Share

Jadi Galau

Entah mengapa bisa ada Adit disini, aku benar-benar tidak menyangka kalau laki-laki itu adalah temannya Febri, selama ini aku tidak pernah melihat mereka bersama dan hal ini malah membuat aku semakin marah.

"Apa yang Lo lakukan disini?" Geram ku tapi dengan suara yang masih rendah, takut membangunkan Nara yang masih tertidur dengan pulas. Melihat Febri yang sepertinya juga masih tertidur membuat aku sedikit legah.

"Kita harus bicara," kata Adit yang kembali melotot, pasalnya dia sama sekali tida mengecilkan volume suaranya.

Pelan-pelan sekali aku mengangkat kepala Nara dan menaruhnya diatas bantal sofa, memastikan gadis ini tetap tertidur.

"Keluar," gumamku dengan amarah yang sudah mulai berkobar.

"Kita harus membahas masalah ini," ujar Adit lagi.

"Keluar atau gw yang bakalan pergi," kataku dengan marah tidak perduli apakah suaraku mengganggu dua manusia yang masih tertidur itu.

"Aya," kata Adit yang membuat aku segera meninggalkan ruangan Febri.

"Tia," panggilnya yang kali ini disertai dengan tarikan ditanganku.

"Lepas berengsek," gumamku.

"Kita harus bicara dan aku gak mau kamu marah-marah gak jelas seperti sekarang," kata Adit dan menarik aku menuju ketaman belakang rumah sakit.

"Lepas sialan," kataku tapi tidak berhasil karena pegangan tangan Adit cukup erat.

"Coba jelaskan kenapa kamu marah kepada ku?" Kata Adit berubah lembut.

"Berengesek, tidak tau malu," kataku lagi.

"Jelaskan apa kesalahanku?" Kata Adit kembali menuntutku.

"Kesalahan Lo karena menyusahkan hidup gw," jawabku sarkatis.

"Haaaahh, gadis keras kepala," kata Adit dan melepaskan tanganku begitu saja.

"Laki-laki berengsek," kataku dan meninggalkan Adit begitu saja.

"Apa dia tidak ingat kejahatan apa yang sudah dia lakukan kepadaku," gumamku masih marah-marah karena pertemuanku dengan Adit tadi.

"Laki-laki mesum sialan tidak tau diri," makiku dan menghempaskan pantatku disalah satu kursi taman yang tidak jauh dari rumah sakit ini.

"Dengan tidak tau dirinya dia malah masih bertanya apa kesalahannya? Dasar sialan, dia jalan dengan cewek lain saja belum minta maaf dan ditambah dengan menciumiku seenaknya kemarin, sekarang tambah lagi dia ternyata juga kenal Febri, sudah banyak kesalahan yang dia lakukan dan sialnya dia masih berpura-pura saja," gerutuku tidak henti-hentinya.

"Dasar laki-laki urakan tidak tau diri," kataku dan akhirnya terdiam saat perutku berbunyi.

"Kok jadi lapar," gumamku dan mengusap perutku yang kembali berbunyi.

"Salahnya Adit ini, marah-marah butuh tenaga dan sekarang aku jadi lapar kan," kataku yang tetap menyalahkan Adit karena aku tidak mau disalahkan. Pokonya semua salah laki-laki sialan itu.

Tidak ingin mati kelaparan aku memutuskan untuk mencari rumah makan yang ada disekitar sini dan setelahnya akan mengirimkan pesan kepada Nara kalau aku pamit pulang duluan, yah aku tidak berminat lagi untuk menemani sahabat ku itu dirumah sakit. Selain malas bertemu Adit yang pasti akan menjaga Febri dirumah sakit aku juga malas duduk disana.

Setelah selesai mengirimkan pesan aku benar-benar kembali kekosan dan mengurung diri seharian didalam kamar. Tidak perduli anak-anak dibawah sibuk dengan drama Korea yang katanya sangat menarik itu. Biasanya aku suka nimbrung juga tapi kali ini aku benar-benar bad mood.

"Kok gw jadi mikirin Adit mulu sih," gerutuku dan bolak balik diatas tempat tidur ku.

Padahal tadi niatnya aku ingin tidur seharian tapi mata malah tidak mau terpejam dan fikiranku siliweran memikirkan kejadian tadi.

Saat Adit melepaskan tanganku begitu saja berasa ada yang salah padahal tadi aku biasa aja dan kenapa malah sekarang kevikirannya.

"Tia kau tidak boleh seperti ini," kataku dan memukul kepalaku beberapa kali agar berhenti memikirkan laki-laki berengsek itu.

"Sial," kataku dan membuka selimut dari dan berdiri.

"Sepertinya gw butuh keluar agar kepala gw kembali benar," gumamku dan segera menuju kelantai bawah.

"Lagi ngapain sih?" Kataku heran melihat anak-anak ngumpul dan entah mengelilingi apa.

"Gila ganteng maksimal," kata salah satu dari mereka.

