Reynal kemudian berjalan pelan menghampiri ketiga perempuan itu sambil tidak melepaskan pandangannya dari Sira. Sedangkan Sira sendiri hanya mencoba membuang muka ke arah lain. Namun, Reynal hanya diam saat sudah berhadapan langsung dengan ketiga perempuan itu.
"Lah? Kok pada diem? Dogy ama meong gak mau salaman gitu?" ucap Fayla sambil melirik Reynal dan Sira yang dari tadi hanya saling diam.
Reynal kemudian menyodorkan tangan isyarat mengajak Sira bersalaman, kemudian Sira juga menjabat tangan Reynal dan keduanya berakhir salaman tanpa sepatah kata pun.
Key yang melihat itu mendadak tersenyum, ia teringat akan pertemuannya dengan Leo saat pertama kali di tangga lantai dua. Keduanya kaku saat hendak bicara, ternyata hal serupa bisa terjadi pada sahabatnya Sira.
"Ekhem! Ciee pada malu-malu, biasanya kan pada berantem mulu," ujar Fayla yang memecahkan keheningan diantara mereka. Key juga terlihat senyum
"Kau adalah perempuan teraneh yang pernah aku temui Khansa Arima Iriana." ~Leonar Halim Al-ghifari~
Leo duduk termenung di rerimbunan pohon yang berdiri tegak di pinggir danau. Ia benar-benar berfikir keras untuk keluar dari masalahnya itu. Untuk saat ini, ia membutuhkan jawaban atas segala pertanyaan di benaknya itu. Sesekali ia memijat keningnya karena terlalu keras berfikir. Apa aku harus menerima tinggal bersama Ayah? benaknya bertanya-tanya, menurutnya itulah langkah pertama untuk mengetahui kebenaran tentang tragedi masa lalunya. Menurutnya, ada beberapaa kejanggalan yang harus ia selidiki. "Duaarrr!" Suara itu jelas membuat Leo terhentak karena terkejut, renungannya juga buyar seketika karena mendengar suara itu. Kala ia menoleh ke sumber suara, matanya sempat terbelalak mendapati Khansa yang dari tadi jongkok sambil menertawakannya. "Kaget ya? Hehe maaf," ujar Khansa sambil mengambil po
Kamis pun tiba, Leo dan Aditia berkemas memasukan barang-barangnya ke dalam bagasi mobil Reynal, hanya saja saat ini Reynal terlihat terjebak dengan lamunan yang mengiangi pikirannya. Membuat dirinya terlihat lambat saat berkemas."Rey? Napa si? Ngelamun mulu," tanya Aditia yang daritadi memperhatikannya."Ada hal yang belum gue kasih tau sama lo berdua," jawab Reynal yang membuat Leo berhenti berkemas dan ikut ke dalam pembicaraan."Emang ada apa?" tanya Aditia kembali.Belum juga Reynal menjawab, ketiganya sudah di hebohkan dengan teriakan Fayla yang datang menghampiri ke tiganya."Cihuuuyy! I'm coming guys, kita jadi ke pantai nih yeaayyy!" teriak Fayla yang membuat ke tiga pria itu menoleh."Berisik lo kacamata bunglon! Ni kuping meledak denger suara lo!" seru Aditia membalas teriakan Fayla."Eh gagak hutan! Ter
"Yok naik semua, gue yang nyetir!" suruh Aditia pada yang lainnya saat mereka menyewa mobil ontel untuk mengelilingi pantai."Emang bisa? Setau gue lo kan gak bisa nyetir mobil," timpal Reynal membuat Aditia berdecak kesal."Jangan buka kartu disini dong Rey! Ntar gue belajar, lagipula kan ini cuma mobil goes (mobil kayuh)." Aditia mulai menduduki tempat setir mobilnya."Feeling gue gak enak nih," gumam Reynal."Yo cepetan naik semua. Heh Gagak Hutan! Awas ya kalo nyetirnya gak bener!" ancam Fayla yang sudah duduk di joke belakang Aditia."Bawel lo, Bunglon!" decak Aditia.Mereka pun naik. Leo duduk di joke depan dan para gadis duduk di joke tengah yang menampung tiga orang. Sedangkan Reynal duduk sendiri di joke paling belakang."Oke udah siap? Kit
