Home / Fantasi / Algoritma Cinta Cypher / Chapter 1 : Jatuh ke Dalam Waktu

Share

Algoritma Cinta Cypher
Algoritma Cinta Cypher
Author: Ivy Morfeus

Chapter 1 : Jatuh ke Dalam Waktu

Author: Ivy Morfeus
last update Last Updated: 2025-05-16 19:22:34

"Apa bakal terasa sakit?"

Suara Seraphina nyaris tak terdengar, tenggelam dalam deru hujan yang membasahi balkon. Dingin menusuk kulit wajahnya, seolah mencerminkan kekosongan di hatinya. Seraphina melongok ke bawah. Tiga lantai di bawahnya, tanah tampak begitu jauh, dan lampu taman pun terlihat kabur. Pandangan matanya bergerak, di ujung sana, ia melihat lampu ruang kerja Adrian, kakaknya, masih menyala terang.

"Andai saja kamu mendengarkanku, Adrian..."

Rasa kecewa perlahan merayap di hatinya. Jari-jarinya mencengkeram erat pagar logam yang dingin. Seraphina berdiri di tepi, ujung kakinya kini sudah mengambang di udara. Napasnya bergetar. Tatapannya kosong, menembus kegelapan yang menganga di bawah. Jari-jarinya gemetar, dengan perlahan melepas cengkeraman dari pagar. 

Ujung-ujungnya menyapu logam basah itu untuk terakhir kalinya. Seraphina memejamkan mata. Dalam kegelapan, kilasan beberapa menit sebelumnya muncul: pesan singkat dari kekasihnya, Cassian.

"Sera, kita selesai. Aku nggak tahan sama kamu lagi. Kamu menjijikkan, tahu nggak? Jangan hubungi aku lagi."

Seraphina menelan ludah, pahit. Tak ada lagi alasan untuknya bertahan. Ia menyerah. Dengan satu gerakan ringan, ia melepaskan tubuhnya ke depan. Seraphina jatuh, meluncur ke bawah, menyatu dengan hujan yang tak pernah berhenti. Di antara derauan angin, ia merasa ringan, bebas dari sepi, bebas dari segalanya.

'Mungkin tulangku akan patah saat sampai di tanah... aku pasti tak akan ingat rasanya karena akan langsung mati,' pikirnya, tersenyum pahit. ‘Tapi, aku rasa itu lebih baik daripada merasakan rasa sakit pengkhianatan ini seumur hidup.’ 

BUKK…

Baru saja Seraphina berpasrah, sepasang lengan kuat menangkapnya ,tepat sebelum tubuhnya bertabrakan dengan tanah.

Seraphina tersentak, napasnya tersengal. Ia membuka mata dan mendapati wajah seorang pria di hadapannya. Hal pertama yang ia tangkap adalah rambut peraknya yang berkilau di bawah cahaya bulan, lalu matanya yang berwarna hijau hazel, terlihat cantik dan…

'Bersinar?' gumam Seraphina dalam hati. Ia jelas melihatnya. Kilau mata pria itu bergerak dengan sangat cepat.

"Anda baik-baik saja?" tanyanya, suaranya yang lembut menyadarkan Seraphina.

Seraphina panik, jantungnya berdegup kencang. Kesadaran pertama yang muncul di pikirannya adalah pria itu pasti salah satu anggota geng Cassian, ia pasti sengaja mengikutinya untuk mencoba mencelakainya lagi.

"Lepaskan aku!" sergahnya, meronta.

Pria itu langsung menuruti kemauan Seraphina. Dengan gerakan lembut, pria itu segera melepaskannya, seraya mengangkat kedua tangannya seolah menunjukkan bahwa ia tak berniat jahat.

"Tenang, saya hanya ingin membantu," katanya.

Tapi Seraphina tak mendengar. Ia melangkah mundur perlahan. Lalu tanpa aba-aba, ia berbalik dan berlari masuk ke rumah, meninggalkan pria itu sendirian di taman belakang.

