Share

Kabar Gila

Setelah bertengkar dengan Tia aku memutuskan untuk meninggalkan rumah sakit, menenangkan diri terlebih dahulu sebelum kembali menjenguk Febri yang aku tau sekarang pasti hanya dijaga oleh Nara, hadis baik-baik yang dikejar-kejar oleh sahabat baikku itu.

Aku tau dia cinta mati kepada gadis itu, karena dulu sekali sebelum kami sedekat sekarang dia pernah menolak cewek tercantik disekolah dengan alasan sudah punya cewek yang dia sukai, awalnya aku kira itu hanyalah omong kosong Febri untuk menjauhi cewek itu tapi saat dia diam-diam menatap seorang gadis biasa dari kejauhan setiap saat aku jadi mengerti kalau gadis itu adalah ornagnya.

Sayangnya Febri saat itu tidak berani mendekat dan lebih memilih bersembunyi dengan segala perasaan yang dia miliki tapi entah apa yang merasuki laki-laki itu sehingga dengan gilanya membuat sang wanita putus dengan pacarnya yang ternyata sangat berengsek itu, lebih gila dari Febri tapi dia berkedok menjadi laki-laki baik didepan Nara.

Setelah akhir aku telah baik-baik saja aku segera menuju ke rumah sakit lagi, membawakan beberapa makanan dan cemilan untuk dua manusia disana dan tau-tunya anak-anak yang lain juga ikut menjenguk Febri jadilah kami bercanda tawa saja.

Nara gadisnya cukup baik, tidak memandang kami sebelah mata, berbeda sekali dengan sahabatnya. Ooh sial aku kembali mengingat gadis itu. Segera menghilangkan fikiran dari Tia aku kembali bergurau bersama yang lain dan akan menghabiskan malam disini kalau bisa.

Saat jarum jam menunjukkan pukul 10 lewat tiba-tiba saja bartender bar yang cukup akrab denganku dan Febri menghubungi, mengabarkan kalau dia melihat cewek yang waktu itu aku jemput saat pertama kali dia mabuk dan salah satunya adalah kekasihnya Febri dan aku tau itu adalah Tia.

"Aku akan kesana, kau tolong awasi dia," kataku dan menutup panggilan kami. Kembali masuk kedalam kamar dan mendapati anak-anak menatap kearahku.

"Gw cabut dulu," uajrku dan meraih jaket yang tadi sempat aku buka dan taruh diatas sofa.

"Apa ada maslah?" Tanya anak-anak menghentikan langkah kakiku.

"Tidak cuma mau menjemput gadis nakal," gumamku dan segera berlalu menuju kebar, tidak ingin membiarkan Tia semakin lama ditempat sialan itu.

Langsung masuk kedalam bar dan menatap sekeliling lalu mendapatkan kode dari bartender yang tadi menghubungiku. Menatap kearah dimana ternyata Tia masih sibuk bergoyang dengan gaya yang membuat orang-orang disana bersiul dengan kurang ajarnya.

Tidak ingin menunggu lebih lama lagi aku segera mendekat menatap tajam gadis itu yang sepertinya sudah cukup mabuk berat.

"Adit?" Gumamnya yang aku tidak tau apakah dia sadar atau tidak.

"Laki-laki berengsek, aku membencimu, kau hanya ingin mempermainkan aku kan?" Katanya marah dan memukuli diriku.

Tidak ambil pusing aku segera memapah Tia untuk pergi dari tempat ini karena mata-mata sialan itu masih saja menatap gadisku dengan penuh minat.

"Lepas sialan," kata Tia dan mendorongku dengan kuat. Memakiku dan mengata-ngataiki yang tidak-tidak yang lebih parahnya lagi dia menyuruhku mempermalukan dirinya dan me jadikannya sebagai barang taruhan.

"Apa yang kau bicarakan," kataku dan mendekatinya.

"Hah laki-laki seperti kalian itu sama saja, taunya hanya menyakiti hati perempuan," kata Tia yang aku abaikan dan masukkan gadis itu kedalam mobilku dan meninggalkan tempat sialan ini yang sudah membuat gadisku menjadi seperti sekarang ini.

"Berhenti," teriak Tia yang aku abaikan.

"Hentakan mobilnya sialan," kata Tia dan marah lalu kembali meracau tidak jelas.

"Hueeekk," suara muntahan Tia yang membuat aku terpaku. Ini pertama kalinya ada orang yang muntah didalam mobilku. Bahkan Febri pun tidak pernah aku biarkan.

"Kau hanya bisa membuat maslah saja," gumamku dan segera berhenti ditepi jalan yang lumayan sepi.

"Hueeekk," kata Tia lagi dan kali ini untunglah aku berhasil membuatnya turun dari dalam mobilku.

Mengambil karet pelindung yang tadi dia beri tanda tidak sedap dan menyiramnya dengan air mineral yang memang selalu tersedia dialami mobilku.

"Dasar," gumamku dan menatap Tia yang masih sibuk mengeluarkan isi perutnya.

"Sudah baikan?" Tanyaku dan mendekati gadis itu.

"Haus," gumamnya dan aku segera menyerahkan air untuk dia minum.

