Share

Bab 4

Penulis: Guardian_eagle
last update Terakhir Diperbarui: 2021-10-12 16:09:46

"Haiii, halo, Denis. Aku sudah dalam perjalanan menuju rumahmu. Kamu udah makan belum? Aku belikan nasi goreng buat kamu, ya. Kita makan malam bareng, bagaimana?" tanya Siska tampak bersemangat dari balik telepon.

"Eeee ... I-Iya, boleh boleh." Denis gugup. Ia tidak tahu harus berkata apa. Yang jelas, dia sangat kebingungan karena kakaknya masih di rumah.

“Hmmm, oke ... Ngomong-ngomong kamu kenapa kok bicaranya gugup begitu? Kamu tidak suka ya, kalau aku kerumahmu?” tanya Siska penasaran.

Denis terkejut. "T-Tidak ... bukan begitu Siska. Aku tidak apa-apa, kok."

"Bener, tidak apa-apa?"

"Iya ... Kamu tenang saja," jawab Denis.

"Hmmm ... Baguslah kalau begitu."

Dari seberang sana, Siska merasa agak sedikit kecewa. Siska curiga kalau Denis sedang menyembunyikan sesuatu. Tidak biasanya Denis gugup begini.

"Nanti kalau sudah di depan gang dekat rumahku, telepon aku, ya! Biar aku jemput," kata Denis sambil menghela nafas lega.

"Oke, kalau begitu sudah dulu, ya. Byee ..."

"Oke."

Denis menutup panggilan, kemudian langsung berbalik menatap Jessica yang sedari tadi ada di depan mendengar pembicaraan mereka.

"Kak, ayolah, pleasee ... aku masih belum mau kalau identitasku terbongkar, kak!"

Jessica sedikit kesal!

Sebelumnya, Denis meminta Jessica untuk pergi dulu dari rumah agar Siska tidak mengetahui perihal kakaknya di sana. Tentu saja Jessica marah.

"Kamu ini bagaimana, sih? Mau sampai kapan kamu terus berpura-pura menjadi miskin? Ibu kan sudah menyuruhmu untuk berhenti, Denis!" tegas Jessica sambil menyilangkan tangan di dada, menatap Denis sinis.

Jessica marah bukan karena Denis menyuruhnya pergi, tetapi dia marah karena Denis masih tetap ingin berpura-pura menjadi miskin.

"Iya, kak. Aku tahu ... tapi aku masih ingin merahasiakan identitasku. Masih ada urusan yang harus aku selesaikan!" Denis cemas.

"Aku janji, setelah saatnya tiba, aku tidak akan begini lagi!" lanjutnya.

Jessica menghela nafas berat. Dia benar-benar kesal melihat adiknya sangat bersikeras.

Setelah terdiam sejenak, Jessica yang melihat keseriusan Denis, dia akhirnya luluh dan tidak tega.

"Huuhhh ... baik kalau itu yang kau mau, kakak tidak akan mencampuri urusanmu soal ini! Tapi janji! Kamu harus segera mengakhiri aktingmu yang konyol itu, kalau ibu tahu kamu masih berpura-pura menjadi miskin, dia akan marah pada kakak," tegas Jessica mengingatkan.

Denis menghembuskan nafas panjang. Huh ...

Syukurlah kakaknya setuju. Denis merasa lega.

Dengan begitu, Denis tidak perlu khawatir lagi sekarang.

Sebagai tanggapan, dia mengangguk tegas.

Sebelum Siska menelepon, Denis sudah lebih dulu meminta kakaknya agar pergi dulu dari rumah. Tentu saja Jessica bertanya atas alasan apa Denis menyuruhnya pergi dan akhirnya jadi panjang.

Sejujurnya, yang diinginkan Jessica hanya mau Denis berhenti pura-pura menjadi miskin dan pulang ke kediaman orang tuanya di Soul Kalbar. Meskipun hanya memberitahu Denis agar berhenti berpura-pura dan tidak langsung menyuruhnya pulang, sudah terlihat jelas bahwa Jessica ingin adiknya segera pulang ke rumah.

