Share

Bab 4

Author: Nanda
Nyonya Besar Diana tersenyum dengan paksa. "Suka atau tidak belum bisa dipastikan karena baru bertemu sekali saja. Tapi, karena ini jodoh yang ditentukan oleh Kaisar, hal ini pun tidak bisa dibantah. Kelak Linda dan Rudi bertugas di militer, sedangkan kamu bertanggung jawab atas Kediaman Jenderal, bahkan juga bisa menikmati jasa dari hasil perang mereka. Ini sangat bagus."

"Memang sangat bagus!" Intan tersenyum. "Hanya saja kasihan pada Jenderal Linda karena dia harus menjadi selir."

Nyonya Besar Diana berkata dengan senyum, "Kamu ini sungguh polos, ini jodoh yang ditentukan oleh Kaisar, mana mungkin Linda bisa menjadi selir? Selain itu dia adalah jenderal, juga seorang pejabat, mana ada pejabat yang menjadi selir, 'kan? Kalian akan menjadi istri yang setingkat, tidak ada perbedaan tingkat di antara kalian."

Intan berkata, "Tidak ada perbedaan tingkat? Apa kerajaan kita ada aturan seperti ini?"

Ekspresi Nyonya Besar Diana agak dingin. "Intan, kamu selalu pengertian. Karena kamu telah menikah ke Keluarga Wijaya, kamu harus mengutamakan Keluarga Wijaya. Setelah dianalisis Departemen Militer, jasa Linda dalam perang ini lebih besar daripada Rudi. Kelak kalau mereka sehati, ditambah ada kamu yang mengurus keluarga ini, kelak dia pasti bisa menjadi jenderal terkenal seperti kakeknya."

Ekspresi Intan juga dingin. "Kalau mereka sehati, tentu tidak ada hubungan apa-apa lagi denganku."

Nyonya Besar Diana menjadi tidak senang. "Kenapa tidak ada hubungannya denganmu? Bukankah kamu masih menjadi penanggung jawab di Kediaman Jenderal?"

Intan berkata, "Dulu karena Kak Selen sakit, jadi aku mengurus kediaman ini untuk sementara waktu. Sekarang Kak Selen sudah sehat, kelak Kak Selen yang akan mengurus kediaman ini, aku juga tidak akan banyak tanya tentang kediaman ini. Besok aku akan menyerahkan semua buku keuangan kepada Kak Selen."

Setelah mendengar ini, Nyonya Selen segera berkata, "Aku belum sembuh total. Selain itu, semua orang sangat puas dengan tindakanmu mengurus kediaman ini selama setahun ini, jadi kamu terus saja mengurus kediaman ini."

Intan tersenyum sinis. Mereka semua puas karena dia menggunakan mahar sendiri untuk menambah kekurangan uang keluarga ini.

Karena obat yang diberi Tabib Riel sangat mahal, sebagian besar biaya untuk biaya berobat Nyonya Besar Diana dikeluarkan oleh Intan, selain itu Tabib Riel tidak bisa diundang oleh orang biasa. Sebulan butuh ratusan tahil, setahun ini, biaya obat Nyonya Besar Diana sudah mencapai ribuan tahil.

Sedangkan pengeluaran lain kediaman ini, Intan terkadang akan menggunakan uangnya untuk membantu keluarga ini membeli kain, tapi ini adalah bisnis Keluarga Belima, jadi dia tidak akan merasa sakit hati ketika setiap musim mengirim baju baru untuk mereka.

Namun, sekarang sudah berbeda, dulu dia benar-benar ingin hidup bersama Rudi selamanya, sekarang dia tidak ingin lagi menjadi orang bodoh yang hanya tahu membantu keluarga mereka.

Intan berdiri, lalu berkata, "Aku sudah putuskan, besok aku akan serahkan semuanya pada Kak Selen. Kelak masalah di kediaman, aku tidak akan atur lagi."

"Tunggu dulu!" Nyonya Besar Diana menjadi panik, bahkan ekspresinya menjadi masam. "Intan, ini adalah sikap tidak dewasamu. Mana ada pria yang tidak punya selir, kalau kamu tidak bisa menerima hal seperti ini, orang di luar sana pasti akan mengataimu berhati sempit dan suka cemburu."

Mungkin selama setahun ini Intan terlalu patuh sehingga sikapnya terlihat lemah, jadi membuat mereka mengira selama mereka menakutinya atau memarahinya, Intan akan takut.

Intan bersikap acuh tak acuh, bahkan tak lagi selembut dulu. "Itu mulut orang lain, lagian aku tidak bisa memedulikan mereka mau bilang apa."

