Beranda / Romansa / Aku (Bukan) Gadis Pemuas / BAB 2 || PERTOLONGAN ARSENIO

Share

BAB 2 || PERTOLONGAN ARSENIO

Penulis: s_uci17
last update Terakhir Diperbarui: 2025-12-10 16:45:25

"Brengsek! Berani-beraninya kau menyentuh Nona Kira! Biadab!" maki Arsenio yang tengah memukuli Jeff dengan membabi buta. Serangan telak yang tidak terelakkan oleh Jeff yang berada di bawah kukungan tubuh besar Arsenio.

“Aku sudah curiga sedari tadi ketika melihatmu masuk ke dalam kamar Nona Kira, tapi aku menahan diriku untuk tidak menerobos masuk.”

Arsenio baru menghentikan pukulannya setelah wajah Jeff babak belur. Ia bangkit dari atas tubuh Jeff yang terkapar tidak berdaya, napasnya memburu hebat. Ia lantas berbalik ke arah Kirania yang menangis sesegukan di atas ranjang, menarik selimut dan menutupi tubuh Kirania yang sudah setengah telanjang itu.

"Om ...." isak Kirania, seakan mengadu pada pria berusia 40 tahunan itu.

"Tenanglah, Non. Semua akan baik-baik saja." Arsenio melepaskan ikatan pada tangan Kirania dengan lembut, agar tidak menyakiti gadis itu.

Setelah ikatan pada tangan Kirania terlepas, Arsenio kemudian melilitkan selimut di tubuh gadis itu. Saat ia hendak menggendong Kirania—bermaksud membawanya pergi dari kamar tersebut, ia justru merasakan sesuatu menyentuh kepala bagian belakangnya.

Arsenio menegang, kontan berhenti bergerak. Ia tahu benda apa yang kini tengah menekan kepalanya. Tanpa berbalik, ia bersuara dengan tenang.

"Saya sangat menghormati Anda selama ini, Tuan. Tapi apa yang Anda lakukan malam ini sudah kelewat batas. Selama ini saya hanya diam, karena saya tahu bahwa saya tidak berhak untuk ikut campur. Tapi sekarang, Tuan Pradipta sudah tidak ada, saya lah yang akan mengambil alih tanggungjawab untuk menjaga Nona Kira." Suaranya dingin, tidak se-emosional tadi.

"Keluar!" titah Jeff tak kalah dinginnya.

Arsenio perlahan berbalik—mulut pistol langsung menyambutnya, ia menatap Jeff datar. "Saya akan keluar, tapi begitu juga dengan Anda, Tuan. Biarkan Nona Kira istirahat dengan tenang."

Jeff melangkah maju, suaranya semakin penuh dengan penekanan. "Keluar sekarang, sebelum pistolku yang akan mengantarmu keluar dengan paksa."

Arsenio bergeming, masih tampak tenang, tak sedikitpun terpengaruh. "Saya tidak ingin bertengkar dengan Anda, Tuan."

"Sejak kau menerobos masuk dan mengganggu kesenanganku, kau sudah mengibarkan bendera perang denganku, brengsek!" Kesabaran Jeff benar-benar terkikis.

Kirania hampir saja menjerit ketika Jeff dengan gerakan cepat dan tidak terduga, menyerang Arsenio dengan pukulan keras. Tapi Arsenio berhasil menghindar, dan membalas dengan tendangan, hingga tubuh Jeff mundur beberapa langkah.

Detik berikutnya, keduanya saling serang dengan kecepatan dan kekuatan yang nyaris sama. Serangan Jeff terlihat lebih menggebu-gebu, sementara Arsenio tampak lebih tenang. Pukulan dan tendangan mereka membelah udara dengan intens, menciptakan suara keras yang menyeramkan. Pistol di tangan Jeff tadi telah terlempar jatuh ke lantai, disela-sela pertarungan mereka.

"Om Arsen!" Kirania menutup mulutnya, matanya melebar melihat bagaimana Arsenio dengan begitu beringas menghujami wajah Jeff dengan pukulan-pukulan mematikan, setelah berhasil memojokkan Jeff ke dinding dan mengunci pergerakan pria itu.

