Aldira dan Shuiyan tersenyum mendengar ucapan Alex. Jika ia merasakan ada sesuatu yang aneh maka sudah pasti ia akan membantu mereka menemukan siapa orang tersebut."Jadi rencananya kalian mau mulai dari mana?" ujar Alex."Biasanya siapa yang suka megang kunci asli sama cadangan buat setiap ruangan?" tanya Aldira."Biasanya yang punya kunci semua ruangan itu penjaga rumah sakit, kadang kunci cadangan ruangan juga bakal dikasih ke dokter yang kerja lembur otomatis cuma mereka yang punya kunci asli sama kunci cadangan," tutur Alex. Aldira tampak sedang berpikir, begitu juga dengan Alex."Yaudah gini aja nanti malam kita lembur," kata Alex."Ha? Yang bener ma ... masa lembur?" tanya Shuiyan terbata-bata."Kalo kalian mau cari tau apa yang sebenarnya terjadi, kita harus lembur untuk melihat apa yang bakal dia lakuin selanjutnya di ruangan itu," jawab Alex."Gak semudah itu," ucap Aldira.Alex dan Shuiyan menatap heran menanti penjelasan ke arah Aldira. "Kita bisa liat sendiri, kayak yan
Alex masuk ke dalam pos itu dan berbincang-bincang dengan satpam penjaga.Sedangkan Aldira hanya menunggu di luar ia merasa sangat bosan dan memainkan ponselnya tiba-tiba Alleta muncul di depannya. "Aldira ngapain lo masih ada disini?" tanya Alleta.Aldira lalu menaruh ponselnya di telinganya seolah-olah seperti orang yang sedang telponan, ia melakukan itu agar tidak terlihat aneh di mata orang normal."Iya gue mau nyari tau tentang ruangan laboratorium tadi," jawab Aldira."Sendirian?""Gak sama Alex," "Gue ikut yah," pinta Alleta."Iya," ucap Aldira. "Dira!" panggil Alex.Aldira lalu berbalik dan berpura-pura mematikan ponselnya. Alex menunjukkan kunci yang sudah berada di tangannya. Aldira mengangguk lalu mereka kembali masuk ke dalam rumah sakit.Kini mereka telah sampai di depan ruangan itu. Alex menatap pintu itu sebentar lalu memasukan kunci dan pintu itu terbuka.Ruangan itu sangat gelap, tidak ada yang terlihat selain warna hitam pekat. Alex meraba dinding ruangan itu menc
Alleta lalu berjalan keluar dan berkeliling rumah sakit untuk melihat situasi mereka saat ini aman atau tidak."Kenapa ada foto di ruangan ini?" tanya Alex.Aldira menggeleng, ia berbalik dan entah mengapa matanya melihat lemari tempat menaruh botol kimia kaca yang sudah terbuka itu."Dira, ada orang agak mencurigakan pakai baju warna hitam dari atas sampai bawah di area parkiran kayaknya mau naik ke sini," ucap Alleta."Astaga!" seru Aldira."Kenapa?" tanya Alex menyadari ekspresi Aldira.Ia mendekati Aldira berusaha melindungi gadis itu dan melihat sekeliling dengan waspada. "Dia udah tau kita bakal ke sini." ucap Aldira. "Ha?" "Lari!" perintah Aldira dan mereka akhirnya segera berlari meninggalkan ruangan itu. Baru saja mereka sampai di depan pintu keluar rumah sakit itu, tiba-tiba ada seseorang yang langsung menghalangi Aldira. "Awas!" teriak Alex.Alex menahan kayu yang hampir mengenai bagian belakang kepala Aldira dengan tangannya. lelaki jangkung itu lalu menendang bagian
Alex menceritakan semua apa yang sebenarnya terjadi kepada Anggika. "Ouh jadi gitu," gumam Anggika dengan ekspresi tampak berpikir."Gue juga ada dapat pesan," ucap Alex merogoh saku celananya untuk mengambil ponselnya dan memberinya kepada Anggika.Tidak lama kemudian, akhirnya Aldira kembali turun ke bawah."Loh, lo belum pulang?" tanya Aldira."Gimana ceritanya dia mau pulang, kakinya aja lagi sakit gara-gara nolongin lo. Lo juga yang bawa dia ke sini terus gimana caranya dia pulang coba, gimana sih lo?" sahut Anggika."Ouh udah di ceritain," balas Aldira."Dasar, emang gak tau terimakasih nih anak!" cetus Anggika."Dih, ngapa lo sewot. Siapa suruh coba dia nyelamatin gue? Orang gue bisa jaga diri." ungkap Aldira. "Dih, dasar ni anak!" ucap Anggika kesal."Apa?" sahut Aldira ikut kesal. Kring! Bunyi notifikasi pesan dari ponselnya Aldira, gadis itu membuka pesan dari nomor yang tidak di kenal itu lagi. Aldira mematikan ponselnya. Ia berpikir sejenak bagaimana mungkin orang ini
