Buntis ako at Ikaw Ang ama Sean Davis" Dahil sa problemang dumating sa pamilya niya,wala siyang ibang alam na Solusyon kung hindi ang akitin at pakasalan Ang pinaka mayamang tao sa Pilipinas na si Sean Davis, nagsinungaling siya ditong buntis siya kahit hindi naman ito totoo.Paano kung Ang sekretong matagal na niyang nililihim ay mabubunyag
Lihat lebih banyak“Tolong! Tolong! Apa ada orang di luar sana? Tolong buka pintunya!” Pekik Adrian seraya mengetuk dengan kuat pintu besi.
Tidak ada siapa pun yang menjawab dan membukakan pintu. Adrian terjebak bersama dengan seorang cleaning service di dalam ruangan bersuhu kurang dari 20 derajat Celcius. “Cepat cari bantuan. Telepon siapa pun atau terserah. Kita bisa mati di ruangan dingin ini.” Raisa gelagapan merogoh benda pipih yang ada di saku celananya. Dia mengetuk beberapa kali layar ponsel. Namun, panggilan telepon baru saja hendak terhubung tiba-tiba ponselnya mati begitu saja. “Baterainya habis, Pak,” ucap Raisa panik. Laki-laki berusia dua puluh tujuh tahun itu tersandar di pintu dan mengusap kedua wajahnya dengan kasar setelah menyadari ponselnya juga tertinggal di meja kerjanya. Adrian kembali berteriak sekuat tenaga meminta pertolongan, namun tidak ada siapa pun yang datang untuk menyelamatkan seorang CEO dari Carghost Intercoparated ternama di kota Jambi itu. Laki-laki blasteran India-Indonesia itu tadinya hendak memastikan gudang penyimpanan daging sapi beroperasi dengan baik karena baru digunakan tiga hari yang lalu. Namun, pintu besar berisolasi itu terkunci begitu saja. “Di sini dingin sekali, Pak.” Wajah Raisa tampak pucat. Sudah 30 menit mereka berada di ruangan pendingin daging. Hari itu Raisa mendapatkan jadwal untuk membersihkan gudang penyimpanan daging yang akan diekspor ke mancanegara. Setelah bertahun-tahun bekerja, ini pertama kalinya dia ditimpa kejadian naas. Terjebak bersama CEO perusahaan yang amat dihormati di tempat bekerjanya. Adrian mondar-mandir memikirkan bagaimana caranya agar bisa bertahan sampai ada yang membantu mereka. Tiba-tiba ada sebuah lampu terang menyala di kepalanya. Dia menyusuri setiap sudut cold room untuk mencari tahu di mana tempat pengaturan suhu.Tak berselang lama laki-laki beralis tebal itu menemukan beberapa titik tempat pengaturan suhu. Namun, letaknya sangat tinggi. ”Hei! Raisa kemari! Bantu saya untuk bisa naik dan mematikan suhu ruangan,” suara tegas dan berwibawa itu membuat Raisa menoleh. Raisa mengambil sapu yang berada tak jauh darinya. Dia berlari dengan tergopoh-gopoh menuju sumber suara, “pakai ini, Pak,” sahutnya. Ardian dengan cepat menyambar sapu itu dan menjulurkannya ke arah pengaturan suhu. Sepuluh menit berlalu usahanya belum juga berhasil. Sementara suhu ruangan semakin dingin. “Saya butuh kursi atau apa pun yang bisa dinaiki,” pinta Ardian. Mata Raisa menjalar ke seluruh ruangan mencari tangga yang biasa digunakan di ruangan cold room. “Ketemu!” Dengan susah payah Raisa berlari mengambil tangga dan memberikan kepada Ardian. Akan tetapi, ketika menaiki tangga yang berembun itu membuat Adrian terpeleset dan terjatuh menindih tubuh Raisa. Wanita bertubuh agak berisi itu meringis kesakitan dan tak sengaja kedua bibir mereka bertemu barang lima detik. Jarum jam seolah berhenti sebentar. Mata mereka saling tatap seperti ada aliran listrik yang mengalir. Baru kali ini Raisa melihat pemilik perusahaan Chargost yang terkenal dingin tanpa jarak sejengkal pun. Gudang penyimpanan makanan beku itu berubah menjadi hangat sejenak karena tubuh mereka menjadi pelindung satu sama lain. ”M-maaf, Pak,” seru Raisa seraya mendorong dada bidang Ardian. Adrian segera berdiri dan merapikan kembali pakaiannya. Rasa malu seolah menjalar sampai ke ubun-ubun. Namun, Adrian masih tetap berusaha menjaga wibawanya di depan Raisa dalam kondisi bagaimana pun. Naas ciuman pertamanya harus tercipta dalam kondisi yang tak mengenakkan. Adrian Bharmantya CEO yang tampan dan muda itu membuat semua pegawai wanita di kantornya berlomba-lomba untuk