Hanya saja, Denis tidak menyadari keinginan Jessica yang sebenarnya.

"Ya, sudah. Malam ini kakak mau nginap di komplek Calistha Residence, biar nanti pulangnya tidak terlalu jauh," ucap Jessica, lalu pergi ke kamar bersiap segera mengemasi barang-barangnya.

"Oke, kak, Hehehe." Denis tersenyum menyeringai, merasa gembira.

Setelah itu, Denis mengikuti Jessica dan membantu mengemasi semua barang, kemudian memasukan semuanya ke dalam koper besar yang sebelumnya dibawa Jessica.

Denis tampak teliti dalam memperhatikan seluruh pojok ruangan. Dia memastikan supaya tidak ada satu barangpun milik kakaknya ketinggalan.

Setelah semuanya beres, Jessica bergegas pergi menggunakan mobil miliknya yang terparkir di bawah rumah. Ia melajukan mobil dengan terburu-buru agar tidak ada orang lain yang melihatnya.

Meskipun akses jalan dari rumahnya ke pusat desa itu menurun dan cukup curam, Jessica tetap melajukan mobilnya dengan kencang. Dia memang cukup lihai kalau soal mengendarai mobil. Jalanan seperti itu tidak ada apa-apanya bagi Jessica.

Beberapa menit kemudian sekitar seratus meter dari rumah, Jessica menyusuri jalanan gelap, mungkin bisa dibilang hutan. Banyak pepohonan besar di sana dan tepat di samping kanan kirinya hanya ada pohon bambu yang menjalar ke pinggir jalan.

Suasana di jalan itu cukup angker.

Pada saat sedang menyusuri jalanan gelap dan sepi itu, tiba-tiba Jessica terkejut melihat ada seorang gadis cantik sedang berjalan seorang diri sambil memegang ponsel yang digunakannya senter untuk menerangi jalan.

"Mau ke mana gadus itu malam-malam begini?" Jessica mengerutkan kening.

Melihat kondisi gadis itu cukup mengkhawatirkan, Jessica merasa kasihan sekaligus khawatir kalau gadis itu kenapa-napa. Apa lagi di sini sangat sepi! Bisa bahaya kalau gadis cantik sepertinya berjalan seorang diri malam-malam di sini.

Setelah berpikir sejenak, Jessica kemudian memperlambat kendaraannya lalu memutuskan untuk menghampiri gadis itu.

Di sisi lain, gadis itu mengerutkan kening dan ketakuan melihat sebuah mobil mewah yang tiba-tiba berhenti tepat di sampingnya. Rasa takutnya itu disebabkan karena dia tidak tahu mengenai siapa pemilik mobil mewah ini, dan dia takut kalau sampai si pemilik mobil akan melakukan hal yang macam-macam kepadanya.

"Hai, dek? Kamu mau ke mana malam-malam begini?" Jessica membuka kaca mobil lalu bertanya pada gadis itu.

Setelah melihat pemilik mobil ternyata perempuan, gadis cantik itu langsung merasa lega. Ahh ... sepertinya kakak ini bukan orang jahat,’ pikirnya.

"I-Ini ... saya mau ke rumah teman saya, kak," jawab gadis itu malu-malu sambil menundukan kepala.

Jessica mengangkat alis. Ia tiba-tiba teringat sesuatu.

‘Rumah teman? Apakah dia teman Denis yang mau ke rumah’ gumam Jessica dalam hati.

Sementara itu, saat yang bersamaan di sebuah semak belukar yang jaraknya sekitar dua puluh meter dari belakang gadis cantik tersebut, terlihat ada dua orang pria mengenakan jaket hitam, menutup kepalanya dengan tudung, sedang mengintai gadis itu dari kejauhan.

"Sial, ada yang mendekati Siska!"

