Share

Bab 4

"Haiii, halo, Denis. Aku sudah dalam perjalanan menuju rumahmu. Kamu udah makan belum? Aku belikan nasi goreng buat kamu, ya. Kita makan malam bareng, bagaimana?" tanya Siska tampak bersemangat dari balik telepon.

"Eeee ... I-Iya, boleh boleh." Denis gugup. Ia tidak tahu harus berkata apa. Yang jelas, dia sangat kebingungan karena kakaknya masih di rumah.

“Hmmm, oke ... Ngomong-ngomong kamu kenapa kok bicaranya gugup begitu? Kamu tidak suka ya, kalau aku kerumahmu?” tanya Siska penasaran.

Denis terkejut. "T-Tidak ... bukan begitu Siska. Aku tidak apa-apa, kok."

"Bener, tidak apa-apa?"

"Iya ... Kamu tenang saja," jawab Denis.

"Hmmm ... Baguslah kalau begitu."

Dari seberang sana, Siska merasa agak sedikit kecewa. Siska curiga kalau Denis sedang menyembunyikan sesuatu. Tidak biasanya Denis gugup begini.

"Nanti kalau sudah di depan gang dekat rumahku, telepon aku, ya! Biar aku jemput," kata Denis sambil menghela nafas lega.

"Oke, kalau begitu sudah dulu, ya. Byee ..."

"Oke."

Denis menutup panggilan, kemudian langsung berbalik menatap Jessica yang sedari tadi ada di depan mendengar pembicaraan mereka.

"Kak, ayolah, pleasee ... aku masih belum mau kalau identitasku terbongkar, kak!"

Jessica sedikit kesal!

Sebelumnya, Denis meminta Jessica untuk pergi dulu dari rumah agar Siska tidak mengetahui perihal kakaknya di sana. Tentu saja Jessica marah.

"Kamu ini bagaimana, sih? Mau sampai kapan kamu terus berpura-pura menjadi miskin? Ibu kan sudah menyuruhmu untuk berhenti, Denis!" tegas Jessica sambil menyilangkan tangan di dada, menatap Denis sinis.

Jessica marah bukan karena Denis menyuruhnya pergi, tetapi dia marah karena Denis masih tetap ingin berpura-pura menjadi miskin.

"Iya, kak. Aku tahu ... tapi aku masih ingin merahasiakan identitasku. Masih ada urusan yang harus aku selesaikan!" Denis cemas.

"Aku janji, setelah saatnya tiba, aku tidak akan begini lagi!" lanjutnya.

Jessica menghela nafas berat. Dia benar-benar kesal melihat adiknya sangat bersikeras.

Setelah terdiam sejenak, Jessica yang melihat keseriusan Denis, dia akhirnya luluh dan tidak tega.

"Huuhhh ... baik kalau itu yang kau mau, kakak tidak akan mencampuri urusanmu soal ini! Tapi janji! Kamu harus segera mengakhiri aktingmu yang konyol itu, kalau ibu tahu kamu masih berpura-pura menjadi miskin, dia akan marah pada kakak," tegas Jessica mengingatkan.

Denis menghembuskan nafas panjang. Huh ...

Syukurlah kakaknya setuju. Denis merasa lega.

Dengan begitu, Denis tidak perlu khawatir lagi sekarang.

Sebagai tanggapan, dia mengangguk tegas.

Sebelum Siska menelepon, Denis sudah lebih dulu meminta kakaknya agar pergi dulu dari rumah. Tentu saja Jessica bertanya atas alasan apa Denis menyuruhnya pergi dan akhirnya jadi panjang.

Sejujurnya, yang diinginkan Jessica hanya mau Denis berhenti pura-pura menjadi miskin dan pulang ke kediaman orang tuanya di Soul Kalbar. Meskipun hanya memberitahu Denis agar berhenti berpura-pura dan tidak langsung menyuruhnya pulang, sudah terlihat jelas bahwa Jessica ingin adiknya segera pulang ke rumah.