meluluhkan hatinya. Dan hari ini Raisa mendapatkan seluruh perhatian itu tanpa harus berusaha susah payah. Bahkan berciuman sesuatu yang tak pernah terbayangkan di benaknya. Sesaat kemudian mereka berdua kembali bergeming. Tak ada sepatah kata pun yang keluar selain suara mesin refrigerasi khusus pendingin yang menderu. Saat ini suhu hampir mencapai puncak beku. Bibir Raisa yang merah alami mulai memudar karena menahan dingin. Begitu juga dengan Adrian. Dia bersedekap sekuat mungkin memeluk dirinya sendiri. “Pak, kita bisa menyumbat mesin refrigerasi itu dengan sesuatu,” lirih Raisa seraya menunjuk mesin kotak besar bersusun di atas kepala mereka. Adrian terpaku sejenak. Ya. Kipas pada kondensor refregarasi mesin mungkin bisa dihentikan dengan menyumbat menggunakan potongan daging sapi. Mereka berdua berusaha sekuat tenaga melempari baling-baling logam yang berputar itu dengan potongan daging sapi yang terbungkus. Beruntung putaran kipas dengan kecepatan tinggi itu bisa dihentikan. Kini, Ardian dan Raisa harus bekerja lebih keras lagi untuk menghentikan sembilan mesin refrigan yang masih menyala. Suhu ruangan mulai menurun dan keadaan mulai membaik. Seorang atasan dan bawahan yang terjebak itu ber-puh lega. Mereka bersyukur tak sampai mati karena membeku di gudang penyimpanan bahan pangan protein. *Sesaat sebelumnya* Mentari baru saja bangun dari tempat peraduannya. Cahayanya mulai menyentuh lekuk daun-daun dan biasnya menembus ke jendela. Sama seperti hari-hari sebelumnya, Ardian selalu on time datang ke kantor dan menata semua pekerjaannya dengan baik. ”Selamat pagi, Pak.” Mira mengetuk pintu sebanyak tiga kali. Kepalanya menyembul dari pintu kaca. ”Masuk,” jawab Adrian. “Ada client yang ingin memesan daging sapi beku sebanyak 1000 ton. Negara tujuan adalah India. Berikut laporannya, Pak. Saya sudah pastikan persediaan stok daging kita cukup dan siap untuk dikirim,” ucap Mira dengan yakin seraya memberikan sebuah map merah. India? Sebenarnya ini bukan pertama kalinya Ardian memenuhi permintaan barang ke negara ekspor pemasok daging terbesar kedua di dunia itu. Namun, setiap kali tempat kelahiran ibunya itu disebut Ardian langsung bersemangat. Dia membuka map dan membacanya dengan pelan dan tenang. “Bagus. Kirimkan invoice-nya ke pembeli dan segera proses pengirimannya jika sudah dibayar. Tapi, sebelumnya saya akan cek secara langsung di gudang penyimpanan kualitas dan kuantitasnya apakah sudah sesuai,” ucap Adrian dengan pandangan mata tetap lurus ke depan. ”Saya temani ya, Pak?” tawar Mira dengan nada manja yang dibuatnya. ”Tidak usah,” jawab Adrian tegas dan segera beranjak keluar menyisakan Mira di dalam ruangannya sendiri. Wanita dengan gincu merah menyala itu mengepalkan tangan dan memukul meja dengan kasar. Usahanya gagal untuk bisa mendekati CEO tampan dan kaya raya itu. Mira terdiam sejenak dengan tangan menopang dagu. Seketika matanya tertuju dengan pipih yang ada di hadapannya. Adrian meninggalkan ponselnya. Mira tersenyum menyeringai. ”Dia menuju cold room dan ponselnya tidak dibawa. Jalankan tugasmu sekarang,” ucap Mira dengan wajah penuh kemenangan di ujung telepon. “Aku akan main cantik Adrian Bramanthya,” ucapnya lagi setelah telepon terputus. Adrian berjalan dengan gagah menuju gudang dengan kedua tangan masuk ke saku celana. Namun, saat melewati lorong kantor dia merasa sedang diikuti. Laki-laki berjas hitam itu menoleh ke samping jalan akses utama yang sudah sepi. Seperti ada bayangan yang hilang dalam sekejap. “Siapa?” Suara Adrian menggema di seluruh lorong jalan. Namun, bayangan itu melesat begitu saja setelah ditelusuri. Setelah dirasa tidak ada siapa pun Ardian kembali menuju cold room. Sementara itu, seorang cleaning service wanita sudah berada di cold room untuk menyelesaikan pekerjaannya hari ini. Raisa mendengar langkah kaki seseorang mendekat. Betapa terkejutnya dia saat tahu bahwa Adrian pemilik perusahaan tempatnya bekerja juga ada di dalamnya. “Silakan lanjutkan pekerjaan kamu. Saya mau cek