Home / Zaman Kuno / Aku Dan Tuan Duke / 2. Mantan Istri

Share

2. Mantan Istri

Author: cyllachan
last update Last Updated: 2024-03-16 10:56:33

Aku tak menyangka ... hanya melihat pria itu bisa membuat tanganku gemetar sampai sekarang.

Igor, kepala pelayan sudah mempersilahkanku untuk duduk menunggu di ruang tamu yang super mewah ini. Mereka telah menyajikan teh hangat dan camilan. Aku belum makan dari pagi, perutku melilit nyeri, seharusnya siang ini aku sudah lapar. Tapi yang kurasakan adalah mual. Aku ingin muntah. Mulutku kering dan semakin kering. Aku tak menyentuh apapun di meja itu.

Sungguh ... aku ingin mengeluarkan semua asam lambungku sekarang juga. Tapi aku tidak bisa melakukannya di kediaman seorang Duke.

Padahal, tadinya aku sudah cuek saja untuk datang kemari. Tapi ... kuharap aku belum terlambat untuk menarik kata-kataku. Aku ingin pulang. Seharusnya aku tidak datang kemari!

Pintu ruangan terbuka.

Lord Korzakov masuk dengan langkah kaki yang sunyi. Ia telah membersihkan dirinya dan kini memakai jas beludru yang mahal dengan bordiran emas.

Wajahnya masih sama. Terlihat dingin, getir dan muak, dengan tatapan mata yang congkak penuh dengan kekesalan.

Keheningan di ruangan ini mencekikku. Aku mengerjap berkali-kali agar mataku mau menelan lagi air mata yang nyaris tumpah.

Ia telah duduk di hadapanku.

Kami berdua saling memandang. Ia menyelidik.

Ada perasaan aneh dalam benakku. Dengan penampilannya seperti sekarang ini, kuyakin aku pernah melihatnya di suatu tempat.

"Levitski," panggilnya dengan suara yang dalam.

Aku tersentak. "Y-Your Grace ... saya ... benar-benar minta maaf ... baru bisa memenuhi undangan Anda hari ini."

"Kepada siapa saja kau mengirim penawaran itu?"

"O-Oh itu ...," aku menelan ludah dengan gugup. "Saya mengirimnya ke semua bangsawan yang saya tahu, my lord."

Aku tak mampu lagi memandangnya. Kini aku hanya bisa tertunduk dengan malu.

"Semuanya? Apa ada yang menjawab penawaranmu?"

Perlahan ... aku hanya bisa menggeleng. "Hanya Tuan," kataku lirih.

"Igor!" panggilnya.

Pria itu yang sedari tadi berdiri di ruangan membungkuk. Ia menyerahkan beberapa dokumen yang telah disiapkan. Tidak asing bagiku, karena itu semua aku yang berikan.

Lord Korzakov mencondongkan tubuhnya sambil memandangi perkamen di tangan. Wajah galaknya begitu serius.

Jantungku berdegup kencang. Entah sudah berapa lama aku menanti hari ini.

'Tuhan ... kumohon. Buatlah hari ini baik untukku!' batinku berdoa.

Lord Korzakov membalik lima perkamen bergantian, lalu melempar santai benda itu hingga berserak di meja. Kemudian ganti menatapku.

Aku mengernyit. Apa maksudnya ini?

"Aku sudah baca semua. Aku juga sudah mencari tahu semua tentangmu, Anya Levitski."

Nafasku nyaris tercekat. Aku pun bergeming. Tatapan lekatnya seperti mengunci seluruh tubuhku. Rasanya sesak. Apa maksud orang ini 'sudah mencari tahu' tentangku?

"Ayahmu, Baron Anton Levitski mewariskanmu sebuah pabrik kaca dan gudang. Karena kalian tidak punya anak laki-laki untuk dijadikan pewaris, maka pamanmu lah yang memegang semua aset itu. Dmitri Levitski. Benar?"

Aku cuma bisa mengangguk pelan. Otot-otot leherku kaku. Kalau diingat, entah berapa pertengkaran yang telah kulakukan dengan paman berkat warisan ayah.