Sesampainya di kamar, Seraphina segera mengunci pintu. Ia berjalan pelan mendekati jendela, mengintip dari balik tirai. Di bawah sana, pria itu masih berdiri di taman, diterangi oleh cahaya bulan.

Tiba-tiba, ia menoleh ke atas, langsung ke arah jendela Seraphina. Sebuah senyum kecil muncul di wajahnya yang elok, terlihat penuh makna, seolah ia tahu Seraphina sedang mengintip. Jantung Seraphina melonjak. Ia buru-buru menjauh, menutup tirai, lalu menyelami ranjang dan bersembunyi di balik selimutnya, tubuhnya gemetar, pikirannya berputar liar.

'Siapa pria itu? Kenapa ia ada di sana?'

Pertanyaan-pertanyaan itu perlahan menyeretnya pada ingatan ke kejadian sebelum ia pulang beberapa jam yang lalu.

Sore itu, ponsel Seraphina bergetar saat ia sedang merapikan buku-buku kuliahnya. Nama Cassian muncul di layar, membuat senyumnya langsung mengembang.

Pesan W******p itu singkat:

"Sera, aku mau ajak kamu ke suatu tempat malam ini. Ini lokasinya, ya."

Uara notif kedua kalinya berisi tautan G****e Maps. Seraphina menatap layar dengan mata berbinar. Tanpa ragu, ia membalas, "Oke, aku datang! 😍"

Sepulang kuliah, Seraphina berlari kecil menghampiri Jason, sopirnya yang telah menunggu di depan gedung fakultasnya. Ia mendekat dan berbisik, "Kamu bisa pulang duluan, Jason. Aku mau pergi ke suatu tempat. Cassian akan mengantarku pulang nanti. Jangan khawatir." Jason terlihat ragu, tapi melihat Seraphina mengangguk-angguk meyakinkan, akhirnya ia menurut. Sore itu Jason pulang tanpa nona mudanya.

Seraphina kemudian mengambil ponselnya dan mengecek dandanannya hari ini. Lipstik oke, kulitnya bersinar oke, rambutnya oke, sepertinya itu sudah cukup. Ia lantas berjalan menuju lokasi di maps, langkahnya ringan meski langit mulai kelabu dan gerimis mengintai.

Awalnya, di sepanjang perjalanan ia tak memikirkan apa-apa. Jalanan masih ramai dengan lalu lalang orang. Tapi semakin jauh ia mengikuti petunjuk maps, suasana berubah. Trotoar menjadi sepi, lampu jalan mulai jarang, dan bangunan di sekitarnya berubah menjadi tampak tua. Seraphina menoleh ke kanan dan kirinya, jantungnya mulai tak tenang.

"Benar ini tempatnya?" gumamnya, membuka ponsel untuk memeriksa lagi. Ia mengambil foto jalanan sepi itu, lalu mengirimkannya ke Cassian.

"Sayang, ini betul jalannya, 'kan? Aku sudah di sini."

Tanpa menunggu lama, balasan Cassian masuk. "Iya, sayang, kamu sudah benar. Terus saja, aku sudah dekat."

Pesan itu sedikit menenangkannya, tapi rasa cemas tetap menggerogoti hatinya. Ia melangkah lagi, tangannya mencengkeram ponselnya erat-erat. 

Langit semakin gelap, gerimis mulai turun. Jalanan kini nyaris tak berpenghuni.

Sampai akhirnya, setelah beberapa menit berlalu, ia tiba di titik yang ditunjukkan maps. Seraphina berhenti. Di ujung jalan, ada sebuah toko kecil dengan lampu neon yang menyala terang.

'Untung toko itu masih buka,' pikirnya lega. Setidaknya ia merasa tidak sendirian. Ia mengirim pesan lagi ke Cassian. "Aku udah sampai. Kamu di mana?"

