Share

Tia Ariska

Dua hari ini aku disibukkan dengan gadis yang bermulut tajam itu, gadis yang menuduhku sebagai pencopet dan mengata-ngataiki sesuka hatinya.

Tidak ada gadis seperti ini sebelumnya. Meskipun tidak setenar Febri tapi jangan salah aku juga digilai banyak cewek. Bahkan dengan mengedipkan mata saja semuanya akan bertekuk lutut di bawahku.

Tapi dia berbeda, tidak tertarik dengan cowok sepertiku, yang biasanya menjadi rebutan cewek-cewek dikampus.

"Woi lu ngapain bengong," kata teman laknatku saat aku masih asik memperhatikan gadis bermulut pedas itu dari kejauhan.

"Merusak," gumamku dan meninggalkan mereka semua.

"Sarap tuh anak," ujar mereka yang aku abaikan.

"Adit," panggil seorang wanita saat aku berniat untuk nyaperin cewek bermulut tajamku yang sepertinya sedang banyak tugas itu.

"Ada apa?" Tanyaku saat melihat Risa diujung koridor.

"Mau kemana?" Tanyanya dan mendekat.

"Ada apa?" Ulangku.

"Temenin aku nanti malam bisa?" Kata Risa lagi.

"Aku sibuk," jawabku cuek dan kembali melihat kearah dimana gadisku duduk.

"Liatin apasih?" Tanya Risa dan melihat kearah pandanganku.

"Bukan apa-apa," gumamku.

"Tia," gumamnya yang membuat aku menatap rusa dengan alis terangkat.

"Lo kenal?" Tanyaku.

"Kenal lah, dia Tia Ariska, cewek nyebelin yang sukanya bikin rusuh," kata Risa yang membuat aku hanya terpaku.

"Kamu jangan dekat-dekat sama dia, dia itu anti banget sama cowok tatoan dan urakan," ujar Risa yang aku baru paham kenapa Tia bisa bermulut setajam itu kepadaku.

"Bukan urusanmu," ujarku santai.

"Jadi kamu bisakan?" Kata Risa menatapku penuh harap.

"Aku sibuk," jawabku lagi.

"Yaahh, padahal aku pengen banget kamu datang, aku udah bilang sama teman-temanku," ujar Risa yang aku tidak perduli.

"Itu urursanmu," kataku dan meninggalkan Risa yang berniat berbicara lagi.

"Hay sayang," sapaku kepada Tia yang asik dengan kegiatannya.

"Sayang pala Lo peyan," sungut Tia yang membuat aku terkekeh.

"Kok lucu sih," kataku gemes dan mencubit pipinya.

"Resek," sungutnya dan memegang bekas cubitanku tadi.

"Sibuk banget," kataku dan mencuri pandang keleptop yang sedari tadi jadi pusat perhatiannya.

"Kepo," ujarnya semakin sewot.

"Jangan galak-galak nanti cinta," kataku lagi.

"Najis," jawabnya bersungut-sungut.

"Baiklah," ujarku dan segera memesan kopi untuk menemaniku menatap gadis galak ini.

"Pergi sana," usirnya saat aku masih asik memandangnya.

"Ini tempat umum tau," gumamku santai.

"Eh ini tuh sudah aku sewa yah dan kamu tidak berhak disini," katanya galak.

"Masa?" Kataku dengan tampang sok terkejut.

"Isszz, ngeselin banget Lo jadi cowok, urakan, tatoan dan bikin sepet mata pula," katanya yang bukanya membuat aku marah tapi malah tertawa.

"Mulai gila," dumelnya lagi.

"Ini mas kopinya," kata ibuk kantin.

"Terimakasih buk," kataku lagi.

"Waah kalian pacaran yah," ujar buk kantin kepada kami.

"Iya buk, cocok gak?" Kataku dengan senyuman merekah.

"Ogah," kata Tia cepat.

"Mbak Tia lagi ngambek," kekeh buk kantin lagi.

"Biasa buk, gak ditemenin tadi jariyah gitu," kataku menimpali dan Tia sudah melotot menatapku.

"Yasudah ibuk kebelakang lagi, yang langgeng yah. Mbak Tia jangan galak-galak sama cowoknya, nanti digondol cewek lain baru tau rasa," ujar buk kantin lalu pergi.

"Gondol aja sana," kata Tia sebel.

"Jangan galak-galak sayang, nanti cantiknya ilang," godaku lagi.

"Lo, pergi sana," ujarnya galak.

"Serem banget," kataku lagi dan yah Tia tidak menanggapinya, dia kembali sibuk dengan laptopnya sedangkan aku sibuk menatap ekspresinya yang suka berubah-ubah.

"Ada apa?" Kataku saat mendapatkan panggilan dari Febri.

"Gw kesana," jawabku lagi.

"Aku harus cabut sekarang, kalau butuh apa-apa hubungi aku saja," kataku yang sudah menyimpan nomorku di hp Tia.

"Ogah, pergi sana, jangan kesini lagi," gerutu Tia yang kali ini tidak aku tanggepin karena adahal yang jauh lebih penting.

Dengan ngebut aku menuju baskam dimana tempat aku dan Febri janjian.

"Kenapa?" Kataku setelah sampai.

"Kok bisa begini?" Ujarku saat melihat Febri terluka.

"Ada cowok gila mau nyelakain Febri," jawab temanku yang lain.

"Brengsek, berani banget dia," kataku emosi.

"Sudahlah," gumam Febri.