Hey, kamu sebenernya mau kemana sih?" Khansa mulai bicara setelah dari tadi membuntuti Leo dari belakang."Keliling," jawab Leo singkat."Gak ada yang lebih seru kek caranya?" gerutu Khansa sambil mendahului Leo berjalan kemudian meghadangnya. "Daripada keliling, mending kamu promosiin cerita aku," ujar Khansa sambil melentangkan tangannya."Promosi?" gumam Leo yang terlihat keheranan."Masa lupa? Kamu kan udah janji pas di pinggir danau," rengek Khansa.Leo hanya menanggapi Khansa dengan ekspresi datarnya "Nanti," jawabnya.Sabar. Satu kata yang harus Khansa
"Key? Baru liat sekarang. Lo kemana aja? Apa guenya yang gak liat kali ya?" tanya Aditia setelah Khansa ikut bergabung ke meja makan.Khansa hanya tersenyum menanggapi perkataan Aditia. Pria itu memakluminya, dari awal gadis ini susah menjawab pertanyaan dari lawan jenis. Kecuali jika berbicara dengan sesama jenisnya."Liat lo, gue jadi keinget sesuatu. Tau gak? Kemarin gue liat yang aneh," ucap Aditia seraya memotong hidangan ayam panggang dan memindahkan ke piringnya.Perkataan Aditia membuat semuanya berhenti makan sejenak. "Emang lo liat apaan Dit?" tanya Reynal kemudian melanjutkan suapan makannya lagi.Aditia menilik-nilik Leo dan Khansa dengan teliti, sepertinya wajah yang kemarin benar-benar mirip dengan keduanya. Namun melihat mereka saat makan juga diam saja seperti belum saling mengenal, Aditia ragu dan menepis sangkaannya. "Gak mungkin deh," gumamnya.
Pukul 03.30 pagi, Khansa mengucek bola mata kantuknya dan berusaha men-charge ponselnya yang mati sejak semalam tadi. Meninggalkan ponselnya yang sudah ia nyalakan, segera Khansa beranjak ke kamar mandi.Ponsel dengan data seluler yang belum mati terdengar mengeluarkan bunyi notifikasi berkali-kali. Ini aneh, Khansa terbilang jarang mendapat banyak notifikasi atau bahkan chat. Ia selalu menyembunyikan akunnya itu, hanya beberapa orang saja temannya yang tau akun atau kontaknya. Terlampau penasaran, Khansa pun kembali dan mencoba melihat apa isi ponselnya.Mata Khansa terbeliak kala melihat apa yang ada di ponselnya. Ia pun melempar ponselnya ke atas kasur membiarkan ratusan notifikasi menggetarkan ponselnya. Semu tidak percaya, ia pun menjerit sebentar kemudian menutup mulutnya itu dengan t
Leo selesai berbenah, kemudian bersiap masuk mobil bersama barang-barangnya. Meski sedikit berat hati karena meninggalkan Bibinya, Leo tetap memaksakan untuk pergi. Ada alasan lain kenapa Leo memutuskan untuk tinggal bersama Ayahnya."Sudah siap berangkat?" tanya Fira sambil menghampiri Keponakannya itu.Leo mengangguk. "Terimakasih Bi, karena selama ini sudah mau merawat Leo. Maaf merepotkan Bibi," ujar Leo pada Bibinya yang sudah ia anggap orang tua sendiri."Leo." Fira memegang pundak Leo, "kau mengingatkanku pada Adrian. Lagipula Bibi banyak berhutang budi dengan Kak Arlin, sudah seharusnya Bibi merawatmu," balas Fira."Jangan Khawatir, Leo pasti sering mengunjungi Bibi," lanjut Leo.Fira tersenyum. "Gapapa, lagipula Pamanmu sama Adrian datang bulan ini.""Syukurlah, sampaikan salam Leo pada mereka. Nanti Leo kembali kesini dan mengunjungi mereka."Kem