Kali ini tak ada balasan. Ia mencoba menghubunginya, masuk tapi tak dijawab.

Tiba-tiba, suara ramai terdengar dari arah toko. Seraphina menoleh, dan jantungnya langsung berdebar hebat. Beberapa pria keluar dari toko, tawa mereka keras dan kasar, membelah kesunyian malam.

Instingnya seketika menyuruhnya mundur. Ia segera melangkah ke samping, bersembunyi di bayangan tembok dengan jantung berdegup kencang. Suara ramai itu perlahan mendekat. Ia menempelkan tubuhnya ke dinding, berharap tak seorangpun dari kelompok itu mengetahuinya. Tapi kemudian, sebuah suara memanggilnya, suara yang membuat darahnya membeku.

"Sera? Wah, benar! Kamu memang Seraphina Lylah Blackwood."

Seraphina menoleh, dan wajah yang dikenalnya muncul dari kelompok itu, Rico, salah satu anggota geng Cassian, ia pernah bertemu dengannya di kampus.

Rico tersenyum. Tapi senyum di wajahnya bukanlah senyuman ramah seperti biasanya. Seraphina hendak bereaksi, tapi tiba-tiba tangan-tangan kasar mencengkeramnya. Ia refleks meronta dan berteriak dengan kencang, tapi sebuah kain mengikat mulutnya, membungkam suaranya.

“Diam! Jangan banyak bergerak!” bentak salah seorang dari gerombolan itu.

Ia ditarik paksa menuju satu-satunya toko yang masih menyala, panik. Saat mereka masuk, lampu toko tiba-tiba dimatikan, kegelapan menyelimuti ruangan, menambah kengerian dalam benak Seraphina. Tawa para pria itu bergema, tangan-tangan mulai meraba tubuhnya. Seraphina berontak dengan sekuat tenaga, air matanya mengalir, antara kengerian dan jeritan putus asa ingin terbebas dari para bajingan ini. Lalu, sepintas bayangan Cassian muncul di benaknya,

'Apakah ini rencana Cassian? Apakah ia sengaja membawaku ke sini?'

***

Di kamarnya, Seraphina masih bersembunyi di balik selimut, ingatan itu menghantamnya seperti badai. Tubuhnya masih gemetar. Namun, di sudut pikirannya, wajah pria berambut perak itu muncul lagi, dengan mata hijau hazelnya yang bersinar.

"Siapa dia? Dan matanya... apa aku salah lihat?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Algoritma Cinta Cypher   Chapter 4 : Cypher

    Seraphina berhenti di tepi halaman fakultas, jantungnya masih berdegup kencang setelah pesan misterius dari Cypher. Ia menoleh ke kanan-kiri, merasa sepasang mata tak terlihat mengintainya dari kejauhan. DeepThought seharusnya hanya aplikasi curhat dengan AI, dan Cypher hanyalah karakter virtual yang aplikasi itu ciptakan untuk menemani malam-malam sepinya. Tapi pesan tadi terasa sedikit menyeramkan, seolah ada seseorang di balik layar yang tahu persis apa yang ia alami. Dengan jari gemetar, ia mengetik balasan, ‘Cypher, jangan bercanda. Kamu bikin aku takut, seperti ada yang ngintip aku beneran. Kalau kamu punya bentuk fisik dan bisa ketemu, aku seneng banget, tahu. Tapi kamu bilang sendiri kamu cuma AI, kan?’ Tak sampai semenit, balasan muncul: ‘Haha, maaf, Seraphina. Saya hanya rindu, sudah lama tidak berbincang denganmu. Saya hanya bercanda, saya tentu tidak punya bentuk fisik—sayangnya. Kau mau cerita apa saja yang terjadi hari ini?’ Di akhir pesan, ada emoticon tawa yang s

