Share

Bab 3

Author: Stary Dream
last update Last Updated: 2025-07-18 18:03:30

Sudah dua minggu Zulfa dan anaknya tinggal dirumah ini. Selama itu juga stok bahan makanan terkuras.

Contohnya ini, beras yang biasanya cukup satu karung untuk satu bulan malah habis dalam dua minggu. Minta pada Adam, lelaki ini malah mendumel.

"Nggak mungkin juga ibu minta sama mbakmu, nak!" Sanggah Farida.

"Aku nggak bermaksud perhitungan, bu. Tapi gimana ya? Ini masih tengah bulan. Masih lama gajian. Gajiku semuanya kan sdh ku kasih ke ibu."

"Ya sudah, kalau gitu kita nggak usah makan aja semua." Farida jadi merajuk.

"Bukan begitu maksudnya, bu." Adam jadi tak enak hati. Takut Farida tersinggung.

"Harusnya kamu jangan hitung-hitungan gitu dong sama mbakmu. Inget nggak atas jasa siapa kamu bisa kuliah kalau bukan karena Zulfa? Dia sampai mengalah demi kamu. Dia ikut nyari uang untuk biayain kamu kuliah." 

Kalau sudah begini, Adam hanya bisa menghela nafas panjang. 

"Ya sudah. Adam lihat tabungan dulu."

Hari mulai larut, Adam belum tidur. Dia masih berkutat di depan komputer pintarnya. Mengerjakan laporan yang akan dikumpul akhir bulan.

"Ini teh hangatnya, mas."

Memang istri pengertian. Tahu suaminya sedang lembur, Harum menyiapkan teh untuk suaminya.

"Makasih.." jawab Adam datar.

Melihat gelagat istrinya, Adam tahu jika ada sesuatu yang ingin Harum sampaikan.

"Ada apa?"

"Nggak ada apa-apa." Harum kikuk.

"Duduklah disini." Adam menepuk kursi di sebelahnya.

Harum manut dan duduk di sebelah suaminya.

"Tolong pijit bahuku. Pegal banget." Titah Adam.

Harum kemudian memijit bahu yang terasa tegang itu. Setelah selesai barulah Harum memberanikan diri.

"Mas.. tadi ibu nelpon." Kata Harum pelan.

"Kenapa?"

"Ibu minta uang.." jawab Harum tersendat.

Adam menoleh ke arah istrinya. "Tumben. Nggak biasa aja."

Yang Adam tahu, mertuanya ini sombong. Tak mau menerima uang kiriman dari anak dan mantunya. Mungkin karena masih kesal melihat Harum yang sehabis kuliah malah menikah, bukan bekerja.

"Bukan untuk ibu. Tapi untuk tante Sri."

"Kenapa lagi tante Sri?"

"Katanya lagi kesulitan ekonomi. Jadi ibu minta kita bantu beliau."

Adam menggeleng. "Aneh-aneh aja. Giliran susah baru ke kita. Pas senang malah lupa."

Harum menggigit bibir. "Jadi, gimana?"

"Bilang aja kita nggak bisa bantu!"

"Ibu nggak banyak kok minta. 100 ribu aja katanya." Sambung Harum takut-takut.

Adam menatap tajam istrinya. "Itu banyak, Rum. Kita masih banyak keperluan yang lain. Lihat! Belum akhir bulan aja, beras sudah habis. Stok makanan menipis. Pusing aku! Tadi ibu udah minta uang lagi ke aku."

Harum terunduk mendengar ucapan suaminya. Matanya mulai memerah.

"Bilang aja ini akhir bulan. Mas belum gajian!"

"I-iya, mas." Jawab Harum tersendat. "Satu lagi, mas.." mumpung Harum ingat.

"Apa lagi?"

"Dapet info dari gurunya Shanum. Nanti akhir semester para siswa disuruh ikut kegiatan luar."

"Kegiatan apa?" Tanya Adam menyelidik.

"Seperti study bersama alam. Mungkin ke kebun binatang atau ke cagar budaya."