"Siapa?" Kataku mulai kepo dan mendekat.

"Anjirt yang beginian Lo gak ngajak-ngajak," kataku dan ikut nimbrung bersama mereka melihat cowok Korea yang sangat menggoda iman itu.

Akhirnya sejenak aku bisa melupakan dan mengeluarkan Adit dari dalam otakku, tapi sayangnya saat aku kembali kedalam kamar si sialan itu malah kembali merasuki fikiranku.

"Sial, kok malah masuk lagi nih cowok brengsek," gumamku dan kembali memukul kepalaku.

"Jengkel banget gw," kataku dan merebahkan tubuhku diatas kasur.

"Apa gw hubungin aja yah?" Kataku menimang-nimang.

"Eehhh enak aja, nanti malah gr tuh cowok," kataku dan kembali melemparkan hp ku.

"Tapi kok gw merasa bersalah banget yah tadi, gak enak hati," gumamku lagi.

"Aaahh Tia kok Lo jadi galau gini?" Kataku dan mengacak rambutku.

"Nelfon Nara aja deh," kataku akhirnya.

"Halo Ti," sapa Nara diseberang sana.

"Halo Ra, Lo gak pulang?" Tanyaku dan melihat jam didinding.

"Keknya enggak deh Ti," jawabnya.

"Oohhh, ok deh," kataku dan sebenarnya mau berniatan memutuskan sambungan telepon tapi perkataan Nara malah membuat aku mengurungkan niatku.

Dia sedang berbicara dengan Adit, yah aku tau saat nama Adit tadi sempat disebut dan tidak lama kemudian suasana menjadi rame dan akhirnya aku memutuskan sambungan telepon ini, aku benci mendengarkan suara tawa Adit. Laki-laki itu masih bisa tertawa padahal sedari tadi aku selalu memikirkannya, merasa tidak enak hati dan takut dia benar-benar marah, tapi ada dia malah sedang senang-senang sekarang.

"Sialan, laki-laki berengsek tidak tau diri," makiku.

"Lihat saja gw gak akan membiarkan Lo mempermainkan gw sesuka Lo," kataku marah.

Yah aku tidak akan membiarkan seorang laki-laki pun menggoyahkan aku, apalagi laki-laki yang modelannya seperti Adit, laki-laki rusak, sama seperti dulu yang akan menyisakan sakit saja. Seharusnya dari pertama aku menegaskan kepada hatiku, bahwa tidak akan ada laki-laki seperti itu yang benar-benar baik.

Dengan rasa marah yang masih menggunung akhirnya aku memutuskan untuk keluar saja, meskipun sudah cukup larut malam tapi aku tidak perduli, aku akan bersenang-senang dan melupakan laki-laki seperti Adit itu, yah aku akan menggemaskan dia dari fikiranku.

Akhirnya tidak mengindahkan larangan Adit untuk tidak menginjakkan kaki di bar lagi, aku memasuki salah ati bar ternama yang membuat aku seketika merasa luar biasa sekali, bergoyang  sesuka hati dan gilanya lagi aku mencoba untuk meminum minuman keras, padahal tidak akan ada yang membawaku pulang nantinya.

Yah aku cukup takut pulang dalam keadaan mabuk, tidak seperti waktu itu aku datang dengan Nara ketempat seperti ini, aku berani minum karena tau Nara tidak mungkin mabuk juga tapi kali ini aku sendirian dan tidak memikirkan kejadian apa yang akan terjadi nantinya. Aku butuh mabuk untuk melupakan sialan itu.

Meneguknya dengan senyuman merekah membuat aku merasa luar biasa gembira.

Yah ini bukan kali pertama atau kedua aku minum. Dulu sekali jatuh cinta kepada laki-laki urakan dan rusak seperti Adit membuat aku jadi nekat. Mengikuti keinginannya dan gaya pergaulannya yang membuat aku juga ikut rusak.

Tapi apa dia sama sekali tidak menghargai perjuangan ku, dengan tega menyakiti aku, mempermainkan perasaanku dan patahannya lagi hanya menjadikan aku sebagai bahan taruhan mereka padahal saat itu aku berani menentang ornag tuaku, membuat mereka malu memiliki anak seperti ku padahal mereka itu sangat dihargai ditempat tinggal ku.

Semenjak saat itu aku membenci laki-laki seperti itu, menjauhkan diriku dari orang-orang rusak seperti mereka dan sela ini hidupku kembali tertata, berkenalan dengan Nara yang anak lugu dan baik membuat aku sangat bersyukur. Sekarang aku kembali gila saat bertemu dengan Adit laki-laki yang akan aku usir dari hidupku dengan cara apapun.

Baiklah, sekarang kalian mulai taukan kenapa Tia benci banget sama cowok kayak Adit, nah ini adalah alasannya tapi kenapa membiarkan Nara sama Febri yang padahal juga urakan? Nanti aku jelasin di part-part selanjutnya. Selamat membaca dan maaf agak lama up nya. Hehehe.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status