"Lalu ... pamanmu yang suka berjudi dan mabuk-mabukan meninggalkan utang untukmu dengan menjadikan aset itu sebagai jaminan. Betul?" tanyanya lagi.

Ahh ... sial. Apa dia akan menolak tawaranku? Sudah pasti begitu, kan?

"Betul. My lord ... apa yang sebenarnya ingin Anda katakan?" lirihku.

Ia kembali mencondongkan tubuhnya. Tatapan pria itu semakin pekat.

"Tidak akan ada yang mau membeli aset yang dipakai untuk jaminan utang," ucapnya sambil mengetuk-ketuk salah satu perkamen di meja. "Apa itu yang membuatmu 'menjual' adikmu pada Marquess Gusev?"

Aku terbelalak kaget. Kalimat itu membuatku meremas rok gaun hingga buku-buku jariku memutih. Tanpa sadar, gigiku mengertak dan aku mengeras. Aku tak tahu bagaimana wajah kemarahan yang kubuat untuknya, tapi tatapan pria itu sedikit berubah.

"Saya tidak menjual adik saya, Your Grace!" bantahku. "Saya melakukan apa yang harus saya lakukan sebagai seorang kakak. Jika Anda memang tidak tertarik membeli gudang dan pabrik saya, lebih baik saya pamit."

Bokongku telah bangkit. Tubuhku membungkuk perlahan. Tangan kananku telah mengangkat koper kecil. Siap untuk pergi dari pria memuakkan ini. Kakiku mulai melangkah meninggalkannya.

Sesampainya di desa, kuyakin aku akan sampaikan pada semua orang soal bagaimana Lord Korzakov adalah pria yang kurang ajar. Keterlaluan! Apa dia perlu berkata seperti itu padaku?! Apa sepenting itu informasi soalku?! Aku ini cuma bangsawan miskin!

Aku sudah berkata keras dan lantang padanya. Seharusnya ini cukup membuatku terlihat lancang di depan pria itu. Mungkin kepalaku akan dilepas sebentar lagi. Lalu aku akan menyesali kesombonganku di alam baka sana.

"Levitski," panggilnya dengan suara dalam yang mampu menggema di ruangan ini.

Kakiku terhenti nyaris oleng. Jantungku bertalu-talu seperti ada sebuah genderang kecil di dalam tubuh. Ah ... pasti dia akan menghukumku.

"Aku akan membayar semua utangmu yang sebesar lima ribu Lyrac itu. Juga membeli pabrik, gudang, dan mansionmu."

Tubuhku secepat kilat memutar. Apa aku benar-benar mendengar itu semua?

"Maaf? Maksud Anda ...?"

"Setelah semuanya kubeli dan kulunasi, apa yang akan kau lakukan?" liriknya tajam.

"Sa-saya ... mungkin akan bekerja di desa dan membeli rumah kecil."

"Apa kau sudah menikah? Apa ada laki-laki yang sedang dekat denganmu?"

Aku mengulum bibir, tertunduk pahit. "Tidak, my lord," lirihku.

Ah. Pasti informasi lainnya tentangku. Aku bisa mendengar hinaan orang-orang menggema di gendang telinga.

'Anya Levitski si perawan tua! Tidak ada laki-laki yang mau dengan perawan tua banyak utang!'

Itu semua terngiang selama bertahun-tahun. Aku hanya sekali mengikuti pesta Debyutanka, lalu ayah menolak-nolak semua pria yang melamarku. Dia pikir aku bisa mendapatkan laki-laki yang statusnya lebih tinggi.

Hingga ayah jatuh sakit dan meninggal. Lalu aku tidak pernah lagi mengikuti pesta Debyutanka. Pamanku? Mana peduli dia denganku dan Seva. Setelah itu, yang kulakukan hanya bekerja dan membayar utang.

"My lord, Vadim di sini," ucap Igor menghentikan kami berdua.

