Home / Fantasi / Aku Dan Tuan Duke / 6. Penjahit Gaun

Share

6. Penjahit Gaun

Author: cyllachan
last update Last Updated: 2024-04-20 21:00:49

Aku tak menyangka, meski Igor hanya kepala pelayan, tapi dia seperti telah dididik dengan tata krama bangsawan. Sedang aku, sepertinya telah memiliki ingatan yang kabur soal bagaimana cara berjalan ala bangsawan. Mungkin karena pekerjaan kasar yang bertahun-tahun melekat dalam diriku hari demi hari ....

Membuatku semakin mirip rakyat jelata.

Pasti ... mereka juga berpikir hal yang sama. Mataku melirik canggung pada dua orang pelayan yang ada di samping kiri dan kananku. Mereka begitu tenang. Igor di depan kami memandu jalan.

Kami menyusuri koridor kastil kediaman keluarga Korzakov yang mewah. Dindingnya dibalut permadani, sepertinya diimpor dari luar negeri. Lampu gantung begitu setia mencengkram langit-langit kastil. Belum lagi di atas sana terhampar lukisan bertema ksatria dan malaikat. Pilar-pilarnya dari pualam pucat, lantainya juga, tapi diselimuti karpet merah darah.

Ah ... mewah sekali.

"Ini dia kamar Anda, Lady Levitski," Igor memecah lamunanku.

Kami berempat telah berada di salah satu pintu di koridor sebelah kanan. Tanpa ragu, Igor membukanya untukku.

"Wah!" reaksiku bagai orang kampung.

Aku ternganga melihat ruangan itu. Ada satu set sofa dengan ukiran sulur anggur dari kayu mahoni. Sementara kainnya dari beludru mewah krem dengan sulaman emas membentuk dedaunan. Dinding kamar ini dibuat berpetak-petak. Setiap petak bergambar batang pohon yang rindang -timbul jika dipegang- di samping kiri dan kanannya. Beberapa ada yang ditempeli lukisan mahal, sementara lainnya dibiarkan lowong.

Jangan tanya dipan ranjangnya!

Sandaran kasur menyambung hingga ke atas, ke kanopi yang nyaris menyentuh langit-langit. Ada tirai putih menjuntai bagai kelambu yang diikat rapi. Sementara kanopi itu terpahat bunga-bungaan yang mekar di bagian depannya. Selimutnya tebal yang terlihat lembut, berwarna putih ditambah sulaman seperti taburan kupu-kupu.

Oh ... aku bahkan tidak pernah bermimpi akan tidur di ranjang secantik ini!

Ada jendela dengan sebuah balkon di baliknya. Gordennya yang berwarna emas diikat rapi di samping-samping. Cahaya siang itu menimpa ruangan beserta lantai marmer yang dilapis karpet berwarna putih gading. Tak tertinggal sebuah perapian di sana yang masih bersih. Mungkin jarang dipakai.

Suasana kamar itu begitu mewah dengan nuansa krem emas yang menjalar di setiap sudutnya.

Beda sekali dengan kediamanku dengan linoleum jamuran di lantai dan wallpaper arsenik yang terkelupas di dinding-dinding.

"Lady ... ini adalah hadiah pernikahan dari Tuanku. Anda boleh membukanya, semoga Anda suka," dengan sopan Igor menunjuk ke sebuah sudut ruangan itu.

Setumpuk kotak warna-warni menggunung hingga tumpah ruah. Aku bahkan tidak bisa menghitung berapa jumlahnya.

'Sial,' batinku mengutuk.

"I-Ini banyak sekali ...."

"Ah ... itu belum semua, Lady. Besok penjahit dari ibukota kekaisaran, Madam Dasha Petrov, akan datang untuk membuatkan beberapa pakaian untuk Lady Levitski. Beliau adalah penjahit pribadi Her Royal Highness Tsarina Anastasia Romanov."

Aku tersentak. "Apa?! Apa itu tidak berlebihan? Aku ... masih ada beberapa baju kok," ucapku canggung.

Aku bisa melihat bola mata Igor bergulir singkat dari atas kebawah padaku. Meski ia berusaha sopan, aku tahu apa yang dia pikirkan.

Ini bukan pertama kalinya ia melihatku dengan gaun zamrudku yang 'agung'.

Igor tersenyum santun.