Nyonya Besar Diana sangat marah, bahkan ada dahak di dalam tenggorokannya. Setelah batuk-batuk, biasanya Intan pasti akan menepuk punggung Nyonya Besar Diana.

Namun, sekarang Intan hanya berdiri. Cahaya matahari terbenam di luar pintu menyinari wajah putihnya sehingga membuat Intan terlihat cantik seperti orang dalam lukisan.

"Kak Intan, lihat kamu sudah membuat Ibu sangat marah." Shayna maju ke depan, wajahnya agak tembam, dia juga menatap Intan dengan marah. "Sebenarnya kalau kamu setuju, kamu juga tidak dirugikan. Apa kamu kira Keluarga Bangsawan Belima masih berjaya seperti dulu? Orang tuamu sudah meninggal, sekeluargamu hanya tersisa kamu seorang. Apa kamu masih mau mempertahankan sikap putri seorang bangsawan, apa kamu tidak takut Kak Rudi akan menceraikanmu?"

Intan melihat Shayna. Dia mengenakan pakaian berwarna kuning, ini pakaian yang Intan minta buatkan untuk Shayna. Sekarang dia malah mengenakan pakaian ini sambil memarahinya, benar-benar adik yang baik.

Intan berkata dengan tenang, "Lepaskan baju yang kamu pakai, baru bersikap sombong padaku."

Pipi Shayna menjadi merah. "Aku tidak memohon padamu untuk membuatkan pakaian ini untukku. Kamu mau ya nanti aku kembalikan padamu."

"Baiklah, sekalian kembalikan aksesoris giok yang kamu pakai." Setelah Intan selesai berbicara, dia melirik semua orang, hanya Nyonya Brina yang terlihat tenang, sisanya terlihat masam.

"Masih ada masalah lain tidak? Kalau begitu aku pergi dulu." Selesai Intan berbicara, dia berjalan keluar.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 690

    Dayang Erika segera mengejar Tuan Putri setelah mendengar Jihan akan dimasukkan ke dalam penjara bawah tanah, "Tuan Putri, apakah Anda berubah pikiran?"Putri Agung merasa isi pikirannya sangat kacau, "Kurung dia di penjara bawah tanah dulu dan nanti baru bicarakan hal ini lagi.""Baik, Anda jangan marah dan melukai tubuh Anda sendiri," bujuk Dayang Erika."Tidak ada seorang pun yang bisa dibandingkan dengan Marko, Jihan tetap bukan Marko meski punya tampang yang sama. Jihan sama sekali tidak bisa membuatku menyukainya dan aku malah marah saat melihat wajahnya."Putri Agung kembali ke kamarnya dengan amarah di matanya dan tetap merasa kesal meski sudah duduk, "Pelayan, bawakan air dan sabun. Aku mau cuci tangan."Semua pelayan sedang sibuk bekerja pada saat ini, Putri Agung mencuci tangan bekas menyentuh Jihan berulang kali, seperti setiap kali dia sehabis berhubungan badan. Putri Agung akan merendam dirinya di dalam ember yang berisi dengan air panas untuk menghilangkan aroma yang men

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 689

    Jihan berusaha untuk berdiri, tapi Jihan sama sekali tidak memiliki kekuatan di dalam tubuhnya seolah-olah dia sedang sakit parah.Jihan segera menoleh setelah mendengar suara pintu terbuka dan terdapat seseorang yang berjalan masuk setelah melewati pembatas ruangan.Rambutnya disanggul dan dihiasi oleh pita, wanita ini mengenakan pakaian berbahan satin yang berwarna putih dan hijau. Wanita ini terlihat berusia sekitar 40 tahun yang tidak terdapat kerutan apa pun di wajahnya. Tapi ekspresi wanita ini sangat serius dan memiliki aura intimidasi dari seseorang yang berkuasa.Terdapat seseorang yang mengikuti di belakang wanita dan memindahkan kursi ke samping tempat tidur. Wanita itu duduk dengan perlahan dan menatap mata Jihan yang terlihat cemas serta curiga."Si ... siapa kamu?" Jihan tidak pernah melihat Putri Agung, tapi mengetahui identitasnya pasti tidak sederhana.Putri Agung melihat kepanikan di mata Jihan dan hatinya berada di tingkat ekstrim, seolah-olah terdapat air yang menyi

