Home / Rumah Tangga / Ah, Jangan Kakak Ipar / Bab 4 - Rumah Sakit

Share

Bab 4 - Rumah Sakit

Author: senjaaaaaa
last update Last Updated: 2025-09-12 06:01:39

Risa duduk di kursi tunggu ruang laktasi dengan wajah sedikit menahan nyeri.

Blusnya basah di bagian dada, sementara Sara tertidur pulas di gendongan.

Damar berdiri di sampingnya, canggung. Tangannya disilangkan di depan dada, tak tahu harus melakukan apa.

Beberapa menit kemudian, seorang perawat memanggil nama Risa, lalu membawanya masuk ke ruangan pemeriksaan.

Ia menatap keluar jendela, mencoba menyembunyikan gugupnya. “Mas, nanti kalo Mas Bara pulang—”

“Dia bilang meeting luar negeri. Mungkin nggak balik cepat.”

Jawaban itu datar, tapi ada nada lain yang tak ia ucapkan.

Risa hanya mengangguk. Ia tahu, tak ada gunanya bertanya lebih jauh.

Sesampainya di pintu, Damar membantu mengambil alih tas dan menggendong Sara tanpa banyak bicara. Risa menatap sekilas. Mengapa rasanya makin tak karuan?

“Bu Risa Prameswari?”

Risa berdiri, lalu menoleh ke Damar. “Mas, tunggu sini aja—”

Belum sempat ia melangkah, perawat menatap ke arah Damar. “Bapak ikut aja, ya. Dokternya mau jelasin juga soal pijatan payudara buat bantu keluarnya ASI.”

Risa membeku. “Eh, dia bukan—”

Tapi Damar sudah sempat mengangguk sopan. “Baik, Mbak.”

Risa ingin menolak, tapi langkah Damar sudah lebih dulu mengikutinya ke dalam ruangan.

Risa menunduk makin dalam, wajahnya merah.

“Silakan duduk. Ibu Risa, keluhannya nyeri di payudara, ya?”

Risa mengangguk pelan. “Iya, Dok. Kayaknya ASI-nya baru keluar sekarang, padahal anak saya udah kebiasaan susu formula.”

Dokter memeriksa sebentar, lalu menatap Risa dengan tatapan hangat.

“Ini hal baik, Bu. Kadang memang telat keluar, apalagi kalau ibu stres. Tapi sekarang sudah lancar. Nanti kalau nyeri, bisa dikompres hangat dan dipijat ringan dari arah luar ke dalam, begini…”

Sambil berbicara, dokter memperagakan gerakannya pada boneka silikon di meja.

 “Bengkaknya karena saluran susu sempat tersumbat. Saya tunjukin ya, Pak, cara mijatnya. Pelan aja, dari pangkal menuju areola, supaya nggak sakit.”

Damar mengangguk lagi, tapi sorot matanya tak berani menatap langsung ke dada Risa yang sebagian terbuka saat dokter memperagakan dengan bantuan boneka silikon.

Risa menahan napas, rasanya pipinya terbakar. Ia berusaha fokus pada penjelasan dokter, tapi degup jantungnya sendiri justru jadi lebih kencang daripada rasa nyeri yang baru saja dikeluhkannya.

“Bapak bisa bantu nanti di rumah,” lanjut dokter tanpa sadar menambah keheningan di ruangan. “Kalau dilakukan rutin, payudara nggak akan bengkak lagi. Mau saya tunjukin cara pijat yang benar?”

Risa buru-buru menatap dokter itu, panik. “Ah, nggak usah, Dok! Nanti saya aja, sendiri.”

“Nanti kalau di rumah nyeri lagi, bisa dibantu suaminya ya,” tambah sang dokter ringan sebelum mereka keluar dari ruangan konsultasi. “Tapi jangan dibiarkan, ya, Bu. Kalau nyeri terus, bisa demam.”

Begitu pintu tertutup, keheningan mendadak menggantung.

Damar menatapnya sebentar, lalu mengalihkan pandang. Mereka diam beberapa detik.

“Mas—”

“Ris—”

“Mas,  duluan aja.” kata Risa menggigit bibirnya.

“Kamu duluan.” 

Risa memberanikan diri bicara. “Mas, makasih udah nganter. Dan jadi direpotin gini.”

“Soal tadi—”

Damar menggeleng. “Kamu nggak ngerepotin.”  Ia menunduk sebentar, lalu melanjutkan, “Kalo nyerinya kambuh, bilang aja. Aku bantuin.”

