Share

Ajari Aku Bahagia
Ajari Aku Bahagia
Penulis: Nurwa

awal

''Zahra! Apa yang sudah kamu lakukan pada Rian!''

Aku menoleh ke arah sumber suara, tampak seorang wanita berbadan gemuk dengan dandanan menor sedang berdiri di depan pintu kamar ini. Dia terlihat sangat panik saat melihat apa yang telah terjadi kepada putra kesayangannya, seketika air mata mulai mengalir menghapus riasan tebal yang mulai tidak beraturan.

''Dasar gadis gila! Gadis tidak tau diri! Apa kamu mau membunuh anakku?'' Kembali wanita itu berteriak sambil menangis dan mncoba merangkul tubuh anaknya yang sudah bersimbah darah.

''Anakmu itu belum mati, dia hanya pingsan. Cepat bawa dia ke rumah sakit, atau kau mau dia mati sekarat di tempat ini?'' ucapku santai smbil berjalan ke arah pintu, lalu melemparkan gunting yang tadi kugunakan untuk menyerang laki-laki breng*k yang sesaat lalu sudah berani mecoba berbuat yang tidak pantas  padaku.

''Kau mau kemana? Kau harus bertanggung jawab! Kau hampir membunuh anakku, dan sekarang kau mau pergi bergitu saja. Dasar wanita gila! Cepat bantu aku untuk membawanya ke rumah sakit!''

Aku menghentikan langkah saat mendengar wanita itu kembali berteriak. ''Tante, kau lucu sekali. Aku tidak mau menolong orang itu, lagipula dari tadi kau selalu meneriaki aku gadis gila, itu membuatku sedikit tersinggung. Cepatlah, sekali berjuang demi anakmu tersayang itu tidak masalah, kan? lihatlah, dia hampir mati,'' ucapku yang kemudian meneruskan langkah untuk keluar dari kamar ini.

Aku berjalan keluar menuju kamar mandi untuk membersihkan tanganku yang terkena darah Rian. Di dalam kamar Rian masih terdengar Tante Mia masih berteriak dengan sumpah serapah yang masih saja keluar dari mulutnya. Bukankah sebaiknya dia memanggil bantuan, agar anaknya itu bisa segera mendapat pertolongan. Ah, sudahlah kenapa aku harus peduli?

Rasanya saat ini kebencianku padanya sudah berlipat ganda. Dari dulu laki-laki itu selalu melihatku dengan tatapan mesum, barulah hari ini dia mulai berani untuk melakukan hal itu saat Tante Mia pergi liburan ke luar kota. Untung saja aku bisa melawan dan balik menyerang dengan gunting yang kutemukan di atas nakas. Tubuhnya yang besar bisa kutumbangkan dengan satu kali tusukan di pinggangnya. Aku yakin tusukan itu tidak akan membuatnya mati, tapi itu sudah cukup untuk membuatnya tersadar dengan kesalahan yang sudah dilakukan.

Setelah membersihkan tangan, aku berjalan menuju kamar pembantu yang di sediakan Tante Mia untukku. Yah, wanita itu berbohong saat mengatakan bahwa dia akan memperlakukanku seperti anaknya sendiri pada ibu, saat akan membawaku tinggal di rumahnya. Kenyataanya aku diperlakukan layak pembantu, aku harus mengerjakan semua pekerjaan rumah, ditambah lagi aku juga harus membuat adonan kue untuk dijual di toko tanteku itu.

Baru satu bulan aku tinggal di rumah ini, rasanya bagai neraka. Jika hanya di paksa untuk mengerjakan semua pekerjaan rumah mungkin aku masih bisa tahan, tapi hari ini Rian, anak kesayangannya itu sudah berani melakukan sesuatu yang sudah tidak bisa di toleransi.

Lima belas menit bagiku sudah cukup unuk memasukkan semua barang-barangku ke dalam sebuah tas besar yang dulu diberikan Ibu sebelum aku pindah ke rumah ini. Aku akan kembali ke rumah. Untungglah aku masih punya simpanan uang pemberian ibu dulu yang bisa digunakan untuk ongkos naik bus.

''Zahra, kenapa kamu ada di sini? Bukannya sekarang harusnya kamu ada di rumah Tante Mia?'' tanya Ibu saat melihatku kembali pulang dengan membawa sebuaah tas besar.