"Lady, di mansion ini sudah tidak ada lagi baju untuk wanita. Jadi Tuan telah memerintahkan agar Madam Petrov datang untuk melayani Anda. Besok Lady bisa memilih sendiri baju atau kain yang Lady inginkan. Atau ... Lady Levitski ingin membeli di ibukota saja?" tawar Igor.

Tanganku langsung melambai menolak. "I-Itu tidak perlu, Igor. Tadinya kupikir ... aku akan memakai pakaian bekas Prinsessa Sofia saja."

Seketika, wajah lembut Igor mengeras. Senyumannya punah. Dua orang pelayan wanita di belakangnya pun memasang raut yang sama. Mereka melirik satu sama lain.

"Mohon maaf, Lady," Igor kembali menyeringai. Itu membuat bulu kudukku naik. "Tapi kami tidak bisa membiarkan Lady Levitski mengenakan 'pakaian bekas' di rumah ini. Nantinya Lady akan menjadi nyonya rumah keluarga Korzakov. Lord Korzakov juga orang yang tidak suka diremehkan kemampuannya, apalagi soal uang. Jadi ... kami ingin agar Lady mendapat yang terbaik yang bisa kami berikan. Besok pagi saya harap Lady bisa menikmati berbelanja pada Madam Petrov."

Aku cuma bisa menghela nafas menerima kekalahan.

"Baiklah kalau begitu. Sampaikan ucapan terimakasihku untuk Lord Korzakov."

Igor membungkuk. "Lady, ini adalah Elena dan Yulia. Pelayan yang akan melayani Anda selama berada di mansion. Jika Anda membutuhkan sesuatu, mereka akan melayani Anda."

Yulia, pelayan sebelah kiri dengan rambut hitam rapi yang dicepol. Tatapannya begitu tenang dengan kulit pucat yang nyaris sama dengan pilar pualam. Sementara Elena, gadis muda berambut merah bergelombang, tapi rapi karena dicepol. Wajahnya dipenuhi bintik dengan mata biru yang ceria dan bersemangat.

Wah ... kapan ya ... terakhir kali aku memiliki pelayan. Entah kenapa jantungku berdebar-debar. Ini semua terasa seru. Pernikahan, kamar yang cantik, pelayan ... aku tak menyangka akan mendapat semua ini.

"Kalau begitu, saya pamit dulu. Silahkan beristirahat, Lady Levitski," Igor membungkuk.

Pria tua itu meninggalkan kami bertiga di kamar. Kini aku melihat Yulia dan Elena yang sudah terlihat bersemangat untuk melayaniku sedari tadi.

"Lady, apa Anda ingin membersihkan diri? Mandi air hangat adalah yang terbaik setelah berpergian jauh," usul Elena dengan wajah ceria.

"Sepertinya itu ide yang bagus."

"Kami akan menyiapkan air mandi untuk Anda. Silahkan beristirahat dulu, Lady," kata Yulia sopan.

Aku mengangguk.

Mereka kemudian berlalu. Kini hanya aku sendiri yang ada di sini. Pandanganku beredar pada seisi kamar ini. Ada satu hal yang tak bisa aku tahan.

Kakiku langsung berlari. Aku melempar tubuhku pada ranjang dengan gembira.

"Waaaaa! Hahaha!" seruku sambil tertawa-tawa. Aku tak bisa berhenti tersenyum senang. Oh betapa aku menahannya sedari tadi biar tidak kelihatan kampungan.

Punggungku bisa merasakan kelembutan dari kasur empuk ini.

"Ah ... apa ranjang ini terbuat dari anak kucing? Mmmhh! Nyaman sekali," gumamku. Ujung jariku bisa merasakan halusnya kain selimut yang seperti air.

Aku penasaran ... apakah dulu Prinsessa Sofia juga menempati kamar ini? Apa yang dia pikirkan? Bisa jadi kamar miliknya di istana kerajaan tidak akan jauh beda dari ruangan mewah ini.

Aku membalik tubuhku dan menatap tumpukan kado yang diikat pita warna emas. Kira-kira ... apa isinya ya? Tapi ... itu juga membuatku murung. Hadiah yang kubawa untuk Lord Korzakov sudah tidak ada apa-apanya.