"Gakbisa dibiarin ini, kita habisi dia malam ini," gumamku.

"Ini urusan gw, Lo pada jangan ikut campur," kata Febri.

"Gakbisa gitu dong, kita ini sohib dan gw," ucapku terputus saat melihat Febri menatapku dengan tajam.

"Baiklah, tapi setidaknya gw harus tau ornagnya siapa," kataku mengalah.

"Ini gw ada videonya," ucap temanku yang tadi.

"Sial banget ini cowok, banci," gumamku tidak percaya.

"Udahlah, gw malas bahasanya, sekarang mending lopanggil dokter deh, kaki gw sakit banget ini," gumam Febri dan aku segera memanggil dokter keluargaku.

"Dia kenapa bisa begini?" Tanyaku kepada temanku yang lain.

"Karena cewek," ujarnya yang membuat aku segera paham.

"Cewek brengsek," gumamku.

"Bukan Dit, setau gw ini cewek buka kek cewek yang biasanya, ini yang lakuin cowoknya karena Febri ngedeketin ceweknya," ujar temanku panjang lebar.

"Maksud Lo Febri nikung gitu?" Kataku tidak habis fikir.

"Yah gitulah," jawab mereka lagi.

"Gila, tumben banget nih anak pengennya cewek orang, biasanya cewek yang ngejer-ngejer dia," kataku lagi.

"Gw juga heran, padahal kalau menurut gw ceweknya tuh biasa-biasa aja dan bahkan jauh lebih cantik mantan-mantannya," kata mereka lagi.

"Ada sesuatu pasti," gumamku dan membiarkan mereka menggosip tentang Febri.

"Mau kemana Lo," tanya mereka saat gw beranjak dari kursi.

"Liat Febri," kataku lagi.

Akhirnya setelah penasaran barulah aku mengetahui siapa wanita itu, wanita yang dikejar oleh sahabat baikku ini, seperti yang dikatakan oleh teman-temanku tadi, dia tidak secantik yang lainnya tapi aku yakin ada sesuatu padanya, seperti Tia Ariska yang juga berhasil mencuri perhatianku saat ini.

Tadi saat aku masih berbicara dengan Febri dikamar tiba-tiba seorang cewek masuk dengan gaya bar-barnya yang membuat aku dan Febri langsung melihat kesumber kerusuhan dan aku paham kalau ini adalah Nara yang menjadi sumber dari kecelakaan Febri hari ini.

"Keluarlah," gumam Febri yang langsung aku patuhi.

Sebelum itu aku melihat apa yang digilai oleh Febri kepada wanita itu.

"Wanita yang menarik," gumamku tapi tetap jauh lebih menarik Tia dimataku.

"Dia ceweknya," ucap yang lain kepo.

"Mana gw tau," jawabku santai.

"Eleh, gw kepo tau," kata yang lain dan gw langsung cabut dari sana.

Mendingan merecoki Tia yang menggemaskan dari pada mengetahui urusan orang, aahh aku sangat merindukan gadis bermulut pedas itu.

"Mau kemana?" Tanya teman-temanku.

"Cabut lah, ngapain gw kepo sama urusan orang pacaran," kataku lagi.

"Eleh, sok punya gebetan Lo," ucapnya mereka.

"Emangnya gw kek Lo, dasar jomblo," kataku dan berlalu.

"Sialan," maki mereka dan aku tidak perduli.

Aku mencoba untuk menghubungi gadis itu tapi sayang dia tidak mengangkatnya.

"Gadis ini kemana lagi," gumamku.

Kembali aku menghubungi Tia sampai suara garang diseberang sana memenuhi indera pendengaranku.

"Ini siap?" Jawab jutek Tia.

"Jangan galak-galak atuh sayang," kataku dengan senyuman merekah.

"Lo, dari mana Lo dapat nomor gw," ujar Tia semakin sewot.

"Kamu yang kasih, kok lupa!" Ucapku pura-pura kaget.

"Palo Lo, mana namanya alay banget lagi," gerutu Tia yang membuat tawaku menyembur.

"Bagus gitu, kesayangan," kataku mengulang nama yang gw tulis tadi di hp Tia.

"Lo gila," katanya dan memutuskan sambungan telepon kami.

"Lah diputus," kataku dan kembali terkekeh saat ingat tadi aku mengambil hp Tia secara diam-diam. Untunglah tidak dikunci jadi memudahkan aku untuk mengotak atiknya.

"Lah tapikan gw niatnya mau tanya dia dimana!" Gumamku sambil menepuk jidat.

"Tuan Adit," ucap sebuah suara yang sangat familiar ditelingaku.

"Brengsek," kataku memaki saat melihat siapa orangnya.

"Tuan besar ingin bercerita," katanya lagi yang aku abaikan.

"Kalau tuan tidak ingin pergi secara baik-baik kami terpaksa menyeretnya," umum laki-laki sialan yang aku tau semua yang dikatakan akan terjadi.

"Bilang sama tua Bangka itu, gw gak mau bicara dengannya," kataku berapi-api.

"Kami tidak bisa menolak permintaan tuan besar," ucap mereka dan sialnya aku tidak bisa melakukan apapun lagi.

"Berengsek."

Nah kan Adit belum tau siapa itu Nara?

Ntar kalau tau sahabatnya Tia pasti minta di pdkt in ini. Hehehehe

Tungguin kelanjutannya yah teman-teman, mohon kritik dan sarannya. Terimakasih buat yang sudah baca.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status