"Jadi.. butuh uang?"

Harum mengangguk.

"Ada-ada aja. Dulu kita sekolah nggak ada tuh begitu. Dasar akal-akalan gurunya aja itu. Udahlah nanti aja mikirinnya. Masih dua bulan lagi juga, kan? Lihat aja dulu. Kalau nggak penting. Nggak usah ikut."

Harum lagi-lagi mengiyakan. Yang dikatakan Adam memang benar. Jika memang tidak terlalu penting, sebaiknya Shanum tidak ikut. Tapi yang jadi masalah, bagaimana ini menjelaskan ke ibunya kalau Harum tak bisa ikut membantu tante Sri yang sedang kesusahan? Duh lah, Harum jadi bingung.

Besoknya, sebelum berangkat. Adam memberikan selembar uang seratus ribu untuk Farida membeli beras. Untuk kebutuhan yang lain nanti saja. Adam cari duit dulu.

Sementara itu, Zulfa dan Gibran ikut Adam keluar. Sekalian Adam kerja, Zulfa ingin pulang sebentar ke rumah mertuanya. Ada barang yang ingin diambil.

Sore menjelang, barulah Zulfa dan Gibran dijemput lagi oleh Adam. Walau adik Zulfa ini harus menggerutu karena sepertinya Zulfa malah tak mau berbaikan dengan suaminya.

"Gibran ada es krim!" 

Baru saja sampai, bocah dua tahun ini malah pamer makan es krim di depan Shanum. Sontak Shanum langsung memandang ayahnya.

"Es krim untuk Shanum mana?" Tanya Shanum polos.

"Nggak ada." Jawab Gibran. "Ayah cuma beliin untuk Gibran."

"Ayah!" Panggil Shanum ketika Adam malah melarikan diri ke kamar. "Es krim untuk Shanum mana?" Rengeknya mengejar Adam yang disusul oleh Harum.

"Apa sih, nak?" Adam menghela nafas.

"Gibran dibeliin es krim. Shanum nggak!" Shanum hampir menangis. Dia lalu melirik ke ibunya seakan mengadu.

Akhirnya Harum menatap suaminya. Adam jadi merasa tak enak.

"Tadi Gibran merengek di jalan minta dibelikan es krim. Kalau nggak dibelikan dia nangis. Jadi terpaksa mas beliin." Jelas Adam.

Harum mengangguk mengerti dan mengambil alih situasi. Dia merangkul bahu putrinya. 

"Kamu kan lagi batuk, sayang.. kalau makan es krim nanti tambah sakit."

Adam bisa bernafas lega setelah istrinya berhasil menenangkan Shanum. Walau ia tak tahu kalau hati istrinya saat ini tengah bergemuruh.

Harum baru saja disindir habis-habisan oleh ibu kandungnya sendiri.

"Masa 100 ribu aja kamu nggak punya!" Gerutu Mulya, ibu Harum di ujung telpon.

"Bukan begitu, bu. Harum kan nggak kerja. Jadi apa-apa harus izin suami dulu. Apalagi ini baru pertengahan bulan. Insya Allah kalau Harum ada rezeki, Harum pasti ngasih tante Sri." Harum jadi tak enak hati.

"Bukannya ibu nggak tahu kalau suamimu itu begitu pelit. Apalagi kalian udah tinggal disana sama mertuamu itu. Makanya, Harum! Habis kuliah itu kerja dulu. Ini malah maksa mau nikah."