Mungkin beberapa lama aku terbaring di sana, nyaris tertidur. Rasa lelah dan ranjang yang memanjakan ini membuatku mengantuk. Hampir mataku terpejam, ketukan pintu terdengar.

"Lady Levitski." Suara tak asing dari Yulia.

Aku langsung terduduk. "Masuk," sahutku.

Ia dan Elena membawa dua ember air panas, kemudian menyiapkan air mandi untukku di ruang sebelah. Kamar mandi pribadi. Tak butuh waktu lama untuk Yulia dan Elena selesai menyiapkan air mandi.

"Lady Levitski, kami akan membantu memandikan Anda," ucap Yulia sopan.

Aku tercekat.

'Aduh. Bagaimana ini?'

"Lady?" Elena menggugahku. Mereka berdua terlihat bingung. Pasti karena wajah tiba-tiba yang kubuat.

"A-Aku ... ingin mandi sendiri saja," bibirku bergetar gugup. Wajah keduanya menyiratkan seribu pertanyaan.

"Baik kalau begitu. Jika ada yang ingin Anda butuhkan, panggil kami saja," tandas Yulia mengentaskan semua kecanggungan ini.

Mereka membungkuk lalu berbalik.

"Umm ... Yulia," cegatku.

"Iya Lady?" ia menoleh.

"Sebenarnya ... apa yang terjadi pada baju-baju Prinsessa Sofia? Apa beliau membawa serta dengannya? Apa benar-benar tidak ada yang tersisa?" tanyaku penasaran.

Elena memasang wajah cemas. Dia yang lebih muda dari Yulia memandang wajah wanita itu yang tiba-tiba mengeras. Sesaat kemudian, Yulia melempar sebuah senyuman dingin padaku.

"Kami ... tidak membicarakan hal tersebut di mansion ini, Lady Levitski."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Aku Dan Tuan Duke   78. Cucu Tsar

    Tsar Alexandr Romanov, dijuluki sebagai 'Beruang Levron', kurasa bukan tanpa alasan. Tubuhnya tinggi besar dengan bahu lebih lebar dari kursi yang ia duduki, tegap, dan berjanggut lebat, kini mengenakan jas rapi serba hitam. Meski ia terlihat mulai beruban di sana-sini, tekad dan jiwanya belum padam. Aku bisa melihat dari sepasang mata birunya. Tak ada keraguan sedikit pun dari tatapan, dari aura di udara sekitarnya. Kudengar dari Ayah sesekali, Tsar kami bukan orang yang bisa ditindas atau diperlakukan sembarangan. Dia cerdas, keras, disiplin, otoriter, bahkan cukup memberikan pendidikan ketat kepada anak-anaknya, Prins Boris yang telah wafat, juga pada Tsaverich Prins Nikolai Romanov. Meski begitu, ia sangat mencintai keluarganya. Dia juga bukan orang yang suka berfoya. Kudengar Tsar Alexandr adalah orang yang hemat dan sederhana.Berkatnya, Kekaisaran Levron mengalami per

  • Aku Dan Tuan Duke   77. Tsar Alexandr

    "Bukankah seharusnya gelombang pemberontakan menjadi lebih besar lagi?" tanya Ibu di tengah makan malam kami.Tentulah Ayah sudah bercerita macam-macam pada kami sejak para pelayan membawakan berpiring-piring hidangan. Bukan cerita yang menyenangkan, lebih kepada memprihatinkan dan menegangkan. Vera sangat penasaran dari mana Ayah mendapati luka di pipinya itu. Seorang pemberontak berpura-pura mati, kemudian Ayah yang lengah menjadi sasaran empuknya untuk menebaskan sebuah belati yang ia sembunyikan. Betapa banyak dari mereka yang ingin membunuh ayahku. Yah ... memang karena Ayahku, Leonid Korzakov, adalah sosok ksatria terkuat di negeri ini. Salah satu ahli perang dan ahli pedang terbaik yang kekaisaran miliki.Dia adalah sosok kunci dalam peperangan ini."Prins Boris R

