabku jujur.

"Yaaah, bukan tipe Lo dong," kata Nara.

"Bukan lah," ujarku lagi.

"Namanya siapa?" Kata Nara.

"Mana gw tau," kataku dan memejamkan mata.

"Oooii tidur kekamar Lo sana," ujar Nara mengguncang tubuhku.

"Bentar doang Oneng, pelit banget," kataku lagi.

"Dasar," gerutu Nara yang aku abaikan.

Keesokan harinya aku sibuk dengan urusan kampus sedangkan Nara entah pergi kemana.

"Capek," keluhku dan meregangkan otot-otot tanganku.

"Butuh asupan ini," gumamku lagi.

"Buk teh manis satu," ujarku kepada ibu kantin kampusku.

"Ok neng Tia," ujarnya.

"Banyak banget bukunya neng," kata ibu kantin.

"Dosennya killer buk," jawabku asal.

"Semangat neng," katanya dan aku hanya mengguk saja.

"Jangan terlalu sering minum yang dingin," sebuah suara mengagetkan aku yang sedang asik menyeruput es teh manisku.

"Bukan urusanmu," gerutuku.

"Dibilangin jangan ngeyel," ujarnya lagi dan duduk didepanku.

"Cari meja lain, gw malas liat yang urakan, bikin sepet," kataku galak.

"Galak banget, tambah bikin gemes," jawabnya yang membuat aku memutar bola mataku karena jengah.

"Mbak nasgor satu mbak," ujarnya yang membuat aku melotot.

"Cabut gak Lo," kataku lagi.

"Meja lain uda penuh, cuma ini yang kosong," katanya tetap duduk santai.

"Bodo amat," jawabku sebal.

"Ini mas Adit," ujar simbak kantin.

"Makasih mbak cantik," katanya yang bikin aku mual.

"Sama-sama mas," kata siembak dengan senyum malu-malu.

"Bikin mual," kataku kasar.

"Jangan cemburu sayang, tetap kamu yang dihati," ujar laki-laki yang aku baru tau namanya Adit itu.

"Dih, alergi gw dipanggil sayang sama berandalan kek Lo," kataku semakin tajam.

"Nanti lama-lama juga kepengen," ujarnya santai dan menyantap makanan meskipun aku menatapnya dengan tajam.

"Dalam mimpilo," gerutuku yang tidak menyangka kalau hari ini akan bertemu dengan cowok merusak pemandangan ini.

"Makin nikmat rasanya," ujar laki-laki sialan itu yang aku tidak paham.

"Berisik," kataku sewot.

"Mau?" Tawarnya yang membuat aku merenggut. Dia ini selain brandalan ternyata bodoh juga. Bikin kesel setang mati.

"Natapnya jangan gitu, nanti naksir," ujarnya yang membuat aku cepat-cepat mengemas semua buku-buku ku.

"Mau kemana?" Katanya saat aku berdiri dari kursiku.

"Bukan urusan Lo," ketusku dan meninggalkan dia yang entah melakukan apa. Aku benar-benar tidak perduli.

"Hey, sebelum pergi kasih tau nama Lo dulu,"teriaknya yang aku abaikan.

"Ok gw cari tau sendiri," katanya dan lagi-lagi berteriak.

"Kenapa bisa ketemu sama orang gila itu lagi sih gw," dumelku terus melangkah.

"Ok Tia," suara Nara membuat langkah kakiku terhenti.

"Nah pasbanget ini," kataku yang membuat Nara mengerutkan keningnya.

"Pas ngapain?" Gumamnya.

"Buat gw jadiin sasaran Omelan gw," jawabku lagi.

"Ogah gw," kata Nara dan berlalu.

"Gw makin sebel ini," gerutuku dan terus mengekorin Nara yang asik menutup kupingnya.

"Mau gw bejek-bejek tuh cowok," kataku lagi.

"Cowok mana?" Kata Nara kepo.

"Gak tau gw, yang pasti dia nyebelin banget, ganggu gw lagi pusing perbaikan," aduku.

"Cup cup cup cup, kasihan sekali anak kita ini," kata Nara yang membuat aku jengah.

"Gw bukan anak kecil yah Ra," kataku tidak suka.

"Hahaah, gw fikir masih bayi," jawab Nara enteng.

"Bangle," geramku.

"Udah ah, yok cabut," kata Nara dan menarik tanganku.

"Kemana?" Kataku semangat.

"Yah pulang lah," kata Nara lagi yang membuat sumpah serapahku keluar, segala macam penghuni kebun binatang aku gumamkan.

"Anak ini," kata Nara sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Aku sama sekali tidak peduli tetap mengeluarkan unek-unekku yang terpendam sedari tadi. Biar tau rasa Nara, bikin gw kesel sama aja cari kuping pengang.

Yuhuu bagaimana dengan ban ini?

Semoga kalian suka yah.

Mohon kritik dan dukungan teman-teman biar aku semakin semangat buat ngelanjutinya.

Terimakasih buat yang sudah baca.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status