Share

42 | Lingerie

Author: Strawberry
last update Last Updated: 2025-10-10 15:57:22

Ryan terdiam, menatap Hanna yang tak kunjung melepaskan tangannya. Gairah yang membara di matanya perlahan pudar, digantikan oleh pertanyaan yang tak terucap.

“Nanti malam…aku benar-benar lapar” ucap Hanna tak ingin Ryan salah sangkah, yang menjadi masalah disini adalah Hanna takut saat tahu dirinya bukan yang pertama, dia tidak bisa membayangkan bagaimana kalau pertunangan harus dibatalkan.

Hanna harus mencari ide nanti malam, mungkin cukup memberikannya blow job atau aku pura-pura mens? Ah..nggak…aku gak akan melakukan itu..lebih baik aku mencari cara lain. Hanna bergumam sendiri dalam hati.

Meskipun kecewa karena apa yang diinginkan tak keturutan akhirnya mereka menghabiskan waktu di luar, berjalan di pinggir pantai, jalan-jalan di festival seni dan juga kuliner. Mereka kembali ke hotel malam. Karena salah makan Ryan, setelah tidur dan minum obat dia tertidur pulas. Hanna bernafas legah. Keberuntungan masih memihaknya.

Hanna berbaring di sisi ranjang, memandangi langit-langit kamar
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Aduh Tak Tahan, Prof!   106 | Beruntung

    Semua kepala di restoran itu serentak menoleh ke arah pintu saat bunyi sensor pintu otomatis berdenting pelan.Cahaya dari luar jatuh ke sosok tinggi berjas hitam yang baru saja masuk — langkahnya tenang, matanya tajam, dan seluruh auranya memancarkan satu hal: kuasa.Ryan.Hanna menegang di kursinya.Sementara Marry, yang duduk di hadapannya, langsung terdiam dengan mata melebar. Tangannya berhenti memegang sendok, mulutnya sedikit terbuka.“Lord… itu… itu Ryan Kelly?” bisiknya nyaris tak terdengar, seolah takut suaranya bisa membuat sosok itu menoleh.Hanna tidak menjawab. Ia hanya menarik napas dalam-dalam, mencoba menahan rasa kesal yang mulai naik lagi ke dadanya.Ryan menelusuri ruangan dengan tatapan yang cepat, lalu matanya langsung berhenti di meja Hanna. Tanpa senyum, tanpa ragu, ia berjalan mendekat.Langkahnya menarik perhatian semua orang.Beberapa pelanggan menunduk sopan, beberapa lagi diam-diam merekam. Sosok Ryan bukan orang biasa — dia adalah wajah pengaruh dan uang

  • Aduh Tak Tahan, Prof!   105 | Kesetaraan

    Hanna masih terngiang-ngiang dengan pembicaraan para customer di Noodle House tentang pemilik teknologi pangan—atau lebih tepatnya, teknologi agraris—di Elystra.Melihat bagaimana raut wajah Ryan saat mendengarkan percakapan itu, ia tampak sangat tertarik pada sosok misterius yang disebut-sebut tadi.Melihat karakter Ryan yang ambisius terhadap uang dan kekuasaan, Hanna mencium aroma bahaya. Sosok yang disebut-sebut itu, katanya, dulu adalah rekan kerja Prof. Julian. Dan jika benar begitu, Hanna yakin Liam tahu sesuatu.Ia sudah tidak sabar untuk menanyakannya pada Liam. Rencananya, ia akan menghubungi Liam lewat email kantor biro pendataan—karena Ryan tidak mungkin berani meretas instansi pemerintah sembarangan.“Aku antar kamu ke kantor!” ucap Ryan tiba-tiba.Hanna hanya menoleh sebentar. “Bukannya kamu sibuk, ya?”“Bisa kalau cuma antar kamu. Kita satu jalan,” jawabnya datar.Hanna tak menyahut, tapi pagi ini Ryan tampak tidak sabar. Ia mencengkeram bahu Hanna, lalu bibirnya langsu