"Apakah sudah lebih baik?" Tanyaku dan gadis itu hanya menyegerakan kepadanya didada bidangku.

"Aya kau baik-baik saja?" Tanyaku lagi dan memeluk dirinya yang hampir saja terjatuh.

"Tidur," gumamku saat melihat gadis itu yang ternyata sudah jatuh tertidur.

Akhirnya aku memutuskan untuk kembali memasukan dia kedalam mobil, menyampingkan jaketku ketubuhnya dan aku segera kembali melanjutkan mobilku.

"Kenapa aku bisa menyukai gadis seperti ini?" Gumamku dan sesekali menatap Tia yang benar-benar sudah terlelap.

Sesampainya dikosanya aku segera mengetuk pintu, berharap akan ada yang membukakan pintu meskipun aku tau ini sudah bukan lagi waktunya untuk orang bertamu.

Sialnya sudah berkali-kali aku mengetuk tidak seorangpun yang membukakan pintu, entah mereka yang tidurnya terlalu nyenyak atau mereka yang enggan membukakan pintu.

Tidak punya pilihan lain akhirnya aku membawa Tia keapartemenku, menaruhnya diatas kasur kesayanganku. Ini kali pertama aku membawa wanita kesini kecuali Mama atau pekerja rumah tangga yang akan datang sekali seminggu dan Tia adalah orang pertama.

"Kenapa kau selalu jadi uang pertama?" Kataku dan segera mengambil selimut, menyelimutinya tubuh gadis itu yang takutnya akan membuat aku hilang akal.

"Tidurlah dengan nyenyak," gumamku dan meninggalkan kamar, memilih untuk tidur diruang tengah agar kewarasanku dapat aku pertahankan.

Entah ada apa dengan hari ini, bertengkar dirumah sakit dan setelahnya mendapat kabar gila seperti tadi dan lihatlah gadis itu saat ini sedang menguasai kamarku dan itu benar-benar membuat aku tidak habis fikir.

"Kau memang gila Adit," kataku dan menutup wajah dengan bantal. Mengembalikan kewarasanku yang entah kemana perginya.

Mencoba untuk tertidur aku malah terus-menerus memikirkan Tia yang sedang tertidur didalam kamarku.

Karena aku yang terus gelisah akhirnya aku memutuskan untuk melihat gadis itu, mendekatinya dan menatapnya dengan dalam. Memperhatikan setiap gerakan yang dia buat.

"Sedang seperti inipun kau masih saja terlihat cantik dimataku," gumaku dan mengesampingkan rambut yang menutupi wajah cantiknya itu.

"Apakah aku benar-benar sudah gila?" Gumamku lagi.

Mengecup keningnya dan kembali menatap wajahnya berlama-lama, kalau dia bangun maka aku tidak akan memiliki kesempatan seperti ini lagi.

"Selamat tidur cantik," gumamku dan kembali keluar dan kali ini tidak akan kembali kekamar meskipun keinginan gilaku masih saja menggerogoti fikiranku.

Akhirnya lambat laun aku bisa tertidur juga meskipun itu hampir dini hari dan terbangun dengan teriakan suara Tia didalam kamar.

"Ada apa?" Tanyaku yang langsung meloncat dan memasuki kamar.

"Laki-laki sialan," kata Tia dan melemparkan bantal kearahku.

"Apakah kau baik-baik saja?" Tanyaku yang mengabaikannya kemarahannya.

"Apa yang sudah kau lakukan kepadaku?" Teriaknya dan menutupi tubuhnya dengan selimut.

"Haaaah, aku fikir apa," gumaku dan bernafas dengan lega.

"Kenapa aku bisa berada disini?" Tanyanya dan menatapku dengan tajam.

"Gadis nakal," kataku dan membiarkan Tia berteriak semaunya sedangkan aku kembali merebahkan tubuhku diatas sofa, mencoba untuk mengabaikan amukan gadis itu.

"Aku akan melaporkanmu," ujar Tia tiba-tiba.

"Laporkan saja," jawabku acuh dan memutar tubuhku membelakangi Tia.

"Kauuu," teriaknya.

"Memangnya aku melakukan apa sehingga kau ingin melaporkan aku?" Tanyaku dan segera duduk.

"Kau kau kau," kata Tia gugup dan terhenti.

"Sudahlah, lebih baik kau bersih-bersih saja," kataku dan kembali tidur.

"A aa aku akan membuat laporan penculikan," ujar Tia dan aku menatapnya dengan malas.

"Memangnya ini bisa dikatakan penculikan?" Tanyaku dengan alis terangkat.

"Tentu saja," kata Tia lagi.

"Terserah kau saja," kataku malas dan tidak memperdulikan Tia lagi.

Entah apa yang difikirkan oleh gadis itu dan setelahnya aku hanya mendengaran suara pintu yang tertutup dengan kuat dan aku tau gadis itu sudah meninggal apartemen ini.

"Aku benar-benar akan gila," ujaraku dan memutuskan untuk pindah kedalam kamar. Melanjutkan tidurku yang terganggu karena ulah gadis bar-bar itu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status