Kediaman Andi. Seperti biasa, Febby sedang sibuk menyiapkan makanan di dapur. Rutinitas harian sebagai istri dari suami partriarki."Nanti siang Ibu aku mau datang ke rumah." Andi memberitahu rencana ibunya yang ingin mengajak Febby ke rumah sang adik."Iya, tadi Ibu udah chat aku," jawab Febby yang tengah sibuk dengan pekerjaan di dapur."Nanti kamu jelasin program kehamilannya sama Ibu. Minta Ibu do'ain biar kita secepatnya punya anak.""Iya," angguk Febby. Selesai menyiapkan bekal untuk suaminya, Febby menarik kursi dan duduk."Udah selesai bekalnya?""Udah, aku pisahin sayur sama udang balado kesukaan kamu. Kalau kamu ngga suka sayurnya, kasih aja ke temen kamu.""Aku suka semua masakan buatan kamu." Andi memakan sarapan yang disiapkan istrinya.Diam-diam Febby memperhatikan sang suami. "Mas," panggilnya pelan."Hmm."Menelan saliva, Febby mengambil minuman dan menenggaknya sebelum kembali berbicara, "Dokter Dirga minta nomor hape aku. Kasih ngga?"Andi menyempitkan mata. "Dia kan
Sentuhan bibir Anggun yang menempel sesaat di bibir merah alami Dirga, tak membuat Dokter Tampan itu bergairah.Tatapannya datar, bahkan tak ada gerakan sama sekali. Tidak seperti biasanya, Dirga langsung menyergap seperti Beruang kelaparan.Anggun mendesah kasar, sadar ada yang aneh dari suaminya. Wajahnya yang semula dipenuhi senyuman, berubah kecut.Kedua tangan bersidekap di atas dada, dengan helaan napas panjang. "Kamu kenapa sih Mas?" tanyanya kesal.Yang ditanya hanya diam, mematung."Aneh banget. Kemarin minta dilayanin. Giliran aku mau, kamu yang ngga mau. Jadi sebenarnya mau kamu apa sih? Nyebelin banget!"Dirga memalingkan wajah, dia ambil ponsel yang tergeletak di atas bantal lalu turun dari ranjang.Melihat itu, Anggun membuka mulutnya membentuk huruf O besar. Kaget! Suaminya justru mengabaikan dan menganggap dia tidak ada di sana."Mas!" bentak Anggun, habis kesabaran Dokter Kecantikan itu.Dirga menoleh sesaat, mengatakan, "Aku tidur di kamar lain." Ia melangkah mendeka
Fiu! Fiu! Fiu!Suara siulan terdengar dari dapur. Di jam setengah tujuh malam, suara asing itu mengundang rasa ingin tahu Anggun.Sengaja dia pulang lebih awal agar suaminya tidak marah, tetapi saat masuk ke dalam kamar, laki-laki tampan itu tidak ada di sana.Berkeliling rumah, Anggun menghentikan langkah kaki di pintu dapur bersih. Ia melihat suaminya sedang bersiul sambil memasak sesuatu di atas kompor.Mengambil langkah perlahan, Anggun mendekati meja makan dan duduk. "Kayaknya kamu lagi happy hari ini Mas," senyumnya sambil mengambil piring.Beberapa lauk-pauk sudah tersedia di atas meja, namun Dirga justru memilih masak mie. Semua itu karena baru saja dia melihat postingan Andi, makan mie buatan Febby."Banyak pasien unik hari ini," jawab Dirga datar, menghentikan siulannya.Anggun manggut-manggut. "Kamu masak apa Mas? Kok ngga makan ini aja?"Dirga melirik sesaat, kembali fokus pada mie instan di dalam pa
Baru saja tiba di rumah, Andi sudah disambut pemandangan indah istrinya yang hanya mengenakan daster pendek tanpa lengan.Kulit putih mulus, tubuh sintal yang biasanya langsung bisa dinikmati, kini harus dia abaikan demi melancarkan program kehamilan.Andi melangkah mendekati pintu rumah, tempat istrinya berdiri sambil tersenyum hangat.Melihat suaminya datang, Febby langsung mengambil tas tenteng dari tangan Andi."Aku ngga sempat masak, Mas. Tadi aku pulang sore banget. Kamu mau aku pesenin makanan online ngga? Atau masak nasi goreng aja?" tanyanya menatap wajah lesu sang suami."Masak mie aja. Udah lama aku ngga makan mie," jawab Andi sambil mengendur kancing kemeja, melangkah mendekati sofa dan duduk."Yakin mau makan mie aja? Ngga mau pesen makanan di restoran gitu?""Mahal, kita harus hemat. Masih banyak keperluan penting yang harus dipikirkan selain mengisi perut," sahut Andi dengan nada dingin. Padahal baru saja
Berbeda dengan istrinya yang baru saja menikmati dosa terindah. Di tempat lain, Andi lagi-lagi, harus menerima cacian dan makian dari atasan karena kesalahan sepele ... baginya."Lain kali salin dulu semua dokumen penting di komputer kantor. Jangan asal pulang aja. Pikiran kamu cuma rumah aja. Ngga profesional banget sih! Kamu udah berapa lama sih kerja di sini. Kayak anak baru aja. Beri contoh yang bener untuk karyawan lain!"Andi hanya menundukkan kepala pasrah saat dimaki oleh bos di kantornya. Kesalahan yang baginya tidak terlalu fatal, tetapi selalu saja menjadi alasan untuk memarahinya di depan para karyawan lain.Wajahnya sudah tebal seperti kulit Badak. Biasa baginya terkena marah, apalagi di depan teman kerja."Bukan cuma kamu, tapi semua karyawan di kantor ini. Kalau mereka melakukan kesalahan, pasti saya akan marahi! Kalian itu kalau bekerja harus teliti."Andi menghela napas panjang sambil melirik ke kiri dan kanan. Semua karyawan terlihat sedang berbisik, sudah pasti yang
Mengikuti permintaan suami dan Ibu mertua, Febby menjalani program kehamilan, namun dengan cara dibuahi oleh dokternya sendiri.Seandainya Andi tahu, kemungkinan laki-laki yang tidak terlalu tampan itu, akan membakar tempat praktek Dirga sampai rata dengan tanah.Meskipun terkesan cuek dan dingin pada istrinya, tetapi Andi sangat takut kehilangan Febby sebagai aset satu-satunya dalam hidup."Boleh minta nomor ponselmu?" Dirga dan Febby masih berada di atas ranjang. Saling memberikan kehangatan satu sama lain di ruangan dingin itu.Keduanya berada di bawah selimut tipis, masih polos tanpa sehelai benang pun menutupi tubuh."Kalau Mas Andi ngga ngijinin, aku ngga bisa ngasih nomor hape aku sama siapa-siapa." Jemari lentik Febby, terlihat sibuk menarik bulu-bulu halus di atas dada Dirga."Andi melarangmu memberikan nomor ponsel padaku?" tanya Dirga, mengangkat satu alis tebalnya.Febby mengangguk pelan. "Bahkan sama teman aku sendiri. Yang tahu nomor hape aku cuma Ibu sama Bapak di kampu