  • Aduh Tak Tahan, Prof!   104 | Elystra

    Elystra.Ryan menajamkan pendengarannya. Nama “Elystra” memicu sesuatu dalam benaknya — sebuah wilayah yang bahkan sudah dihapus dari peta resmi Valthera karena dianggap tercemar dan tidak layak huni.Ia menunduk sedikit, pura-pura memainkan botol airnya sambil memperhatikan mereka dari ekor mata.Dan kalau ia bisa menemukan siapa yang berada di balik perubahan itu, ia tahu betul: kekuatan seperti itu bisa mengguncang dunia.“Aku dengar mereka pakai sistem bio-katalis buatan, bikin tanah gersang bisa nyerap nutrisi dari udara.”“Kata temenku yang kerja di sana, semua proyeknya dirahasiakan. Gak ada logo pemerintah. Cuma simbol aneh di setiap fasilitasnya.”Ryan menelan ludah pelan. Matanya berkilat tajam, tapi ia menyembunyikannya di balik ekspresi datarnya.Kalau rumor itu benar, Elystra bisa menjadi sumber kekuatan besar. Teknologi seperti itu bisa mengubah dunia — dan siapa pun yang menguasainya akan mengendalikan seluruh sistem pangan global.Ia melirik Hanna yang sedang menunduk,

  • Aduh Tak Tahan, Prof!   103 | Noodle House

    Udara di distrik bawah terasa berbeda, hangat, lembap, dan penuh aroma kehidupan yang tak pernah singgah di kawasan atas Valthera. Mobil hitam Ryan tampak mencolok di antara kios-kios tua dan papan nama yang berkelap-kelip setengah padam.Di sini menjadi gambaran mayoritas masyarakat yang tak tersentuh kemakmuran dan bantuan apapun namun mereka tetap hidup dan menjadi penyeimbang Valthera yang kaya di mata dunia.Begitu mereka berhenti di depan Noodles House, Hanna melangkah lebih dulu, tanpa menoleh. Ryan sempat ragu, tapi akhirnya mengikuti, menundukkan kepala agar tidak menarik perhatian. Dengan pakaian yang mereka kenakan, tetap saja mereka mencolok, banyak mata menatap mereka dengan tatapan menilai dan menebak-nebak. Beberapa dari mereka berpikir, kalau orang-orang ini pasti datang untuk melihat tempat dan mungkin nanti menggusur wilayah mereka, seperti yang terjadi sebelumnya. Mengganti kedai-kedai kecil yang hangat dan berisi tawa dengan rumah-rumah produksi yang bising.Tempa

  • Aduh Tak Tahan, Prof!   102 | Ambigious

    Tangan Ryan sempat terangkat tinggi—dan untuk sesaat, Hanna benar-benar yakin tangan itu akan mendarat di pipinya. Tapi pukulan itu tidak pernah datang.Gerakannya berubah di tengah udara, perlahan turun, dan justru jatuh ke atas kepala Hanna. Sentuhannya ringan, nyaris hati-hati, jari-jarinya kemudian bergeser ke sisi wajah Hanna, membingkai dengan lembut seolah ingin menenangkan badai yang sudah terlanjur dia ciptakan sendiri.“Hanna…” suaranya serak, nyaris berbisik. Tatapan matanya melembut, ada sisa sedih di sana yang sulit dijelaskan. “Aku cuma… nggak mau kehilangan kamu, jujur aku cemburu karena kamu lebih peduli dengan Liam daripada aku.”Sentuhan itu hangat—terlalu hangat untuk pria yang baru saja hampir meledak. Tapi bagi Hanna, semua kelembutan itu terasa salah. Apalagi pengakuannya, bukannya membuat Hanna bersimpati tapi membuat Hanna muak.Ia menatap Ryan, matanya dingin dan lelah.“Kalau caramu mencintai adalah dengan mengurung dan mengendalikan,” bisiknya pelan, “maka i

  • Aduh Tak Tahan, Prof!   101 | Enemy

    Hanna hanya menatap tablet kecil di atas nampan dengan pandangan lelah dan muak. Ia tak menyentuh makanan sedikit pun.Ketika Ryan kembali, ia berhenti di ambang pintu, menatap meja dengan dahi berkerut.“Kenapa kamu gak makan?” tanyanya rendah, menahan nada kesal.Hanna mendongak pelan. “Siapa yang tahu makanan ini aman?” ujarnya sarkastik. “Bagaimana kalau aku diracuni?”Rahangan Ryan langsung mengeras. Tangannya mengepal di sisi tubuhnya.“Hanna, ini keterlaluan!” suaranya meninggi. “Kamu menuduhku tanpa bukti! Aku calon suami kamu—orang yang bertanggung jawab atas keselamatan kamu!”“Memiliki tanggung jawab atas keselamatanku,” balas Hanna datar, “belum tentu berarti kamu benar-benar bertanggung jawab.”Nada suaranya tenang, tapi tajam. “Aku gak bisa makan ini.”“Hanna…” desis Ryan pelan, geram menahan emosi.Hanna menyilangkan tangan di depan dada, matanya menusuk balik ke arah Ryan.“Kalau begitu,” ujarnya tenang tapi menantang, “coba kamu jelaskan… itu apa?”Ia menunjuk ke arah

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status