kesediaan barang secara langsung,” titah Adrian melewati Raisa tanpa menolehnya. Sekian lama bekerja ini pertama kalinya Raisa mendengar suara CEO yang terkenal idealis itu. Hanya berdua saja di dalamnya membuat hati Raisa seperti ada yang bertiup. Namun, Raisa juga sempat membayangkan jika terjadi sesuatu hal apa yang harus dia lakukan? “Buka pintunya! Buka!” Teriak seseorang yang suaranya baru saja dia kenali. Raisa berjingkat dan berlari ke sumber suara. ”Ada apa, Pak?” Tanya Raisa panik. ”Pintunya terkunci.” Adrian berusaha menenangkan diri. “Cepat cari bantuan. Telepon siapa pun atau terserah. Kita bisa mati di ruangan dingin ini,” lanjut Adrian dengan nada tajam. Raisa gelagapan merogoh benda pipih yang ada di saku celananya dan mengetuk beberapa kali layar ponsel. Namun, panggilan telepon baru saja hendak terhubung tiba-tiba ponselnya mati begitu saja. “Baterainya habis, Pak,” ucap Raisa. Laki-laki berusia dua puluh tujuh tahun itu tersandar di pintu dan mengusap kedua wajahnya dengan kasar setelah menyadari bahwa ponselnya juga tertinggal di meja kerjanya. Adrian bergeming sejenak. Tiba-tiba berkelebat di kepalanya tentang firasatnya yang diikuti orang sebelum sampai di cold room. Apakah ini murni kecelakaan atau ada pihak tertentu yang sengaja melakukannya?Lily Sobrang lamig sa London,hindi ko akalain na ganito pala talaga kalamig dito Nakapunta na ako sa ibang bansa tulad ng Thailand pero ibang iba ang klima dito da London,parang Sampung Aircon ang nakatutok saakin Nginig na nginig ang katawan ko paglabas sa eroplano.Mabuti nalang at ibinigay saakin ni Sean ang kaniyang jacket kaya nabawasan ang lamig na aking nadarama kahit na dalawang layer na Ang suot kong makakapal na panloob kanina Madaling araw na din ng makarating kami at antok na antok pa ako,hindi ko na alam kung nasaan ba ang Lugar na pinupuntahan namin bastat nakasunod lamang ako kay Sean,hawak hawak niya ang kamay ko habang naglalakad papunta sa kung saan Papkit pikit ang aking mata habang naglalakad kami,hanggang sa naramdaman ko ang pagtigil ni Sean sa paglalakad kaya tumigil din akoHalos hindi ko na maimulat ang mata ko para sana tignan kung ano ang nangyari at bakit siya tumigilPero ng maramdaman ko ang biglaang pag angat ng katawan ko sa ere ay kaagad na nagmula
Lily Nasa labas lamang ang aking tingin habang pinagmamasdan ang paglubog ng araw,tahimik at napakaganda sanang pagmasdan ang senaryo sa harapan ko pero hindi nagpapatalo ang problema na pumasok sa isipan ko Hindi ko pa natatawagan si Liennete upang pakiusapan siya na tignan sila mama at papa kahit pa minsan minsan lang sana,prino problema ko pa ang heart donor ni mama at ang pang bayad sa hospital kung saan naroon si papa Malakas akong bumuntong hininga at lumingon sa katabi,naabutan ko si Sean na nakasandal sa upuan at pikit ang mga mata Tumatama ang sinag ng araw Mula sa binatana hanggang sa kaniyang mukha, lumapit ako sa kaniya at pinagmamasdan ng mabuti ang kaniyang mukha.Hindi ko mapigilang makaramdam ng pagka Mangha habang pinagmamasdan siyang matulog Nakapatahimik at napakagandang pagmasdan ang mukha niya kapag siya ay natutulog,para lamang akong nanonood ng Isang anghel na natutulog mula sa langit Ini angat ko ang aking kamay at hinawakan ang kaniyang pisngi, patuloy la
Lily "I'll do it later,tell them I'll take a vacation hindi ko alam kung ilang araw o linggo pero babalik din ako.... I'll go with my wife"Unti unting nagmulat ang aking mata dahil sa ingay na kanina kopa naririnig,gumalaw ako ng kaunti at tumitig sa kung sino sa aking gilid Naabutan ko ang likod ni Sean na nakatalikod saakin,hawak hawak niya ang kaniyang cellphone at nakatapat iyon sa kaniyang Tenga mukhang may kausap Imbes na makinig pa sa kaniya at sa pinag uusapan nila ay pinikit ko na lamang ang aking mata,ramdam ko padin ang pagod sa aking katawan.Umungol ako ng mahina at gumalaw upang humarap sa kabilang side ng sa ganoon ay makatulog ako ng mahimbing Naramdaman ko din ang paggalaw ni Sean "Ready my private plane ngayon din kami aalis para magbakasyon.... My parents don't know so don't tell them--- fuck you I said I'll go with my wife.... Shut up"Hinayaan ko nalang siyang kauspain kung sino man ang kausap niya sa cellphone,unti unti muling bumigat ang talukap ng aking ma