Baru saja Aldira melangkahkan kaki memasuki rumah sakit itu. Ia langsung bertemu dengan Shuiyan yang sudah menunggu kedatangannya sedari tadi."Akhirnya lo datang juga," ucapnya."Ada apaan kok lo panik gitu?" tanya Aldria.Shuiyan menariknya dan membawanya ke tempat khusus mereka para anak magang beristirahat. Gadis itu lalu mengambil tasnya dan mencari sesuatu."Lo lihat ini!" kata Shuiyan sambil memberikan sepucuk surat.Aldira membuka surat itu dan melihat sebuah tulisan. "Tunggu saja, permainan akan di mulai kalian pasti akan sangat menyukainya." "Dari mana lo dapat surat ini?" tanya Aldira."Itu tadi pagi tiba-tiba sudah ada di depan pintu rumah gue," jawab Shuiyan."Shuiyan, Aldira, di panggil dokter Alex ke ruangannya!" seru seorang perempuan yang baru saja tiba."Iya, makasih." sahut Shuiyan dan segera menyembunyikan surat itu di saku jasnya.Shuiyan segera menarik tangan Aldira keluar, tapi Aldira malah berhenti dan menatap sosok perempuan yang sedang merapikan tas dan men
"Fiona, lo tadi bilang kalo lo udah pernah di bawa ke sini terus gimana caranya lo keluar?" tanya Alex. "Gue biasanya keluar kalo udah pagi dan pintu ke buka sendiri," jawab Fiona."Ha? Lo yakin kita bakal terus di sini?" tanya seorang perempuan magang lainnya. Fiona hanya diam tak menjawab, Aldira melihat ke kiri dan kanan untuk mencari jalan untuk keluar. Tiba-tiba Alleta muncul tepat di hadapan Aldira dan membuatnya terkejut. "Gimana udah ketemu?" tanya Aldira pada Alleta, ia sudah tidak peduli apa yang orang pikiran begitu melihatnya. "Gue gak gak ketemu jalan keluarnya, semua beneran rapi gak ada jalan buat keluar satupun." Jawab Alleta. "Lo yakin udah nyari ke semua tempat?" tanya Aldira lagi."Dira lo kenapa?" tanya anak-anak magang yang menatap heran ke arahnya. "Gue lagi ngomong sama teman gue," sahut Aldira. Alleta menggelengkan kepalanya lalu berjalan mencari sesuatu agar mereka bisa keluar dari tempat ini."Lo gak usah becanda gak lucu," seru perempuan lainnya."Yan
"Yaudah, sekarang kita harus mikirin gimana caranya supaya bisa keluar dari ruangan ini," ucap Aldira mengalihkan topik pembicaraan. "Dira, lo ngerasa ada yang aneh sama tempat ini gak?" tanya Shuiyan. "Iya, ini kayak bukan jalan untuk keluar tapi menurut gue mungkin ada perangkap lain." tutur Aldira. Aldira lalu membuka kembali ponselnya, "Gak ada jaringan di ruangan ini."Aldira menatap ke arah Alex, ia melihat Alleta yang duduk di samping nya sedang menangis melihat kondisi lelaki itu."Ini sebenarnya tempat apa?" tanya Alex lebih kepada dirinya sendiri. Aldira yang mendengar hal itu menggelengkan kepalanya, tiba-tiba muncul sebuah suara yang memenuhi ruangan itu."Saya tidak menduga kalian semua bisa sampai di tempat ini, tapi selamat karna kalian telah mencapai puncak permainan. Kini kalian harus memikirkan bagaimana caranya agar kalian bisa terus bertahan." Semua yang ada di ruagan menoleh ke arah kiri dan kanan mencari dari mana asal suara tersebut, tidak lama kemudian se
"Gue bisa liat hantu," ungkap Aldira tanpa basa-basi. Alex mengalihkan pandangannya, sebenarnya ia sudah menduga hal ini saat Aldira mulai bersikap aneh dan berbicara sendiri. "Pemandu kita tadi, dia sebenarnya gak ada hubungannya dengan jebakan ini. Dia tadi sempat ngasih penglihatan kalo emang dia nerima telpon buat balik ke rumah sakit, tapi di tengah jalan dia di cegah sama beberapa orang yang dia gak kenal. Dia sempat ngelawan tapi ada sosok dari belakangan yang mengunci lehernya yang buat tulang lehernya patah dan dia di bunuh dengan cara yang gak wajar yaitu di bakar." jelas Aldira.Aldira tahu ucapannya itu tidak masuk akal bagi orang normal (tidak bisa melihat dunia lain), bagaimana caranya orang yang sudah meninggal bisa mendatanginya dan menceritakan semua yang terjadi padanya. Alex akhirnya menatap kembali kedua bola mata Aldira. Ia menggenggam erat tangan gadis itu berusaha memberikan kenyamanan padanya. "Ouh iya," balasnya santai. "Shuiyan lo juga bisa liat hantu?" t