Tak mau memperpanjang persoalan yang melebar kemana-mana. Harum segera memutus sambungan ponselnya. Malang sekali nasibnya, setelah menikah ia malah merasa hubungan dengan orang tuanya semakin berjarak. Mungkin sebab orang tua Harum yang memang tak merestui hubungan Harum dan Adam.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Aku Tak Butuh Nafkah Darimu   Bab 37 (Ending)

    "Langsung pergi, nak?" Nani jadi merasa situasi menjadi canggung."Iya. Aku permisi dulu." Ucap Rendra tanpa membalas tatapan istrinya.Sontak saja Nani dan Harum saling melirik setelah kepergian Rendra."Apa dia mendengar kita tadi?""Mungkin aja." Jawab Harum jadi merasa bersalah. Jelas Rendra mendengarkan perbincangan dua wanita ini tadi.Malam tiba, Adam mengirim pesan pada Rendra yang mengabarkan bahwa dia ingin menghabiskan waktunya satu hari dengan Shanum."Adam ngabarin aku barusan." Ucap Rendra sambil merebahkan diri di sisi Harum. "Besok dia minta izin bertemu dengan Shanum.""Nggak masalah. Besok hari libur juga." Sahut Harum datar. Dia masih menyimak isi majalahnya."Kalau kamu mau ikut silahkan."Dahi Harum mengernyit, dia menatap Rendra yang kini berbalik memunggunginya."Untuk apa juga aku ikut?""Mungkin ada yang ingin kamu tanyakan pada mantan suamimu."Oh, Harum mengerti. Rendra pasti tengah marah sekarang. Segera saja dia melipat majalahnya dan bergeser sedikit mend

  • Aku Tak Butuh Nafkah Darimu   Bab 36

    Mata Harum menatap mantan suaminya dengan penuh pertanyaan. Sementara, Adam menjadi salah tingkah."Bu, Adam.. Taksi kita sudah di depan." Sahut Zulfa memecah rasa canggung ini."Kami permisi dulu. Terima kasih Rendra, Harum." Ucap Adam segera mengambil alih kursi roda ibunya."Hati-hati di jalan." Rendra menimpali."Nanti aku hubungi. Aku minta izin ingin bertemu Shanum lagi.""Boleh saja. Nggak masalah." Rendra jelas tak mau memisahkan hubungan antara ayah dan anak.Selesai berpamitan dengan suaminya. Rendra memutuskan untuk mengajak anak dan istrinya pulang. Namun, sepanjang perjalanan Harum hanya diam. Dia baru tahu jika Adam selama ini bekerja sebagai tukang ojek online."Kamu diam aja, sayang?" Rendra menegur."Nggak apa-apa." Sahut Harum segera memperbaiki sikapnya."Kamu mau ke toko atau pulang ke rumah?" Tawar Rendra. Kebetulan dia memang harus kembali praktek setelah ini."Aku mau ke rumah ibu aja. Udah lama nggak mampir.""Aku antar ke rumah ibu kalau begitu."Rendra memacu

  • Aku Tak Butuh Nafkah Darimu   Bab 35

    "Kamu nggak mau besuk ibumu?""Kamu tadi sudah, kan?""Aku belum melihat. Tadi kan aku bilang cuma belikan obat." Jelas Rendra."Kamu aja, deh. Sampaikan salam kami untuk ibu Farida."Rendra menghela nafas. Ia ikut berbaring di samping istrinya."Kamu masih marah?" Rendra mengelus lengan istrinya."Marah dengan siapa?" Tanya Harum acuh."Sayang.. ibu Farida sedang kritis sekarang. Aku minta kamu mendo'akannya.""Iya. Nanti aku do'akan.""Sayang!"Terpaksa Harum meladeni suaminya, padahal dia sudah bersikap selayaknya walau rasa tak senang itu terlihat di wajahnya."Ikhlaskan semua yang terjadi di masa lalu. Maafkan seluruh kesalahan orang-orang yang menyakitimu. Aku tahu luka di hatimu belum sembuh betul. Tapi kalau kamu belum bisa mengiklaskan semuanya, luka itu akan semakin sakit jika digores.""Aku cuma masih sedikit kecewa aja." Akhirnya Harum jujur. Sudah satu tahun lebih, tapi rasa marah, dongkol, kecewa akan perbuatan mantan suami serta keluarganya masih membekas di hati Harum.

