Alasan Lembur Suamiku Setiap Malam 29 PoV Fahri Jangankan Dania, aku pun sangat terkejut ketika Tante Irma. Apa katanya tadi, aku anaknya? "Jangan katakan hal-hal yang tidak masuk akal. Aku bukan anakmu yang berarti kau bukan ibuku," bentakku penuh emosi. Bagaimana aku tidak marah, dia seenaknya saja mengaku kalau aku adalah anak kandungnya. Heh, mana ada. Dasar orang-orang zaman sekarang, terlalu banyak berkhayal. "Em, itu, itu." Dania di sini hanya menjadi pengamat. Dia sepertinya sangat ingin tahu ada hubungan apa sebenarnya di antara kami. "Pergilah dari sini, aku tidak ingin melihat anda." Aku kembali berteriak, tapi wanita itu malah semakin tidak tahu malu. Dania melangkah keluar dari ruangan ini, tapi dia kembali masuk dengan orang tuaku, dan Dino. Ah, kenapa laki-laki itu ikut datang? Aku belum bisa membereskan masalah nasi goreng itu dengan Ranti, sekarang sudah muncul masalah baru. Membuatku jengah saja. "Kau tidak dibutuhkan di sini," tegasku kepada Dino dengan
Alasan Lembur Suamiku Setiap Malam 30 PoV Dania Aku baru mengerti kenapa Dino begitu panik dan khawatir ketika melihat Mas Fahri tergeletak di depan matanya ketika keracunan makanan beberapa hari lalu, ternyata Mas Fahri adalah anak angkat dari orang tua yang selama ini aku sangka ibu kandung. Jangankan Mas Fahri, aku pun begitu terkejut ketika mendengar cerita ini. Ditambah lagi ibunya Mas Fahri alias Tante Irma mempunyai sifat yang hampir sama dengan anaknya, atau laki-laki yang selama ini menjadi suamiku. "Kamu gak nyesel karena anak-anak mempunyai ayah yang ternyata berasal dari keluarga yang tidak baik," ucap seseorang menyadarkan aku dari lamunan. "Mas Adnan?" Aku sangat terkejut ketika melihat seorang lelaki yang sudah hampir satu tahun tidak bertemu. Dia adalah kakak lelakiku. Orangnya sangat baik, tapi tidak dengan istrinya yang lebih suka berpura-pura baik daripada berbuat baik beneran. Mas Adnan langsung duduk di sampingku tanpa bicara. Aku yakin saat ini yang ditung
Alasan Lembur Suamiku Setiap Malam 31 PoV Dania Aku baru saja membuka mata dari tidur malam yang panjang, kulihat jam baru menunjukkan jam empat pagi, tapi suara gaduh di luar membuatku tertarik untuk melihat siapa yang sudah membuat onar. Usai melakukan kewajiban, aku berjalan ke ruang depan, dan menyingkap gorden sedikit untuk melihat situasi dan kondisi yang ada di luar. Aku sama sekali tidak terkejut ketika suara Tante Irma mulai terdengar. Bodo amat. Aku perlu membangunkan anak-anak untuk menunaikan sholat bersama mbak, lalu menyiapkan sarapan. Keributan di luar aku anggap tidak ada. Semalam Dino sudah memberikan pesan agar aku tidak melayaninya. Anggap saja dia tidak ada dan harus tenang, begitupun dengan Mama dan Papa. Di rumah orang tuaku pun mulai panik. Dapat kupastikan kalau papaku langsung ingin menghukum Mbak Tari, tapi mama pasti melarang. Karena selama ini mamalah yang selalu membelanya. Entah apa maksudnya, yang jelas mama memang cuek terhadapku. Tidak seperti ke
PoV Fahri "Bagaimana, kamu selalu kasih rutin serbuk itu di minuman dan makanannya Dania, kan?" tanya Tante Irma yang ternyata adalah mamaku sendiri. Aku bener-bener enggak nyangka kalau selama ini aku tinggal dengan orang tuanya Dino. Ah, sial*n. Kenapa hidupku selalu begini, sedangkan kehidupan Dania malah semakin bahagia? Begitupun Dino. Hanya aku di sini yang semakin tersiksa dan menderita. "Iya, Tan." Aku menjawabnya asal. Padahal, aku tidak berani untuk melakukan hal itu. Meskipun aku kejam, tapi aku tahu aturan. Nyawa terlalu berharga jika hanya untuk disia-siakan. Apalagi ketika aku berada di ambang kematian karena keracunan nasi goreng yang diberikan Ranti, Dania dan Dino yang membawaku langsung ke rumah sakit tanpa mengingat apa yang sudah aku lakukan kepada mereka. Sejujurnya aku berada dalam dilema, pilihan apa yang harus aku pilih. Apakah Tante Irma yang ternyata adalah mamaku atau kebenaran yang tidak bisa aku lepaskan dari jiwaku. Meskipun aku bukan orang yang bai