Hanya saja, Denis tidak menyadari keinginan Jessica yang sebenarnya.

"Ya, sudah. Malam ini kakak mau nginap di komplek Calistha Residence, biar nanti pulangnya tidak terlalu jauh," ucap Jessica, lalu pergi ke kamar bersiap segera mengemasi barang-barangnya.

"Oke, kak, Hehehe." Denis tersenyum menyeringai, merasa gembira.

Setelah itu, Denis mengikuti Jessica dan membantu mengemasi semua barang, kemudian memasukan semuanya ke dalam koper besar yang sebelumnya dibawa Jessica.

Denis tampak teliti dalam memperhatikan seluruh pojok ruangan. Dia memastikan supaya tidak ada satu barangpun milik kakaknya ketinggalan.

Setelah semuanya beres, Jessica bergegas pergi menggunakan mobil miliknya yang terparkir di bawah rumah. Ia melajukan mobil dengan terburu-buru agar tidak ada orang lain yang melihatnya.

Meskipun akses jalan dari rumahnya ke pusat desa itu menurun dan cukup curam, Jessica tetap melajukan mobilnya dengan kencang. Dia memang cukup lihai kalau soal mengendarai mobil. Jalanan seperti itu tidak ada apa-apanya bagi Jessica.

Beberapa menit kemudian sekitar seratus meter dari rumah, Jessica menyusuri jalanan gelap, mungkin bisa dibilang hutan. Banyak pepohonan besar di sana dan tepat di samping kanan kirinya hanya ada pohon bambu yang menjalar ke pinggir jalan.

Suasana di jalan itu cukup angker.

Pada saat sedang menyusuri jalanan gelap dan sepi itu, tiba-tiba Jessica terkejut melihat ada seorang gadis cantik sedang berjalan seorang diri sambil memegang ponsel yang digunakannya senter untuk menerangi jalan.

"Mau ke mana gadus itu malam-malam begini?" Jessica mengerutkan kening.

Melihat kondisi gadis itu cukup mengkhawatirkan, Jessica merasa kasihan sekaligus khawatir kalau gadis itu kenapa-napa. Apa lagi di sini sangat sepi! Bisa bahaya kalau gadis cantik sepertinya berjalan seorang diri malam-malam di sini.

Setelah berpikir sejenak, Jessica kemudian memperlambat kendaraannya lalu memutuskan untuk menghampiri gadis itu.

Di sisi lain, gadis itu mengerutkan kening dan ketakuan melihat sebuah mobil mewah yang tiba-tiba berhenti tepat di sampingnya. Rasa takutnya itu disebabkan karena dia tidak tahu mengenai siapa pemilik mobil mewah ini, dan dia takut kalau sampai si pemilik mobil akan melakukan hal yang macam-macam kepadanya.

"Hai, dek? Kamu mau ke mana malam-malam begini?" Jessica membuka kaca mobil lalu bertanya pada gadis itu.

Setelah melihat pemilik mobil ternyata perempuan, gadis cantik itu langsung merasa lega. Ahh ... sepertinya kakak ini bukan orang jahat,’ pikirnya.

"I-Ini ... saya mau ke rumah teman saya, kak," jawab gadis itu malu-malu sambil menundukan kepala.

Jessica mengangkat alis. Ia tiba-tiba teringat sesuatu.

‘Rumah teman? Apakah dia teman Denis yang mau ke rumah’ gumam Jessica dalam hati.

Sementara itu, saat yang bersamaan di sebuah semak belukar yang jaraknya sekitar dua puluh meter dari belakang gadis cantik tersebut, terlihat ada dua orang pria mengenakan jaket hitam, menutup kepalanya dengan tudung, sedang mengintai gadis itu dari kejauhan.

"Sial, ada yang mendekati Siska!"

"Padahal ini kesempatan kita untuk menculiknya," desis salah satu pria itu sambil terus memfokuskan pandangan pada orang yang mendekati Siska. Tampaknya, dia pemimpinnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status