  • Aku Dan Tuan Duke   76. Pewaris Korzakov

    Cahaya bulan keperakan menyusup di antara kepulan awan malam ini. Taburan bintang dan sejuknya angin petang tak bisa membuatku tenang. Kupotong udara kosong di sekitarku dengan sebuah pedang kayu latihan. Suara tebasan di antara angin terdengar lembut dan singkat di telingaku. Lenganku nyaris pegal dengan gerakan sama yang bertubi-tubi pada lawan kosong di hadapanku. Entah apa tujuan diriku melakukan ini.Aku tak bisa memutuskan apakah sebetulnya aku jengkel atau kecewa. Atau keduanya. Seharusnya aku sudah tidur malam ini, tapi di sinilah aku berlatih pedang pada jam yang tidak lazim."Alexey?" Aku terlalu banyak melamun. Vera kakakku sudah ada di belakang, mengintip dari ambang koridor kastil ini."Ah. Maaf. Apa aku berisik sampai membangunkanmu, Kak?" tanyaku p

  • Aku Dan Tuan Duke   75. Sampanye Perdamaian

    Keluarga Tsar sudah meninggalkan kami semua. Pihak istana telah menyajikan berbagai hiburan di balariung yang biasa dipakai pesta-pesta besar. Tidak semeriah pesta-pesta sebelumnya. Hanya pemusik yang bisa mengiringi kami berdansa. Seharusnya ini memang pesta yang bisa membuat hati siapapun senang. Namun kami semua malah saling mengobrol. Membicarakan apa yang barusan Rasputin katakan kepada kami semua.Alexey dan Stepan bergabung dengan para perwira dan bangsawan lainnya. Wajah mereka tegang. Ada yang betul-betul jengkel seperti Prins Vasili. Semuanya tegang. Dan semuanya memanfaatkan momen ini bukan untuk berpesta, namun berdiskusi dalam soal keadaan politik, soal ilmu hitam yang dituduhkan oleh Vladimir, soal siapa orang-orang yang ada di balik Rasputin.Di antara kesibukan dan ketegangan mereka semua, malah seseorang yang

  • Aku Dan Tuan Duke   74. Kutukan

    Sebagai informasi aku tak lagi membuat gaun-gaunku kepada Madam Petrov. Aku memesannya pada perancang busana lain, yaitu pemilik La Belle, Madam Isabelle dari Franc, pusat mode nomor wahid di seluruh benua ini. Tentulah bikinan Madam Petrov tidak ada apa-apanya. Aku juga tak perlu kepikiran lagi jika gaunku akan sama dengan wanita itu.Istana Tsar tidak seramai pesta Debyutanka, atau pesta kemarin saat perayaan 300 tahun Dinasti Romanov. Sepertinya memang cuma bangsawan kelas atas setidaknya sekelas Duke atau Grand Duke yang datang. Juga para jendral dan perwira kepercayaan Tsar dan ... tentu saja keluarga Tsar dan Tsarina. Aku bisa melihat wajah yang kukenal. Salah satunya Prins Vasili, keponakan Tsarina Anastasia. Pria muda yang berseteru dengan Rasputin hingga nabi palsu itu melorotkan celana di depan wajah bangsawannya.Stepan dan Grand Duke Vladimir Romanov serta Duke Felix Yusupov juga hadir.Berikutnya kami diantar oleh pegawai istana menuju ke aula makan

  • Aku Dan Tuan Duke   73. Janji Pesan

    "Waahh ...," gumam Felix. "Medovik ini lezat sekali, Lady Anya," pujinya kemudian."Ahh ... terimakasih my lord. Ini resep turun temurun dari ibu saya. Saya senang Anda menyukai hidangan penutupnya.""Pantas saja. Mendiang nenek saya dulu pernah membuatkan yang mirip seperti ini. Sayangnya belum sempat ibu saya mengetahui resepnya, ia sudah bersama Tuhan di atas sana.""Ah, saya ikut berduka, my lord ... saya tidak bermaksud untuk ...,""Tidak apa-apa my lady. Sungguh. Saya hanya senang karena kue ini membuat saya bernostalgia. Sekali lagi terimakasih."Aku mengangguk.Sekarang adalah pertengahan musim dingin. Santo Peterkov dan seantero Kekaisaran Levron sedang ada di masa dingin-dinginnya. Setiap malam aku bergumul dengan Alexey agar tetap hangat. Kami juga menyalakan perapian sepanjang hari agar rumah ini tetap bisa melindungi kami dari hawa yang menusuk tulang. Kurasa seharusnya seperti itulah setiap rumah di Santo Peterkov sekarang ini.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status