  • Aku Tak Butuh Nafkah Darimu   Bab 34

    "Mbak Zulfa!" Terengah-engah Adam menghapiri Zulfa yang tengah melamun di ruang tunggu. Farida kini sudah terbaring lemah di ruang intensif."Adam!" Air mata Zulfa tumpah ruah ketika melihat adiknya datang. Sudah satu tahun, Adam tidak pulang ke kota. Selama itu juga Adam tak tahu penyakit berat apa yang menimpa Farida karena wanita itu tak mau membebani Adam yang tengah berjuang disana."Apa yang terjadi mbak?""Ibu tiba-tiba sesak tadi. Sekarang masuk ICU.""Sakit apa ibu?""Gagal ginjal..""Astaghfirullah." Kepala Adam menjadi sakit, ia seperti di hantam benda berat."Maaf, Adam.." lirih Zulfa. "Selama ini kami menyembunyikan kebenarannya darimu.""Jadi ibu sudah lama sakit begini? Kenapa baru kasih tahu aku, mbak?" Teriak Adam sedih."Kami nggak mau merepotkanmu.""Astaga! Tapi ibu itu juga ibuku. Aku berhak tahu." Adam meremas rambutnya dengan frustasi. "Jadi sekarang bagaimana kata dokter?""Ibu harus cuci darah, tapi tekanan darahnya masih rendah. Belum lagi.." Zulfa memberikan

  • Aku Tak Butuh Nafkah Darimu   Bab 33

    Malam ini Shanum menginap di rumah neneknya setelah menghabiskan waktu seharian dengan Adam di luar. Ayah Shanum ini mengajaknya pergi ke taman bermain dan juga tempat lain yang dulu suka sekali mereka singgahi. Tak lupa makan bakso langganan yang menjadi kesukaan Shanum."Kamu senang sekolah di tempat barumu?" Tanya Farida."Senang, nek.""Disana pasti cuma orang-orang kaya yang bisa masuk. Nenek dengar biaya masuknya aja mahal.""Nggak tahu juga, nek." Untung saja Shanum tak perduli dengan hal seperti itu. Masih bisa bersekolah saja dia bersyukur."Nanti bilang sama ibumu, kalau lebaran mampir kesini ya.""Iya, nek."Shanum menjawab sembari bermain dengan Gibran. Anak kecil itu juga sudah masuk usia 4 tahun, tengah aktif-aktifnya."Shanum.. sini dulu."Shanum akhirnya menghentikan aktivitas bermainnya dan mendekat kepada Farida."Kenapa, nek?""Kamu nggak kangen sama nenek? Dari datang tadi kamu cuma main sama Gibran.""Kangen, nek.""Kenapa nggak meluk?"Sekejap Shanum tampak berpi

  • Aku Tak Butuh Nafkah Darimu   Bab 32

    Anggaplah, Rendra saat ini sudah mendapatkan lampu hijau dari Nani. Sekarang tinggal bertanya pada ibunya sendiri. Takutnya perbedaan status ini membuat Suryani tak menyetujui hubungannya dengan Harum."Jadi kamu mau kepikiran untuk nikah? Mama nggak salah dengar, kan?" Suryani memastikan."Ya. Tapi wanita yang kusuka.. mungkin nggak sesuai ekspektasi mama.""Maksudmu? Dia bukan istri orang, kan?""Bukanlah, ma." Rendra tertawa pelan. "Tapi pernah jadi istri orang.""Janda maksudmu?"Mendengar intonasi suara Suryani, Rendra tiba-tiba jadi keringat dingin."Harum?""Eh!" Rendra terlonjak kaget. "Main nyebutin nama aja.. padahal aku belum kasih inisial ini loh.""Ya siapa lagi wanita yang buat kamu nggak bisa move on? Memang kamu pikir mama nggak curiga saat pertama kamu datang ke mama minta pekerjaan buat Harum? Terus kamu bilang minta mama untuk ajarin Harum jadi wanita mandiri?""Tapi saat itu aku belum ada rasa, ma. Koreksi. Harum masih jadi istri orang lain. Jadi aku nggak mau berh

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status