"Dia itu adik iparmu. Jika kau tidak bisa menjaganya, paling tidak jangan merusaknya," gertak Arsenio tertahan, lantas mendorong Jeff hingga tersungkur di lantai.

Tanpa menunggu lama, Arsenio berbalik dan membawa Kirania keluar dari kamar tersebut. Ia bisa merasakan ketakutan gadis itu lewat getaran kuat jemari Kirania yang meremas bajunya. Rahang Arsenio tanpa sadar mengetat dengan sendirinya.

Arsenio membawa Kirania ke kamarnya, mendudukkan gadis itu dengan lembut di atas ranjang. "Akan saya panggilkan Maid untuk membantu Nona berpakaian."

Kaki Arsenio baru akan melangkah pergi, sesaat lengannya ditahan. Ia berbalik, menatap mata Kirania yang berkaca-kaca dan seolah tidak ingin ditinggalkan.

"Jangan tinggalin Kira, Om. Kira takut sendirian di sini ...," pinta Kirania, suaranya bergetar, air matanya kembali mengalir. Memohon agar Arsenio tetap tinggal.

Arsenio terpaku, matanya tidak putus memandang Kirania yang kini memeluk kedua kakinya. Ia bisa melihat bagaimana sepasang mata indah itu tampak linglung, dan memancarkan ketakutan yang mendalam. Air mata gadis itu jatuh tidak terbendung, meski tanpa suara isakan.

Tangan Arsenio naik dengan ragu, mengusap kepala Kirania pelan. Ia bermaksud ingin menenangkan, tapi yang terjadi justru sebaliknya. Isak tangis Kirania pecah, dan Arsenio tidak bisa untuk tidak membungkus tubuh rapuh itu ke dalam pelukannya.

Kirania mengubur wajahnya dalam-dalam di dada bidang Arsenio. Ia menumpahkan segala tangisnya di sana. Hatinya luar biasa sakit sekarang mengingat perlakuan Jeff tadi, sehingga menimbulkan sesak yang begitu menyiksa.

"Papa ...." Kirania meraung memanggil Papanya.

Arsenio bergeming, wajahnya mengeras mendengar suara tangis Kirania yang begitu sarat akan kepedihan. Rahangnya mengetat menahan emosi.

"Non Kira aman sekarang. Saya di sini, saya tidak akan kemana-mana," bisik Arsenio menenangkan, mengusap punggung Kirania naik turun.

Ia biarkan gadis itu terus menangis hingga lelah, dan berakhir tertidur di pelukannya.

Pagi harinya, Kirania terbangun dalam keadaan sudah berpakaian lengkap. Ia mendapati ada Arsenio yang tidur dalam posisi duduk bersandar di kepala ranjang. Pandangannya lalu jatuh pada tangannya yang berada dalam genggaman tangan besar Arsenio.

Pagi ini adalah pagi yang berat untuk Kirania, selain karena ini adalah pagi pertamanya tanpa sosok sang Papa.

Pagi ini juga, ia bangun dalam bayang-bayang menakutkan kejadian semalam. Bukan hanya itu, ke depannya Jeff mungkin akan terus mengikutinya seperti layaknya bayangan menyeramkan.

Kirania dengan perlahan beranjak dari ranjang.

Dengan tenaga seadanya, ia melangkah memasuki bilik kamar mandi. Tidak lupa, ia mengunci pintu kamar mandi.

Di dalam kamar mandi, ia memandangi refleksi dirinya yang tampak seperti mayat hidup karena wajahnya yang pucat pasi, dan mata yang sembab. Detik berikutnya, matanya jatuh pada vas bunga hias di sudut wastafel.

"Membayangkan hidup tanpa Papa saja itu sudah menakutkan untuk Kira, Pa. Apalagi sekarang, di sini Kira tidak punya perlindungan lagi. Lebih baik Kira ikut Mama dan Papa, bukan?"

PRANG!

Cermin besar tersebut pecah setelah Kirania menghantamnya dengan vas bunga. Dipungutnya salah satu pecahan kaca di lantai, lantas menggenggamnya dengan kuat hingga darah menetes mengotori lantai. Tak ada ringisan, yang ada hanyalah kedukaan pada hatinya. Kirania tidak sekuat itu untuk bisa menerima takdir ini.