Tanpa berkata yang lain, Lord Korzakov beranjak dan keluar dari ruangan. Nampaknya pria bernama Vadim itu jauh lebih penting hingga membuatnya setengah berlari.

Aku yang tidak tahu musti apa lagi, memutuskan untuk pulang saja. Sepertinya telah sia-sia aku datang kemari. Bahuku sudah turun. Antara lega, dan mungkin kecewa. Bagaimana sepulangnya nanti? Aku sudah tidak punya uang. Para rentenir itu pasti akan mengancamku lagi.

Kususuri lorong istana yang lengang dengan dekorasi mewah di kanan kirinya, hingga sampai ke pelataran. Jauh sekali dari sini ke gerbangnya.

Dan ... jauh sekali dari kota ini ke rumahku. Aku harus melakukan perjalanan melelahkan lagi ke desa. Setidaknya butuh dua hari.

Aku melangkah lesu dan putus asa. 'Pulang, Anya. Pulang,' bujukku dalam hati.

Saat hampir melalui air mancur, aku bisa mendengar suara kecil memanggilku.

"Lady Levitski! Lady Levitski!"

Aku menoleh. Ada Igor si kepala pelayan yang berlari terengah dan berantakan ke arahku.

"Lady Levitski!" pria tua itu berusaha meraih nafas. "Lord Korzakov ingin Anda datang ke persidangan."

"Persidangan?"

xxx

Aku memainkan ujung jariku dengan gugup. Ada seribu pertanyaan yang ingin kulontarkan pada Igor. Kini ia duduk di depanku, kami berdua ada di kereta kuda keluarga Korzakov. Sementara pria itu berada di satu kereta kuda lain dengan laki-laki bernama Vadim.

Igor, si kepala pelayan, wajah tuanya menatap keluar jendela. Memandangi hijaunya pepohonan dan padang rumput di musim semi. Wajahnya begitu tenang, tak seperti tuannya sama sekali.

"Ser Igor," kataku memecah lamunannya.

"Ah ... saya bukan 'ser', lady. Saya cuma pelayan. Cukup Igor saja."

"Baik ... Igor. Sebenarnya, persidangan apa yang akan saya datangi? Dan ... kenapa Lord Korzakov meminta saya untuk hadir?"

"Oh ...? Saya pikir Lady Levitski sudah tahu," terka Igor.

Aku cuma bisa diam menggeleng.

"Karena sepertinya berita ini sudah masuk ke telinga setiap orang di kekaisaran. Rumor-rumornya juga."

"Kalau rumor, mungkin saya juga dengar tapi ... soal persidangan ...."

"Persidangan perceraian Lord Korzakov dengan Her Highness Prinsessa Sofia Romanov sudah selesai dua tahun lalu. Tuan juga telah membayar harta gono-gini. Tapi ... persidangan yang sekarang adalah karena tuduhan Prinsessa Sofia ... bahwa Lord Korzakov melakukan kekerasan padanya."

"Prinsessa ... Sofia? Maksud Anda Prinsessa Sofia Romanov keponakan Tsar Nikolai Romanov?!"

Aku terkesiap. Oh Tuhan! Kemana saja aku ini?! Aku tidak tahu kalau mantan istri Lord Korzakov adalah Putri Sofia Romanov yang tersohor itu! Aku ingat betul dahulu dia jadi primadona di pesta Debyutanka. Aku pernah melihatnya sekali. Rambut pirang yang bercahaya. Wajah cantik nan mulus dan begitu memukau.

Aku tak mengira pria kasar seperti Lord Korzakov menikah dengannya. Pasti ini karena kemauan Tsar Nikolai supaya keluarga Korzakov tetap mengabdikan militernya pada keluarga kekaisaran.

Ya. Pasti begitu.

Oh ... Prinsessa Sofia yang malang.

"Lalu ... mengapa Lord Korzakov ingin saya menghadiri persidangan itu?" tanyaku mengulang.