Lily Pansamantala akong sumandal sa pader habang ang mata ay umiikot sa loob ng kwarto ni Sean,hawak hawak ko ang tuwalya niya habang hinihintay siyang matapos maligo sa loob ng Banyo Malinis at walang masyadong espesyal sa kwarto niya,Pagpasok namin dito kanina ay sobrang dilim ng loob dahil hinaharangan ng napakalaking kurtina niya ang ilaw na pumasok sa loob ng kwarto niya Bukod doon ay kakaunti lamang ang gamit dito sa loob ng kwarto niya at ang iba pa sa gamit niya ay kulay puti brown o kaya naman ay itim Humikab ako at inunat ang katawan ng nakaramdam ng pagodAkmang babalik ako sa pagkakasandal sa pader upang hindi mapagod sa kakatayo ng bigla kong narinig ang sigaw niya sa loob ng Banyo "I need soap"Aniya Ngumuso ako at malakas na bumuntong hininga,Binuksan ko ang pintuan ng Banyo niya at kumuha ng bagong sabon sa maliit na cabinet.Binalingan ko ang Banda niya at naabutan siyang nakababad sa bathub na punong puno ng Bula,nakatalikod siya saakin kayat tanging likod niya
Lily Nagising ako dahil sa mahinang ingay, pagmulat ko ay bumungad kaagad saakin si Sean na nanginginig ang katawan Umayos ako ng upo kahit na antok na antok pa ako,Nanlaki ang mata ko ng Makita ang sobra sobrang panginginginig ng kaniyang katawan "Sean" mahina ang boses ko habang tinatawag ang kaniyang pangalan"C-cold"rinig kong bulong niya habang hindi padin matigil ang katawan niya sa panginginginig Tumingin ako sa paligid ngunit wala akong makitang ibang puwedeng pang kumot sa kaniya, nahihirapan akong tumayo sa pagkaka upo Tumalikod ako at akmang aalis upang sana ikuha siya ng kumot sa itaas para ng sa Ganon ay hindi na siya lamigin ngumuso napatigil ako sa paglalakad dahil sa pagpigil ng Isang kamay sa aking braso upang matigil ako sa pag alis Hinarap ko siya at ang kamay niyang pumigil saakin sa pag alis, nanatiling sarado at pikit ang kaniyang mata "S-stay"nahihirapan at nanghihina niyang bulong,hinila niya ang aking kamay at halos mapasigaw ako ng malakas ng dahil sa
Sean I stared at the man Infront of me emotionless"Pinatawag kita rito Sean dahil Ikaw na lamang ang Hindi pa nakakaalam...."I heard my father sighedNanatili padin ang titig ko sa lalaki sa aking harap,I can't stop staring at him.Kahawig na kahawig niya si daddy "Sean meet Miguel..."he said and look at the man Infront of me"... Your step brother"Aniya at doon na ako napatigil Inalis ko ang tingin sa lalaki at bumaling kay papa,pilit akong ngumisi at tumingin sa kaniya"Nice joke"aniko at kaagad na nawala ang ngisi sa labi,tumayo ako sa upuan at tumalikod Handa ng umalis I don't have a time with this kind of fucking jokes!"I am not joking,Miguel is your step brother"malakas na sigaw ni papa kaya tumigil ako sa paglalakad,nanatili akong nakatalikod sa kanila "Lasing ako noon dahil nag away kami ng mama mo,I slept with Miguel's mom but it's not my intention to cheat with your mother-- nadala ako sa alak kaya nagawa ko ang bagay na hindi ko ginustong gawin noon"he said with full
Maligayang pagdating sa aming mundo ng katha - Goodnovel. Kung gusto mo ang nobelang ito o ikaw ay isang idealista,nais tuklasin ang isang perpektong mundo, at gusto mo ring maging isang manunulat ng nobela online upang kumita, maaari kang sumali sa aming pamilya upang magbasa o lumikha ng iba't ibang uri ng mga libro, tulad ng romance novel, epic reading, werewolf novel, fantasy novel, history novel at iba pa. Kung ikaw ay isang mambabasa, ang mga magandang nobela ay maaaring mapili dito. Kung ikaw ay isang may-akda, maaari kang makakuha ng higit na inspirasyon mula sa iba para makalikha ng mas makikinang na mga gawa, at higit pa, ang iyong mga gawa sa aming platform ay mas maraming pansin at makakakuha ng higit na paghanga mula sa mga mambabasa.
Komen