"Cakra udah bawa Pitaloka, kita bisa mundur sekarang," ucap Putra. Ia mengetahui itu tersebut dari Zilka. Ia sangat beruntung mendapatkan teman seperti Zilka yang selalu bisa ia andalkan disaat-saat genting seperti ini. Walaupun, mereka beda alam.
"Percuma, sebentar lagi pasukan bantuan akan datang," ucap Henzo. Ia adalah bos mafia Triangle. Orang yang paling ditakuti dipertempuran ini. Dan, di sampingnya ada Gino.
Henzo dan Gino turun dalam pertempuran. Mereka sedari tadi selalu mengawasi Elvano, Nova, Aksa, dan Putra. Karena, kelima orang itu terlihat seperti ketua dari geng ini.
Gino cuku
Baru saja matahari muncul, tetapi para anggota Heaven sudah memenuhi jalanan. Dengan personil penuh, mereka menuju ke arah hutan Pinus.Sesampainya di hutan Pinus. Mereka langsung memarkirkan motor mereka dengan rapi. Mereka bersama-sama memasuki hutan.Tak lama kemudian, mereka akhirnya sampai di tengah-tengah hutan. Atau, lebih tepatnya tempat di mana terakhir kali berpisah dengan Aksa.Nova mengambil wadah bom asap yang kemarin malam Aksa gunakan untuk menutupi kepergian mereka."Kita berpencar. Satu jam dari sekarang, kita berkumpul lagi di sini," ucap Elvano.Semua anggota Heaven berpencar. Elvano dan anggota Laskar naik ke pucuk pohon. Mereka mencari keberadaan Aksa dari atas.Natch dan Dixie berpencar. Dengan personil segitu banyak, pasti mereka bisa menemukan Aksa, itu pun kalau memang laki-laki itu masih be
Fanny sedang berada di sebuah mini market yang letaknya tak jauh dari perumahannya. Masih jam 09.00, tetapi wanita itu sudah berada di mini market. Entah, untuk sekedar membeli cemilan, atau mengalihkan keriduannya terhadap Aksa.Langkahnya terhenti saat ada seorang laki-laki menghalangi jalannya. Laki-laki itu memakai jaket berwarna hitam, dan di bagian dadanya ada tulisan Natch."Apa lo kakaknya Aksa?" tanya laki-laki itu."Iya, emang kenapa?" tanya Fanny."Gua Putra. Gua ketua geng Natch. Ada hal yang harus Lo ketahui tentang Aksa. Jadi, lo harus ikut gua sekarang," ucap Putra.Ya, benar. Laki-laki itu adalah Putra. Sekarang adalah saatnya yang tepat untuk memberitahu Fanny tentang semuanya.Fanny hanya mengangguk. Setelah membayar belajaannya, ia langsung naik ke dalam mobil Putra. Selama di perjalanan, tidak ad
Mobil sedan berwana putih, memasuki perkarangan rumah Gino. Di dalam mobil tersebut ada Ghibran, yang bertugas menyetir. Dan, ada Pitaloka dan Azkia yang sedang duduk di kursi belakang.Pitaloka masih tetap tinggal di rumah ini, karena tidak ingin merepotkan orang lain. Padahal, setelah membawa Pitaloka menjauh dari hutan Pinus, Cakra sempat menawarkan untuk tinggal di apartemennya untuk sementara waktu. Tetapi, ditolak oleh Pitaloka.Pitaloka dan Azkia pun memasuki rumah. Kali ini mereka hanya berdua, karena Fanny sudah tidak masuk sekolah selama tiga hari. Dan, hari ini mereka berdua berencana untuk menjenguknya, setelah berganti baju.Azkia merasa heran. Karena sejak ia memasuki rumah Pitaloka, ia selalu melihat bekas luka di wajah para pengawal."Pengawal lo habis latih tanding?" tanya Azkia."Mereka diserang sama geng Heaven,"
Pitaloka sedang duduk termenung di dalam kelas. Senyumannya tidak lagi muncul, sejak kejadian ia menangis di depan rumah Aksa. Pikirannya terus-menerus mengingat kejadian saat Aksa memanggilnya dengan sebutan senior. Dan, akhirnya ia sadar kalau ia menyukai sebutan tersebut."Pi, ke kantin yuk. Lo belum sarapan kan," ajak Azkia."Sebentar lagi masuk jam pertama, nanti aja pas istirahat," tolak Pitaloka.Jam menunjukkan pukul 06.50, jadi sebentar lagi akan ada guru mapel yang akan datang. Pitaloka sedang bersedih, jadi dirinya tidak ingin menambahkan kesedihannya hanya kerena mendapatkan sebuah hukuman dari guru."Dia nggak masuk juga hari ini?" tanya Pitaloka."Entah, dari kemarin gua nggak bisa ngehubungin dia," jawab Azkia.Orang yang dimaksud mereka berdua adalah Fanny. Perempuan itu sudah tidak masuk tiga hari t