Ia mengangguk kecil.“Maaf... aku tadi nggak sempat jelasin kalau kamu bukan suami aku.”

Damar tersenyum tipis, kaku. “Nggak apa-apa. Lagian... aku juga nggak tahu harus jelasin gimana.”

Beberapa detik, mereka saling diam.

Belum. Belum saat ini.

 Lalu Damar berdehem pelan. “Kalau perlu bantuan bilang aja, ya.”

Risa sontak menatapnya. Matanya membulat, lalu buru-buru berpaling ke arah lain. “Nggak usah, Mas. Aku... bisa sendiri.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ah, Jangan Kakak Ipar   Bab 6 - Bantu Hisap, Bisa?

    “Eum, Mas—”Damar membalikkan badannya, memunggungi Risa.“Ini masih panas, Mas.” kata Risa mengeram.Tangannya dicelupkan sebentar sebelum benar-benar menaruh handuk ke bagian dada.“Sebentar. Aku tambahin air dulu.”Risa tersenyum kecil. Sementara Damar berlari ke dapur, Risa membuka kancing piyamanya, mengompresnya perlahan. “Ssshhh ..,” rintihnya menahan nyeri. “Aduh,” rintihnya menggigit sudut bibirnya.Satu menit. Dua menit. Rasanya tak kunjung reda, ia menyerah. Tangannya masih menempelkan handuk hangat di dada Risa ketika pintu kamar terdengar terbuka.Damar muncul sambil membawa mangkuk air hangat baru—nyaris penuh sampai bibirnya—seakan begitu terburu-buru sampai tidak sempat menutup pintu kembali.“Ris—”Ia langsung mendekat, mangkuk hampir tumpah karena tangannya gemetar. Damar terdiam setengah detik, matanya jelas panik melihat piyama Risa setengah terbuka. Lalu matanya memejam seraya melangkah ke arahnya.Handuk di dada Risa jatuh sedikit. Ia buru-buru menutupnya saat

  • Ah, Jangan Kakak Ipar   Bab 5 - Derita Risa

    Malam itu, rumah terasa semakin sunyi. Jam di dinding berdetak pelan, seperti mengingatkan bahwa waktu terus berjalan meskipun tanpa kehadiran Bara.Risa duduk di ruang tamu, membiarkan lampu kuning temaram menerangi sebagian wajahnya yang diselimuti kabut kesedihan. Sesekali, ia masih merasakan dadanya nyeri, membuatnya harus meringis kesakitan setiap kali rasa sakit itu kembali menerjang.Damar keluar dari dapur dengan membawa segelas air hangat di tangannya. Ia menaruhnya di meja tepat di hadapan Risa. “Kamu udah minum obat dari dokter?” tanyanya.Risa mengangguk pelan. “Udah, Mas. Katanya nanti kalau demam baru harus balik lagi.”Damar menatapnya sejenak, lalu duduk di kursi seberang. “Bara udah ngabarin?”Risa menggeleng. “Nggak.” Jawaban singkat yang kembali mengurai perasaan ‘tidak diinginkan’ dalam diri Risa.Damar menunduk. “Tadi aku beli bubur. Mau makan dulu?” Ia menunjuk plastik kecil di atas meja. “Masih hangat.”Risa sempat ingin menolaknya, tapi perutnya yang kosong mul

  • Ah, Jangan Kakak Ipar   Bab 4 - Rumah Sakit

    Risa duduk di kursi tunggu ruang laktasi dengan wajah sedikit menahan nyeri.Blusnya basah di bagian dada, sementara Sara tertidur pulas di gendongan.Damar berdiri di sampingnya, canggung. Tangannya disilangkan di depan dada, tak tahu harus melakukan apa.Beberapa menit kemudian, seorang perawat memanggil nama Risa, lalu membawanya masuk ke ruangan pemeriksaan.Ia menatap keluar jendela, mencoba menyembunyikan gugupnya. “Mas, nanti kalo Mas Bara pulang—”“Dia bilang meeting luar negeri. Mungkin nggak balik cepat.” Jawaban itu datar, tapi ada nada lain yang tak ia ucapkan.Risa hanya mengangguk. Ia tahu, tak ada gunanya bertanya lebih jauh.Sesampainya di pintu, Damar membantu mengambil alih tas dan menggendong Sara tanpa banyak bicara. Risa menatap sekilas. Mengapa rasanya makin tak karuan?“Bu Risa Prameswari?”Risa berdiri, lalu menoleh ke Damar. “Mas, tunggu sini aja—”Belum sempat ia melangkah, perawat menatap ke arah Damar. “Bapak ikut aja, ya. Dokternya mau jelasin juga soal p