"Padahal ini kesempatan kita untuk menculiknya," desis salah satu pria itu sambil terus memfokuskan pandangan pada orang yang mendekati Siska. Tampaknya, dia pemimpinnya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Agent Bayangan   Bab 108

    “Luka sayatan di punggung Tuan Tayson sangat dalam sehingga menembus tulangnya. Dia sudah terlalu banyak mengeluarkan darah.”“Masa kritisnya sudah lewat, tapi kita tidak bisa menjamin beliau akan siuman,” ucap Dokter Herlin lemas.Mendengar itu, seketika Kim terperangah merasakan nafasnya sedikit sesak.“A-Apa ...!”Tidak bisa menjamin Tuan Tayson akan siuman! Maksudnya?Kim membelalak tak percaya mendengar pertanyaan dokter Herlin. Badannya membeku hingga beberapa detik.“Dok, A-Anda serius? Separah itukah kondisi Tuan Tayson?”“Maafkan saya, Tuan.” Dokter Herlin merasa tidak enak. Dia hanya menundukkan kepala, lemas.Kim menghembuskan nafas berat, tidak tahu apa yang harus dikatakan.‘T-Tuan Tayson!!! Anda ... Anda kenapa bisa sampai seperti ini!’ Kim bergumam sedih.Dari kejauhan, Kayla dan Drake masih memperhatikan mereka dengan wajah serius.Beberapa menit kemudian Kim kembali dengan wajah pucat, menundukkan kepala lemas lalu terduduk di kursi samping Tuan Jake.Drake dan yang l

  • Agent Bayangan   Bab 107

    Putri yang juga terkejut, dia berteriak lalu ngambil jaket Salma dan lari mengejar. Teman asramanya saling pandang, kemudian ikut menyusul. Di luar, Salma lari di samping Cindy, tidak mengatakan sepatah katapun. “Salma, ini jaket!” Putri berteriak dari belakang. Salma tidak menjawab. Ia sama sekali tidak peduli dengan pakaian yang dia pakai, yang Salma pikirkan saat ini hanyalah Denis! “Di luar dingin Salma, kamu bisa sakit,” ujar Putri cemas, mengikuti Salma hendak memakaikan jaket. Namun Salma menolak. Melihat ekspresinya Putri mengerti kalau Salma pasti sangat mengkhawatirkan Denis. Dia beralih kepada Cindy dan berkata, “Cindy, Lydia, kalian serius Denis masuk rumah sakit?” “Ya, aku serius! Semua orang sudah mengetahuinya. Sekarang Denis dirawat di rumah sakit Hopskin Hospital.” Cindy menjawab tegas. “Apa yang terjadi?” “Denis diserang saat berkunjung ke Springfield. Menurut pengakuan seorang pengawal keluarga Zero di sosial media, dia bilang saat mereka menjemput Denis ke

  • Agent Bayangan   Bab 106

    Aiden menunduk berpikir sejenak. “Hm, iya, kemarin aku bicara dengan Denis, dia bilang dia punya urusan di kota itu. Aku tidak tahu apa yang dia lakukan di sana, tiba-tiba kami mendapat kabar kalau Denis terluka. Aku penasaran siapa yang berani melukai Denis.””Katanya Denis terluka parah, apa benar begitu?” tanya Tasya gelisah.“Ya, kalau pengawal itu bilang Denis kritis, kondisinya pasti sangat parah. Aku harap tidak terjadi sesuatu hal yang serius kepadanya. Semoga aja dia baik-baik saja,” jawab Aiden lemas.Taysa tentu semakin risau mendengarnya. Semua orang yang ada di sana pada cemas berharap Tuan Tayson baik-baik saja.********[Universitas Yunzi]Pukul 22:30Dari asrama putri, Salma dan teman-teman seasramanya lagi asik mengobrol pada belum tidur. Putri duduk di samping kiri Salma, sementara yang lain duduk posisi melingkar saling berhadap-hadapan.“Eh, ngomong-ngomong, apa kalian tahu Tuan Kim?” ujar Vanie tiba-tiba.“Tuan Kim?”“Tuan Kim pemilik perusahaan Safety Mountain En