Alasan Lembur Suamiku Setiap Malam 33 PoV Dania Sore ini Mas Fahri tiba-tiba mengajak kami bertemu, katanya ada sesuatu yang sangat penting untuk dikatakan kepadaku, dan juga Dino. Aku sendiri tidak tahu pasti apa itu. Berhubung kita baru saja bertemu, aku sedikit tidak percaya padanya. Terlebih selama ini dia suka berbohong. "Hubungi saja Dino. Kalau dia setuju, aku ikut. Kita berdua benar-benar sangat sibuk," jawabku jujur. Aku sungguh tidak punya waktu untuk mengurusi hal-hal yang kecil. Bahkan masa depan restoran sudah aku serahkan kepada orang yang bisa kupercaya. Pekerjaan CEO ini tidak seperti dalam dongeng yang selalu ada waktu kapan pun. Jangankan mengurus restoran, aku bahkan selalu tidak ada waktu untuk mengantar anak-anak, dan hanya bisa tidur sehari semalam lima jam paling banyak. Entah karena aku masih baru atau memang aku tidak terbiasa dengan pekerjaan yang sangat menumpuk ink. Aku benar-benar kagum dengan Mas Fahri dulu yang punya banyak waktu untuk pergi mengh
Alasan Lembur Suamiku Setiap Malam PoV Dania Aku memilih diam ketika Dino kembali di hadapkan kembali di hadapkan dengan dua arah yang berbeda. Ada tiga jalan di sini, kita tidak tahu jalan mana yang baru saja dipilih oleh penculik itu karena kita terlambat mengejarnya. "Kamu tidak usah merasa bersalah, dia tidak akan kenapa-kenapa," ucap Dino agar aku tidak menyalahkan diriku sendiri. "Kalau bukan aku yang disalahkan, siapa lagi." Aku berucap lirih. "Dia pergi dari sana setelah mendengar percakapan kita. Kalau tidak, mungkin dia tidak akan begini." Dino langsung menelpon orang-orangnya untuk menemukan keberadaan Mas Fahri. Namun, aku sudah tidak ada waktu lagi untuk mengejar. Pekerjaan di kantor bisa dikerjakan oleh orang lain, tapi itu dulu ketika pemiliknya Mas Fahri. Berbeda dengan sekarang. Papa Dino sudah mengambil alih semuanya dan aku ditugaskan menjadi CEO, akulah yang harus mengatur semuanya agar berjalan dengan lancar. Bahkan satu debu pun tidak akan ada di sana jika
Alasan Lembur Suamiku Setiap Malam 35 Wajar kalau mereka begitu, karena dari awal, mereka berdua memang sangat membenciku. Begitupun aku, tidak akan berani memperlakukan mereka seperti ini kalau dari awal mereka tidak membuat masalah denganku. "Belum pada makan, kan?" tanyaku pada Mbak dan dia hanya mengangguk kecil. Aku mengeluarkan makanan mewah yang sengaja sudah aku siapkan. Lalu membukanya dan menunjukkannya di depan mata mereka. "Uh, harum banget." Aku sengaja menggoda mereka dengan makanan ini. Meksipun aku tahu apa yang aku lakukan tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan kejahatan yang sudah mereka lakukan, tapi setidaknya aku sudah membuatnya tidak berdaya. Mata mereka menatap penuh nafsu ke arah makanan yang aku tunjukkan, tapi sayang, aku kembali menjauhkan makanan ini dari mereka. Kedua pasang mata itu kembali menatapku dengan tajam. "Kenapa? Kalian mau makan seperti ini?" tanyaku sambil mengeluarkan satu potongnya ke arah mereka yang mulutnya masih tertutupi
Alasan Lembur Suamiku Setiap Malam 36 PoV Dania "Sini, Mbak, aku bantu pijit." Ranti tiba-tiba mengerakkan tangannya di atas bahuku. Sungguh ini di luar pikiranku. Ternyata Mbak bisa mengendalikan orang menjadi seperti ini atas kesadarannya sendiri. Tadi pun aku masih terkejut ketika melihat dan mendengar dengan mata dan telinga sendiri mereka mengucapkan salam, apalagi sekarang. Aku langsung punya tukang pijit gratis. "Biarkan saya yang membuat minum," ucap Tante Irma dan langsung terburu-buru pergi ke dapur, tapi Mbak langsung menariknya lagi sampai dirinya berdiri di hadapanku. "Aku belum percayakan makanan dan minuman orang-orang yang ada di sini kepada kalian berdua. Jadi, untuk dua hal itu biar aku yang pegang. Kalian fokus ke kebersihan rumah saja," tegas Mbak. Jangankan kedua orang itu, aku sendiri sedikit tegang. Cara bicaranya memang biasa, tapi raut wajahnya itu bisa membuat siapapun yang melihatnya takut. Apalagi dengan lirikan matanya. Duh, bukan main. "Sip, Mbak.