Tangannya yang menggenggam beling terangkat, mengarahkan bagian runcing pecahan itu ke arah lehernya dengan gerakan cepat tanpa sedikitpun ada keraguan di dalamnya. “Jika aku tidak bisa membawa kembali orang tuaku, biar aku yang menyusul mereka!”

"Apa yang kau lakukan?!" Bentakan itu menggema keras, tepat setelah pintu kamar mandi terbuka kasar.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Aku (Bukan) Gadis Pemuas   BAB 7 || TERTANGKAP BASAH

    "Dressnya kependekan," komentar Arsenio yang sedang menggulung lengan jaket miliknya yang kebesaran di tubuh mungil Kirania. "Kan Kira gak tahu kalau bakalan pergi naik motor," sahut Kirania dengan wajah cemberutnya. Siapa yang menyangka jika empat ban mobilnya kempes semua. Sekarang ia berakhir menumpang dengan Arsenio yang kebetulan sedang membawa motor, karena pria itu takut kena macet. "Lain kali jangan dipakai lagi," ucap Arsenio, nada suaranya terdengar semakin datar saja. "Kalau lagi naik motor?" tanya Kirania polos. "Mau naik motor, naik mobil, tetap jangan dipakai lagi," balas Arsenio, sambil memasangkan helm ke kepala Kirania. "Kenapa emangnya?" tanya Kirania, kali ini dengan nada suara heran. Arsenio menghela napas panjang, lantas memandang gadis di hadapannya itu yang semakin terlihat manis saja dalam balutan jaket kebesaran serta helm pink di kepala. Tangannya terulur, mencubit gemas pipi chubby Kirania. "Ayo naik," ucap Arsenio, sambil memasang hel

  • Aku (Bukan) Gadis Pemuas   BAB 6 || SAYA SAYANG, BUKAN KARENA NAFSU

    Setelah tujuh hari mengurung diri di penthouse, pasca meninggalnya Pradipta. Hari ini Kirania menyetujui ajakan teman-temannya untuk jalan-jalan ke luar. "Selamat siang!" sapa Devanka dengan senyum cerahnya seperti biasa. "Wah ... lihatlah betapa cantiknya Kirania kita siang ini." Kirania yang baru saja menuruni tangga, hanya memberikan senyuman tipis sebagai balasan. Matanya lalu tanpa sengaja melirik ke arah meja makan, membuat pandangannya bertemu dengan Jeff. Pria itu memang punya kebiasaan akan pulang untuk makan siang. "Tante senang, akhirnya kamu udah mau jalan-jalan ke luar." Devanka mengusap puncak kepala Kirania lembut. "Ayo duduk, Sayang. Kita makan siang bareng dulu." Langkah Kirania menjadi grogi, saat mata elang Jeff tidak lepas menatapnya. Entah kenapa ia merasa tatapan Jeff begitu tajam, seperti tengah menelanjanginya. "Kak Helena mana, Tante?" tanya Kirania. Sebenarnya hanya basa-basi untuk meredam rasa gugup akibat tatapan penuh intimidasi Jeff. "Lagi sia

  • Aku (Bukan) Gadis Pemuas   BAB 5 || KEBUSUKAN KELUARGA?

    "Saya tahu kita semua disini masih dalam kondisi berduka. Namun, wasiat ini sudah menjadi amanat dari Tuan Pradipta, sebelum beliau berpulang. Jadi, saya harus membacakannya pagi ini." Suara Bram memecah keheningan ruangan keluarga yang telah diisi oleh Devanka, Helena, Jeff, dan Kirania. Selaku orang kepercayaan mendiang Pradipta, Arsenio ikut mendampingi pembacaan surat wasiat malam ini. Mata pria itu tidak putus memperhatikan Kirania. Gadis itu tampak rapuh dan rentan. Wajah dan matanya yang sembab, bukan hanya menggambarkan gurat kesedihan yang sangat dalam. Tapi juga tampak tertekan. "Baik, bisa saya mulai?" Tanya Bram, menatap semua anggota keluarga."Ya, silahkan," kata Arsenio datar. Bram menarik napas dalam-dalam, membuka dokumen yang ada di tangannya, dan mulai membacakannya."Surat wasiat. Telah bertanda tangan di bawah ini, nama Pradipta Maheswara. Menyatakan dengan sadar dan tanpa paksaan, membuat surat pernyataan wasiat waris. Bahwa saya adalah pemilik harta kekayaan

  • Aku (Bukan) Gadis Pemuas   BAB 4 || SHE IS MINE!