"Itu ... saya tidak tahu, lady."

xxx

Tiga hari berikutnya, setelah singgah di beberapa penginapan, desa dan kota, kami tiba di ibukota kekaisaran, di sebuah gedung tinggi dengan monumen timbangan neraca yang besar ada di depannya. Beberapa orang-orang yang terlihat penting keluar masuk menaiki dan menuruni tangga di pelataran gedung pualam itu.

Sepanjang perjalanan, aku cuma mengobrol dengan Igor sesekali. Sementara pria bernama Vadim dan Lord Korzakov selalu mengobrol berdua dengan wajah tegang. Tidak tahu apa yang ia bicarakan, tapi Lord Korzakov setiap waktu terlihat ingin mengunyah Vadim bulat-bulat.

Kini ... aku telah duduk bersama Igor di kursi paling belakang. Ada hakim yang duduk di tempat yang paling tinggi hingga bisa melihat semuanya, beberapa pengawal, dan juga beberapa yang menonton persidangan ini. Sementara Lord Korzakov dan Vadim duduk di kursi paling depan sebelah kanan.

"Hey lihat! Itu Prinsessa Sofia," desis seseorang.

Aku dan Igor kompak menoleh pada satu-satunya pintu di ruangan itu.

'Prinsessa Sofia!'

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Aku Dan Tuan Duke   117. Akhir

    Rencana liburan si kembar kuperpendek. Mereka kusuruh pulang lebih awal karena kejadian ini.Untung saja waktu itu Ibu tidur lelap di bawah pengaruh obat. Ia jadi tidak mendengar perseteruan kami. Luka di punggungku kini dibebat dengan perban. Aku terduduk di ranjang kamar. Kedua bocah ini sudah rapi hendak berpergian lagi melewati kota-kota untuk sampai ke wilayah Grand Dukedom Durnovko."Paman ... kapan paman sembuh?" tanya Mikhail begitu polos. Aku tersenyum mengelus kepalanya yang dipenuhi helaian rambut emas khas darah keluarga kami."Secepatnya. Paman sudah sering bertarung. Jadi kalian tidak perlu cemas. Nanti kalau sudah pulang, jangan ceritakan kepada ayah dan ibu kalian ya," pesanku."Kenapa?""Paman tidak ingin orang tua kalian khawatir. Kalau sampai mereka tahu, bisa-bisa Mikhail dan Maria tidak boleh lagi berkunjung ke kastil ini.""Tidak mau!" Maria merengek. "Maria ingin bertemu Paman lagi. Tapi ... Maria takut sama Bibi Jahat

  • Aku Dan Tuan Duke   116. Belati

    Stepan harus ke luar negeri bersama dengan Vera. Ada urusan diplomatik katanya. Sedangkan Vera menitipkan anak-anak mereka yang berumur empat tahun setengah di kastilku. Tentu karena Ibu mendesak ingin menghabiskan waktu dengan cucunya.Aku mengiyakan saja. Mungkin beberapa minggu lagi Stepan dan Vera akan pulang. Barulah kami bisa mengantar si kembar untuk pulang ke rumah mereka. Jujur ... aku yang biasanya tidak suka dengan anak kecil, malah aku senang akan keduanya. Maria agak pendiam, tapi ia sebetulnya paham dengan apa yang kukatakan. Sedangkan Mikhail, dia tidak bisa diam. Selalu kesana kemari.Sempat kami semua kebingungan dan khawatir karena mereka tiba-tiba raib. Dari pagi hingga petang. Tapi mereka sekonyong-konyong muncul di ruang tamu. Dan setelah kuiming-imingi kudapan manis, barulah mereka bicara soal lorong-lor

  • Aku Dan Tuan Duke   115. Nyonya Rumah

    Rasa cinta berubah menjadi rasa benci.Masa lalu yang melukaiku seinci demi seinci telah melahirkan sebuah kebencian di dalam diri.Dua tahun telah berlalu semenjak kematian Tsar Alexandr. Tsar yang baru telah dinobatkan, Tsar Nikolai Romanov adalah Tsar baru kami semua di tanah ini. Tentulah agak mengejutkan kami semua, bahwa ternyata Tsar Nikolai cukup cakap dalam memerintah. Kedamaian ini harus membuatku hengkang dari wilayah timur yang kujaga beberapa tahun belakangan.Aku harus kembali ke Ibukota. Sofia masihlah istriku.Kereta kuda menggulirkan rodanya begitu riuh saat tiba di pelataran wastu Sofia. Seperti biasa kulihat para pelayan dan tukang kebun sibuk kesana kemari. Memikul cucian kotor, memotong dedaunan