  • Ah, Jangan Kakak Ipar   Bab 3 - Pesona Kakak Ipar

    “Mau ke mana?”Suara bariton itu menghentikan langkah Bara yang baru kembali dari luar.“Ambil paspor, Mas. Ada meeting mendadak di luar negeri, sekalian opening cabang baru,” jawabnya datar, tanpa menatap Damar.Damar bersandar di kursi, kedua tangan bersilang di dada, mengamati adiknya yang menenteng koper kecil dan tas selempang. Terlalu rapi untuk disebut “mendadak.”“Kerjaan, ya?” gumam Damar pelan. “Atau… liburan sama pacar kamu itu?”Tatapan Bara langsung berubah tajam. “Mas Damar ngomong apa, sih?”“Aku tau, kamu masih main belakang sama perempuan itu.”Nada Damar meninggi, menahan amarah yang sudah lama mengendap.Bara menghela napas kasar. “Aku juga butuh waktu buat diri sendiri! Aku capek, Mas!”“Waktu buat diri sendiri?” Damar mendekat, tatapannya tajam menusuk. “Kamu punya istri di rumah, punya anak kecil yang masih butuh kamu. Risa nggak pernah minta apa-apa, tapi bukan berarti kamu boleh kabur seenaknya!”“Kamu gak tau anak kamu rewel dan istri kamu sakit? Pergi gitu aj

  • Ah, Jangan Kakak Ipar   Bab 2 - Rasa Canggung

    Semalaman, entah mengapa tidurnya terasa tenang.Tak ada tangisan Sara yang biasanya membangunkannya untuk menyusu—rasanya damai, anehnya.Pagi itu, Risa mengganti popok Sara sambil menahan nyeri di dadanya. Payudaranya menegang– sudah beberapa hari seperti itu. Dulu ASI-nya tak keluar sama sekali, dan sekarang justru mulai menegang dan kencang saat Sara sudah terbiasa pada susu formula.Terlambat. Seperti dirinya yang selalu datang terlambat dalam segalanya.“Risa!”Suara Bara memecah pagi.Risa menoleh, lalu menunduk cepat-cepat. “Ngapain aja semaleman? Rumah berantakan, cucian numpuk, makanan nggak ada! Hari libur gini, aku pengen santai, bukan ngeliat kapal pecah kayak gini!”BRAK!Pintu terguncang. Sara nyaris menangis. Risa refleks memeluknya, tubuhnya ikut bergetar.“Mas … aku semaleman jagain Sara, dia rewel terus. Aku belum sempat—”“Alasan terus!”Bentakan itu menampar telinganya.Dari kamar, Damar mendengar semua. Suaranya datar saat akhirnya keluar, tapi dingin.“Cukup, B

  • Ah, Jangan Kakak Ipar   Bab 1 - Awal Masalah

    “Risa! Urusin anak kamu itu! Berisik banget!”Hentakkan itu membuat Risa mendongak. Pasalnya, dari pagi ia menahan sakit di tubuhnya. “Tapi Sara nangis terus dari tadi, Mas. Badanku masih lemes banget ...,” lanjut Risa sembari mengayun tubuh Sara penuh kelembutan. Sebulir keringat mulai bercucuran menandakan bagaimana rasa lelah yang ia derita.“Kamu baru segitu aja ngeluh. Gimana aku yang baru pulang kerja! Aku tuh capek! Urus anak kamu yang berisik banget!”Pelipisnya makin basah oleh keringat, satu tangan menimang Sara yang terus menangis tanpa jeda. Matanya sayu, wajahnya pucat, tubuhnya menggigil di bawah lampu redup yang nyaris padam.Risa menahan napas, menatap bayinya yang menangis di pelukannya.“Aku cuma minta tolong bikinin susu, Mas,” bisiknya.“Ya udah, gendong aja. Ntar juga diem sendiri,”Suara Bara membelah kamar sempit itu seperti cambuk. Jemarinya sibuk menggulir ponsel, seakan dunia Risa dan anak mereka hanya suara latar yang mengganggu.Risa menatap suaminya lama

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status