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 688

    Sebuah kereta kuda meninggalkan kota dan Jihan sedang bergegas untuk pergi ke Jinbaran karena terdapat masalah pada pabrik di Jinbaran. Ayahnya menyuruh Jihan untuk pergi ke sana secara pribadi meski masalahnya tidak terlalu serius.Sebenarnya Jihan telah tinggal di Jinbaran untuk waktu yang lama, tapi Jihan mengantar istrinya ke ibu kota untuk melakukan persalinan karena istrinya sedang hamil. Jihan bisa menyerahkan masalah di sana pada pengurus toko setelah masalah di Jinbaran diselesaikan, selain itu Jihan juga berencana untuk melakukan bisnis yang lain dalam perjalanannya kembali ke ibu kota.Jihan sudah lama menjadi seorang ayah, karena dia menikah saat masih berusia 20 tahun dan sudah memiliki dua putra pada saat ini. Jadi dia berharap istrinya bisa melahirkan seorang anak perempuan untuknya.Tidak terlalu banyak orang yang memiliki selir di keluarga mereka dan Jihan juga tidak memiliki satu pun selir. Jihan memiliki hubungan yang sangat harmonis dengan istrinya dan selalu membaw

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 687

    Pangeran Rafael bersedia bekerja sama demi hal ini, karena anak ini akan memiliki nama belakang Gunawan dan pasti akan berada di pihak Keluarga Bangsawan Gunawan."Aku akan memberi tahu mereka saat kembali," ujar Pangeran Rafael.Putri Agung bertanya, "Sebentar lagi upacara pemberkatan orang meninggal sudah tiba, apakah kamu sudah mengundang Guru Boni?""Sudah aku undang, ada 8 biksu yang datang bersama Guru boni. Aku akan jemput mereka secara pribadi pada hari pertama."Putri Agung mengangguk kecil dan berkata, "Panggil ibumu datang, tapi kamu harus bilang kalau ibumu harus bergadang dan tidak perlu datang kalau tidak bisa melakukannya.""Tentu saja ibuku bisa melakukannya, ibuku telah menjadi penganut Buddha selama bertahun-tahun dan selalu ingin mengikuti upacara ini," ujar Pangeran Rafael dengan cepat. Terdapat Nyonya Clara, Nyonya Thalia, Nyonya Besar Arni, Nyonya Besar Mila dan lain-lain yang mendatangi upacara pemberkatan orang meninggal. Mereka semua adalah nyonya atau nyonya b

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 686

    Keluarga Salim masih tidak memberi jawaban apa pun, tapi desakan berulang kali dari Putri Agung membuat Nyonya Mirna mau tidak mau harus mendatangi Kediaman Keluarga Salim secara pribadi.Nyonya Mirna baru mengetahui jika Vincent sedang pergi ke Cunang dan berada di Perkemahan Pengintai Tujuvan karena terjadi sesuatu pada Waldy, jadi Vincent pergi ke sana untuk mengunjunginya bersama dengan Charles, yang merupakan anak angkat Keluarga Akbar.Viona berkata dengan nada meminta maaf, "Seharusnya masalah ini sudah diputuskan sejak awal, tapi Vincent bersikeras mau pergi menemui teman seperjuangannya dan baru memutuskan hal ini. Aku sama sekali tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan, tapi aku sangat menyukai Nona Reni. Kamu sendiri juga tahu kalau aku sangat menyukainya pada pertemuan pertama kami dan sangat ingin segera menjadikannya sebagai menantuku."Viona berkata dengan tulus dan Nyonya Mirna percaya karena Viona memang menunjukkan kesukaannya pada Reni pada hari itu, kemudian berkata

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 685

    Merpati milik Paviliun Prumania terus beterbangan untuk bertukar pesan dan tiba di ibu kota pada dua malam sebelum upacara pemberkatan orang meninggal setelah beterbangan selama beberapa hari. Surat-surat itu baru dibawa ke Kediaman Aldiso setelah Metta dan yang lain menyusunnya menjadi sebuah surat yang lengkap di malam hari.Metta memberi surat ini pada Marsila, tapi Marsila tidak membukanya, melainkan memanggil semua orang ke ruang kerja dan menyerahkan surat itu pada Tuan Axel, karena hal ini berhubungan dengan Jenny dan sebaiknya membiarkan Tuan Axel membukanya terlebih dahulu.Terdapat urat yang menonjol di dahi Tuan Axel setelah membaca ini, "Sungguh tidak masuk akal. Ini benar-benar merupakan sebuah konspirasi, apa itu utang budi karena telah menyelamatkannya, ini semua adalah rencana yang dibuat dengan teliti."Alfred mengambil surat itu dan berkata secara garis besar setelah membacanya, "Pembuat onar itu adalah preman lokal yang buat masalah setelah terima uang dari orang lai

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status