''Aku tidak mau lagi kembali ke rumah itu, aku di sini saja menolong Mama berjualan kue,'' jawabku sambil memeluk wanita penyabar yang sangat kusayangi ini.

''Tapi sayang, bukannya kemaren kamu setuju untuk ikut Tante Mia. Bukankah dia orang yang baik? Dia juga sudah berjanji akan memasukkanmu ke perguruan tinggi dan membiayai semua keperluanmu,''

''Tante tidak akan membiayai kuliahku Bu, bahkan dia tidak pernah mengijinkanku untuk mendaftar di perguruan tinggi manapun. Dia hanya menjadikanku pembantu di rumahnya,''

''A~apa? Tapi Tantemu bilang dia akan …''

''Zahra! Keluar kamu gadis gila, kamu harus bertanggung jawab!'' Sebuah teriakan terdengar dari balik pintu.

Ibu berjalan menuju pintu dan membukanya. Tampak Tante Mia sudah berdiri di sana, tapi wanita itu tidak sendiri, dia bersama dengan seorang pria besar yang berpakaian layaknya preman pasar. Tampang orang itu benar-benar menakutkan, kenapa Tane Mia bisa bersama orang itu.

''Lakukan apa yang tadi sudah kuperintahkan sekarang, gadis gila itu ada di sana!'' teriak Tante Mia  sambil mengacungkan telunjuknya padaku.

Setelah mendengar teriakan Tante Mia laki-laki preman itu langsung menerobos masuk dan berjalan mendekatiku. Tangan berototnya menarik rambutku dengan kasar, lalu kemudian mendorong tubuhku hingga jatuh ke lantai.

Belum cukup dia melihatku jatuh, dia mengangkat tangan kanannya yang sedang memegang gunting, dan bersiap mengarahkan benda itu padaku. Apa yang akan orang ini lakukan? Apakah dia akan membunuhku sekarang?

''Hentikan!'' Ibu berteriak keras lalu berlari memelukku. ''Apa yang akan kamu lakukan pada anakku?''

''Dia hanya menjalankan tugas yang telah kuberikan padanya,'' sahut Tante Mia mendekati kami.

''Apa maksudmu? Tugas apa? Kamu ingin membunuh keponakanmu sendiri?'' Suara ibu bergetar, air mata sudah sudah mengalir membasahi hijab yang digunakan.

''Apa anak  ini belum memberitahumu, apa yang sudah dia lakukan pada Rian sepupunya? Sehingga sekarang anakku itu terbaring koma di rumah sakit,''

''Koma? A~apa yang sudah kamu lakukan, Nak?'' tanya Ibu menggenggam tanganku.

''Oh, jadi gadis gila ini belum memberitahumu. Baiklah, biar aku saja yang memberitahukan apa yang sudah dia lakukan.'' Tante Mia meminta gunting yang tadi di pegang Sang preman dan melemparkannya ke hadapanku dan Ibu. ''Anakmu ini hampir membunuh anakku menggunakan gunting itu! sekarang Rian sedang terbaring koma di rumah sakit!'' Tante Mia berteriak keras di telinga ibu.

''A~apa! Me~membunuh?'' Ibu melepaskan genggaman tangannya dari tanganku.

''Ya! Anakmu itu adalah seorang pembunuh, dia sudah gila! Dan sekarang aku datang ke sini untuk membalas apa yang sudah dia lakukan pada anakku, aku akan melakukan hal yang sama padanya, dengan gunting yang sama.''

''Zahra, katakan yang sebenarnya pada ibu. Apa benar kamu melakukan hal itu? bicaralah, Nak'' Ibu kembali menggengam tanganku menuntut penjelasan.

''Ya, aku melakukannya. Semua itu kulakukan untuk membela diri dari laki-laki itu,'' jawabku santai  tanpa merasa takut atau merasa bersalah.

''Membela diri? Apakah caranya dilakukan dengan membunuh anakku!'' teriak Tante Mia lagi.

''Ya, dia pantas menerima itu semua. Lagipula anakmu itu belum mati, kan? Berhentilah mengatakan kalau aku seorang pembunuh,'' jawabku masih dengan nada yang sama

''Apa katamu! Kamu benar-benar menginginkan anakku mati, hah!''

''Ya,'' jawabku singkat.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status