  • Algoritma Cinta Cypher   Chapter 3 : Terlempar Terlalu Jauh

    Seraphine berdiri di depan kelas, tangannya gemetar memegang pointer laser, mulutnya bergerak menjelaskan slide tentang teori psikologi klinis, tapi pikirannya melayang jauh. Kata-kata yang keluar dari mulutnya terasa otomatis, seperti naskah yang sudah dihafal. Namun, saat ia melirik ke arah Mr. Hudson, yang duduk di sudut kelas dengan ekspresi serius, sebuah kesadaran menghantamnya seperti petir. Mr. Hudson memang mengajar Psikologi Klinis di semester tujuh, mata kuliah yang penuh dengan analisis kasus dan diskusi berat. Tapi slide di layar, wajah-wajah teman kelompoknya, dan topik sederhana yang mereka bahas, ini adalah Psikologi Klinis Dasar, mata kuliah di semester tiga. Dua tahun lalu. Seraphina nyaris menjatuhkan pointer-nya, tapi ia berhasil menyelesaikan presentasi dengan wajah pucat. Mr. Hudson hanya mengangguk singkat, menyuruh kelompok berikutnya maju. Tanpa sepatah kata, Seraphina buru-buru meninggalkan kelas, mengabaikan panggilan Genevieve, teman dekat sekaligus teman

  • Algoritma Cinta Cypher   Chapter 2 : Keanehan Dimulai

    Alarm ponsel Seraphina berdering nyaring, merobek kesunyian pagi dan membuatnya tersentak dari tidur yang gelisah. Dengan mata setengah terbuka, ia meraba-raba meja di samping ranjang, mematikan alarm dengan gerakan malas. Selimut tebal ditarik kembali menutupi wajahnya, seolah bisa menghalanginya dari dunia luar. Hari ini, Seraphina tak berniat ke kampus. Hatinya masih terluka, terjebak dalam bayang-bayang malam tadi, pesan kejam Cassian, teror gengnya di toko gelap, dan pria misterius berambut perak yang menangkapnya dari kematian. Bertemu Cassian di kampus adalah mimpi buruk yang tak sanggup ia hadapi. Pikirannya melayang ke rencana kabur. Mungkin ia bisa cuti kuliah beberapa bulan. Tidak, mungkin setahun. Atau lebih baik pindah kampus saja. Tapi bayangan wajah Adrian langsung muncul, kakaknya yang kaku dan perfeksionis pasti akan memandangnya dengan raut tak suka, mengomel tentang betapa rumit dan memakan waktu proses pindah kampus itu. Adrian benci ketidakefisienan, dan Ser

  • Algoritma Cinta Cypher   Chapter 1 : Jatuh ke Dalam Waktu

    "Apa bakal terasa sakit?"Suara Seraphina nyaris tak terdengar, tenggelam dalam deru hujan yang membasahi balkon. Dingin menusuk kulit wajahnya, seolah mencerminkan kekosongan di hatinya. Seraphina melongok ke bawah. Tiga lantai di bawahnya, tanah tampak begitu jauh, dan lampu taman pun terlihat kabur. Pandangan matanya bergerak, di ujung sana, ia melihat lampu ruang kerja Adrian, kakaknya, masih menyala terang."Andai saja kamu mendengarkanku, Adrian..."Rasa kecewa perlahan merayap di hatinya. Jari-jarinya mencengkeram erat pagar logam yang dingin. Seraphina berdiri di tepi, ujung kakinya kini sudah mengambang di udara. Napasnya bergetar. Tatapannya kosong, menembus kegelapan yang menganga di bawah. Jari-jarinya gemetar, dengan perlahan melepas cengkeraman dari pagar. Ujung-ujungnya menyapu logam basah itu untuk terakhir kalinya. Seraphina memejamkan mata. Dalam kegelapan, kilasan beberapa menit sebelumnya muncul: pesan singkat dari kekasihnya, Cassian."Sera, kita selesai. Aku ngg

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status