    "Tahanlah sebentar," ucap Arsenio, meniup perlahan luka di telapak tangan Kirania. Kirania hanya diam dan membiarkan Arsenio merawat luka di telapak tangan kanannya yang tadi menggenggam beling. Diam-diam matanya tidak putus memperhatikan pria itu, membuat ingatannya terlempar pada kejadian beberapa menit yang lalu—momen intim mereka. "Apa gerangan yang sedang Tuan Putri pikirkan, hm?" tanya Arsenio, dengan nada menggoda sambil melanjutkan membalut tangan Kirania dengan perban. "Hm? Mikirin apa?" ulang Arsenio, matanya menatap lurus ke mata Kirania. "Mikirin cara bunuh diri lagi?" Kirania cepat-cepat menggeleng. "E-enggak. Kira gak mikirin apa-apa," gumamnya pelan. Ia hendak menarik tangannya, tapi Arsenio menahannya dengan genggaman kuat, namun tetap terasa lembut dan tidak menyakitinya. Ia menundukkan kepala—menghindari mata Arsenio yang tak kunjung putus menatapnya intens. "Berjanjilah pada saya, bahwa kamu tidak akan melakukan hal nekad seperti ini lagi," ucap Arsen

  • Aku (Bukan) Gadis Pemuas   BAB 3 || JANJI ARSENIO

    Arsenio menangkap tangan Kirania dan menahannya kuat. "Lepas! Saya mohon jangan nekad, Non." Alih-alih melepaskannya, Kirania justru menggenggam beling itu lebih kuat sehingga semakin melukai tangan gadis itu. "Saya mohon jangan seperti ini, Non. Lepaskan belingnya, ini akan melukaimu." Sorot mata Arsenio yang sarat akan kekhawatiran juga permohonan, bertemu dengan sorot mata Kirania yang memancarkan kesedihan, rasa lelah, maupun keputusasaan yang mendalam. Air mata gadis itu berurai deras. "Semua keluarga Kira udah gak ada, Om. Semuanya ninggalin, Kira. Mama, lalu Papa. Gak ada lagi yang tersisa bagi Kira di dunia ini. Jadi untuk apa lagi Kira hidup? Lebih baik Kira pergi bersama mereka. Kira mau ketemu Papa," bisik Kirania parau, suaranya hampir tidak terdengar, tenggelam dalam tangisnya. Arsenio menggeleng tegas. "Tidak. Tuan Pradipta pasti tidak akan suka jika Non Kira menemuinya dengan cara seperti ini." "Biarkan Kira mati! Kira gak mau hidup kayak gini, Om. Gak mau

  • Aku (Bukan) Gadis Pemuas   BAB 2 || PERTOLONGAN ARSENIO

    "Brengsek! Berani-beraninya kau menyentuh Nona Kira! Biadab!" maki Arsenio yang tengah memukuli Jeff dengan membabi buta. Serangan telak yang tidak terelakkan oleh Jeff yang berada di bawah kukungan tubuh besar Arsenio. “Aku sudah curiga sedari tadi ketika melihatmu masuk ke dalam kamar Nona Kira, tapi aku menahan diriku untuk tidak menerobos masuk.” Arsenio baru menghentikan pukulannya setelah wajah Jeff babak belur. Ia bangkit dari atas tubuh Jeff yang terkapar tidak berdaya, napasnya memburu hebat. Ia lantas berbalik ke arah Kirania yang menangis sesegukan di atas ranjang, menarik selimut dan menutupi tubuh Kirania yang sudah setengah telanjang itu. "Om ...." isak Kirania, seakan mengadu pada pria berusia 40 tahunan itu. "Tenanglah, Non. Semua akan baik-baik saja." Arsenio melepaskan ikatan pada tangan Kirania dengan lembut, agar tidak menyakiti gadis itu. Setelah ikatan pada tangan Kirania terlepas, Arsenio kemudian melilitkan selimut di tubuh gadis itu. Saat ia hendak men

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status