Pitaloka sudah berada di depan sebuah rumah besar berwarna putih. Sudah lama, ia tidak menginjakkan kaki di rumah ini lagi. Ini adalah rumah milik ibu kandungnya, yaitu Reni.Semenjak Reni dan Gino berpisah, Pitaloka tidak pernah bertemu dengan ibunya lagi. Bahkan, selama ini ia menganggap kalau ibunya itu telah meninggal dunia.Pitaloka berjalan mendekat ke arah bel yang ada di tembok dekat gerbang. Ia memencet bel tersebut, lalu menunggu seseorang dari dalam untuk membukakan gerbangnya.Tak lama kemudian, datanglah seorang laki-laki tua. Kalau dilihat-lihat umur laki-laki sudah sekitaran 50 tahun, atau mungkin lebih."Maaf, cari siapa ya?" tanya laki-laki itu.Pitaloka tersenyum. Ternyata laki-laki itu adalah Satya. Orang yang selalu menjadi pengasuhnya semenjak SD sampai orang tuanya cerai."Mungkin bapak ingat s
Tepat di detik-detik terakhir matahari terbenam, seluruh geng motor langsung memenuhi jalanan menuju ke arah sebuah gudang yang berada di pesisiran kota.Jalanan yang tadinya sepi, sekarang menjadi lautan para anggota motor. Orang-orang yang tadinya berada tengah jalan, langsung menepi. Dan, orang-orang itu melihat bendera Heaven berkibar untuk pertama kalinya setelah vacum terlalu lama.Suara knalpot mereka mendominasi suara keraiman jalanan. Tak ada satu orang pun yang berani menghalangi jalan mereka. Raja jalanan akhirnya bangkit kembali.Setelah sekian lama, akhirnya mereka sampai di gedung tersebut. Sebuah gedung yang di dalamnya sedang ada para anggota mafia Triangle. Mereka pun turun dari motor masing-masing, lalu jalan mendekat ke arah gedung. Kedatangan mereka disambut oleh senyuman sinis para mafia."Kalian tau kan tugas kalian masing-masing," ucap Nova."Jangan remehkan kita," ucap Alka.Kali ini Alka, Cakra dan pasu
Elvano, Putra dan beberapa pasukan yang tersisa, akhirnya sampai di lantai dua. Dugaan mereka tentang jumlah penjagaan di lantai lebih ketat, ternyata benar. Penjaga yang berada di lantai dua lebih banyak dari pada yang ada di halaman dan di lantai satu.Putra memandang salah satu pria paruh baya yang sedang duduk di sofa. Pria itu adalah Hanzo, dan di samping Hanzo ada Kenma. Ia adalah anak tunggal Hanzo.Elvano memandang keadaan sekitar. Ternyata, ada beberapa kotak kayu yang bisa digunakan mereka sebagai landasan loncatan."Bawa Bos, dan Tuan muda pergi dari sini," ucap salah satu mafia.Hanzo dan Kenma berdiri, mereka melenggang pergi diikuti oleh beberapa mafia. Mereka melewati jalan evakuasi yang sengaja mereka bikin dari tahun lalu. Jalan yang hanya cuma mereka ketahui, dan jalan itu terhubung ke belakang gedung."Serang!" te
Di lantai satu mulai membabi buta. Tidak, ada kata ampun lagi. Semua mafia dan Dixie saling menyerang tanpa mempedulikan apa yang akan terjadi nanti.Hantaman demi hantaman Nova terima. Sebuah darah mengalir dari sudut bibirnya. Tenaganya sudah terlalu banyak terbuang, akibat melawan tiga mafia yang badannya besar.Ada sebuah hantaman mendekat ke arah mukanya. Badannya seakan menegang seketika, seakan badannya sudah tak bisa lagi di gerakan. Tiba-tiba ada sebuah tangan yang mencengkram tangan musuhnya itu.Saat, ia melihat orang yang menyelamatkannya tersebut, ternyata orang itu adalah Aksa."Gua berjuang sejauh ini bukan untuk lihat kalah," ucap Aksa.Tiba-tiba banyak suara langkah kaki mendekat. Saat Nova melengak kebelakang ternyata, asal suara itu berasal dari Nova, Cakra dan semua pasukan mereka.Semua pasukan