  • Agent Bayangan   Bab 105

    Kim beserta seluruh bodyguad keluarga tiba di rumah sakit Hopskin Hospital.Sebuah rumah sakit besar dan juga megah. Rumah sakit kelas elit yang hanya diperuntukan untuk pejabat pemerintah dan keluarga-keluarga kaya saja. Lokasinya tidak terlalu jauh dari Kawasan Parahiangan Asri.Denis langsung dibawa masuk oleh beberapa petugas medis dan tiga dokter tadi. Kim tentu saja ikut masuk ke dalam.Dari halaman depan, Drake memberi intruksi kepada seratus lima puluh bodyguard yang lagi berbaris rapi di hadapannya.“Seperti yang kalian lihat, Tuan Tayson mengalami kecelakaan saat sedang berkunjung ke kota Springfield. Saat ini kita belum tahu kondisinya bagaimana.”“Kita harus memperketat keamanan rumah sakit ini. Jangan biarkan orang lain masuk ke ruangan tempat Tuan Tayson dirawat. Siapapun itu, kecuali ada izin dari saya dan Tuan Kim.”“Sebagian, jaga Tuan Tayson dari ruangannya. Sebagian lagi jaga pintu masuk utama rumah sakit. Sisanya berjaga di halaman depan dan pastikan jangan ada war

  • Agent Bayangan   Bab 104

    Di salah satu helikopter hitam berlambangkan tulisan ‘K-ZERO’ warna putih di pintunya, Kim duduk di kursi kiri samping pilot, memakai headphone.“Bertahanlah Tuan Tayson, kami akan segera tiba.”Kim sangat gelisah. Ia terus melihat-lihat ke bawah dengan raut muka cemas, berharap Denis baik-baik saja.“Kita sudah tiba di perbatasan kota Springfield, Tuan,” kata si pilot.“Baiklah, langsung ke lokasi yang dikirim Drake,” jawab Kim singkat, ketika kemudian radio komunikasi mengeluarkan suara.[“Kode : 110, 110 : Arah jam 12, terlihat satu mobil di atas jembatan dikelilingi oleh sekelompok orang bersenjata.”][“Saya ulangi, arah jam 12 di atas jembatan, terlihat ada satu mobil dikelilingi oleh sekelompok orang bersenjata. Kami menunggu intruksi. Ganti,”] kata seseorang dari helikopter depan.Mendengarnya, sontak Kim mengambil teropong kecil lalu melihat ke arah yang dituju.Memang benar, di atas jembatan di bawahnya terlihat ada banyak sekali mobil Jeep dan kelompok orang bersenjata sedan

  • Agent Bayangan   Bab 103

    Drake tentu ikut menengok ke belakang. Sementara Jake melihatnya dari kaca spion.“Apa mereka mau ngejar kita sampai Bandung City? Yang benar saja!” gerutu Drake.Jake dengan cepat menginjak full pedal gas. Mereka melaju di kecepatan 90 km/jam. Jake memukul setir mobil mengernyitkan wajah.“Ah, brengsek! Mobil ini sudah cukup tua. Hanya segini kecepatan fullnya! Drake, apa kau sudah memberitahu Tuan Kim?”“Sudah, saat ini mereka pasti sedang menuju ke sini.”“Baguslah! Kita harus bertahan selama mungkin menunggu kedatangan mereka.”“Mereka semakin dekat Tuan Jake!” teriak Blondie makin panik, masih melihat ke belakang. Benar-benar kebingungan karena dia tahu kalau sudah berhadapan dengan organisasi misterius, mereka pasti akan mati!“Drake! Di bawah kursimu ada senjata. Tembak mereka! Kita harus mengulur waktu!” perintah Jake.Dengan sigap Drake berdiri membuka jok mobil. Ternyata benar di bawah joknya ada beberapa senjata. Drake mengambil satu senjata laras panjang kemudian mengeluar

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status