  • Aku Dan Tuan Duke   114. Tsar

    Setelah segala kejadian yang membuatku sakit hati, kini rasanya semuanya kebas. Aku seperti tak lagi merasakan cinta, merasakan kepedihan, merasa takut atau cemas. Semuanya terasa biasa saja. Mungkin kejadian waktu itu telah membunuhku dari dalam. Aku dan Sergei kini kembali ke wilayah timur. Kami mengamankan pembangunan sebagian di wilayah ini. Sekarang semua orang bisa mulai mendapat air. Minum dan mandi tak susah lagi. Ladang-ladang mulai berkecambah.Entah sudah berapa lama aku menutup rapat-rapat perasaanku yang konyol kepada Sofia. Sofia Korzakov cuma sekedar nama buatku. Tak lebih. Ia cuma istriku karena status. Sofia cuma seorang wanita yang kunikahi karena kepentingan bangsawan. Aku sudah tak peduli lagi dia mau bercumbu dengan siapa, bercinta dengan siapa. Aku masa bodoh.Kelak jika aku melihatnya lagi dengan lelaki lain, aku hanya akan mengerjapkan mata sekali untuk memastikan bahwa itu nyata, kemudian berlalu. Seakan tak ada yang terjadi. Biar. Biarkan saja

  • Aku Dan Tuan Duke   113. Tiga Ksatria

    Dua tahun berlalu.Aku betul-betul menjadi seorang paman. Vera melahirkan anak kembar bernama Maria dan Mikhail. Laki-laki dan perempuan. Itu berita yang betul-betul menyejukkanku di tengah kemelut politik yang kuhadapi. Sofia di sisi lain selalu meminta uang kepadaku jika ia kehabisan. Yah. Setidaknya yang kuberikan lebih hemat jikalau dibandingkan dahulu saat dia suka sekali berpesta pora di rumah kami. Melihat kehidupan Vera dan Stepan yang membuatku iri, sangat iri. Mungkin ... aku juga harus memulai dengan Sofia.Aku tahu pernikahan kami tak sempurna. Tapi mungkin jika kami memiliki seorang anak yang lucu sepertiku dan dirinya, dia bisa jadi berubah. Kami bisa jadi lebih mesra, bisa jadi keluarga betulan.Pemberontakan di wilayah timur saat ini tidak begitu me

  • Aku Dan Tuan Duke   112. Gubuk

    Begitu berat aku meninggalkan Ibu sendiri di kastil. Aku harus pergi lagi. Tetapi ... sepertinya sekarang Ibu jauh lebih tegar. Ia mencium keningku sebelum aku berangkat ke wilayah timur. Aku juga telah mengirim sebuah surat kepada Sofia akan kepergianku. Aku tak berharap ia akan membalas.Berikutnya kami mendirikan kemah-kemah di wilayah timur. Ini tak lagi membuatku grogi. Aku telah mengecap kematian dan seperti sumpahku sebelumnya, aku akan membinasakan semua yang memberontak kepada Tsar.Para pemberontak ini tak lagi mendirikan kemah di antah berantah, tetapi mereka telah berani bersembunyi di pemukiman warga. Mau tidak mau, kami pun bergerilya. Sebuah operasi senyap dengan berbaur bersama warga kota atau desa-desa kecil. Mencari informasi dimana perkumpulan mereka berdiri.Suatu ketika mata-mataku berhasil mendapatkan informasi berharga. Malam-malam sekali, kami pun berangkat. Berbekal pedang dan belati, kami memasuki desa. Ada sebuah rumah terbengkalai di

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status