Share

5. Operator Radio

["Sudah sarapan, Ra?"]

Sebuah pesan masuk ketika Adara selesai sarapan.

["Sudah."] send

["Maaf ya, Ra."] reply.

["Kamu nggak capek apa minta maaf mulu, udah aku maafin keles dari kemarin-kemarin."]send.

["Makasih."] reply.

"Apa-apaan sih Cecunguk itu, kurang kerjaan akut kayaknya,"  gerutu kecil Adara.

Segerombolan mekanik tiba-tiba masuk ke dalam ruangan. Beberapa menghampiri meja Aqilla dan sebagian menghampiri meja Adara.

"Aduh, ada bidadari baru nih. Nggak tanggung-tanggung dua lagi, enak nih bisa cuci mata," ucap seorang mekanik.

"Namanya siapa, Neng?" ucapnya lagi.

Adara menjawabnya dengan menunjukkan name tag yang ada di saku bajunya.

"Oh ... Adara ... kenalin, Randy," ucapnya.

Satu per satu mekanik itu memperkenalkan diri dan menyapa mereka, hanya satu orang yang tidak menyapa mereka. Dia sibuk berbincang dengan Mbak Orien, dari gelagat yang terlihat sepertinya mereka mempunyai hubungan yang spesial.

Ada si lucu Nofri dan Randy, si pendiam dan cool Satria, si ramah vino, si ganteng Wisnu, si supel Hada, si jiwa kebapakan Deli karena memang ia sudah berkeluarga, dan terakhir Tegar yang ternyata kekasih dari Mbak Orien.

"Adara, minta pin BB donk. Siapa tahu lain kali mau nongkrong bareng kami," ucap Randy.

"Boleh," ucap Adara seraya menekan keyword angka di Hpnya untuk menuliskan nomor kontak.

"Makasih ya," ucap Randy.

"Loh, pin BB-nya mana? Kok malah nomor HP," bingung Randy.

"Aku nggak punya BB." Adara menggoyangkan HP blacksenter kebanggaannya di hadapan wajah Randy.

"Awas ... minggir-minggir ... rambut panjang punya aku jangan diganggu."

Tiba-tiba Cecunguk itu muncul, mendorong Randy dan menggantikan posisinya.

"Oh ... punya Abang Hanz toh ... maaf, Bang." ucap Randy.

"Idih ... sory-sory ya!" cetus Adara jengkel.

"Nggak usah sewot, Ndut. Tambah Ndut nanti," ucap Hanz.

Adara memonyongkan bibirnya yang tidak seksi itu pada Hanz, Hanz pun beranjak dan pergi meninggalkan ruangan. Sungguh makhluk yang aneh.

"Hadoh ... ada apa ini rame-rame, bukannya kerjain unit malah godain anak Bapak disini."

Giliran Pak Mondy yang masuk tiba-tiba ke dalam ruangan, entahlah mengapa hari ini semuanya begitu kompak masuk secara tiba-tiba tanpa mengetuk pintu.

"He ... he ... he ... ini Pak ngantar MAR (Mechanic Activity Report) ke Adara sekalian ngambil form cuti sama Mbak Orien," ucap Randy.

"Kalian pikir Bapak langsung tua begini nggak pernah muda kayak kalian oh ... jangan coba-coba, Nak. Yang kamu ucapin sekarang juga pernah Bapak ucapin dulu."

Serempak mereka tertawa mendengarnya, begitulah pak Mondy walaupun beliau adalah bos mereka tapi sikapnya sangat ramah dan suka bercanda dengan anak buahnya. Adara yang baru sebulan bekerja di perusahaan itu sangat nyaman dan tidak tertekan dalam bekerja dibuatnya.

"Sana ... sana ... keluar!"  ucapnya sambil berpura-pura menendang bokong Randy dan gerombolan mekanik itu segera keluar meninggalkan ruangan.

"Ra, hari ini Ferdy tukaran shift sama mas Lion. Jadi hari ini kamu bantuin Andi ya handle radio, oke Ra ... oke Ndi," ucap Pak Mondy.

"Siap Pak," jawab Adara, sementara Andi hanya menunjukkan jempol tanda setuju karena mulutnya sibuk bercuap-cuap di radio.

Pak Mondy kembali ke ruangannya yang berada di sebelah. Andi menggerakkan tangannya memberikan kode supaya Adara duduk di sampingnya.

"Udah tahu cara ngoperasiin radio?" tanya Andi.

Adara menggelengkan kepalanya.

"Ini speaker, ini tombol Chanel antar departemen, ini volume, dan ini mikrofonnya." Andi menunjuk dan menjelaskan setiap bagian yang ada pada radio.

"Kalau kamu lagi ngomong tombol ini dipencet dan ditahan, kalau udah selesai ngomong tombolnya dilepas. Kalau ada yang manggil kita, kita jawab masuk kalau udah selesai ngomong kita ucap copy pak di akhir kalimat," lanjut Andy lagi dan Adara hanya mengangguk mendengar ucapannya.

"Oke, biar enak kamu perhatiin aja deh tiap gerak gerik aku ntar, ya," ucap Andi lagi.

"Siap," teriak Adara senang.

["Office plant, masuk."]

Panggilan masuk dari radio.

"Masuk, Pak. Apa info jer ...." sahut Andi.

["HT 73 break down, jer ....transmisi error, mungkin kurang kasih sayang ini unit makanya ngambek. Oke jerrrr copy ...."]

"Copy, Pak. Oke bala bantuan segera meluncur jerr posisi jer...."

["Posisi pit timur 786 cpoy jer."]

"Copy .... pak Yanto masuk, pak Yanto ...."

["Masuk jerr, copy jerrr segera meluncur jerr."]

"Nah, gimana Ra? Paham kan?" tanya Andi.

"Sedikit," cengir Adara.

"Nggak papa wajar, pelan-pelan aja ntar juga bisa kok," ucap Andi.

["Office plant masuk."]

"Masuk, apa info."

["HT 84 ready jer, siap diluncurkan copy."]

"Copy jer."

Andi memindahkan Chanel radio dan memanggil seseorang.

"Pak Guntur, masuk."

["Masuk ... masuk."]

"HT 84 ready, siap di eksekusi copy jer."

["Copy jer, siap dijemput."]

Andi menyerahkan radio yang Adara sambut dengan keringat dingin.

"Ayo Ra, giliran kamu."

["Office Plant masuk."]

"Masuk apa info, Pak."

Seketika suara di radio menjadi ricuh seperti suara pendemo menyampaikan aspirasinya.

["Wih ... salah masuk Chanel, ganti."]

["Wah ... suara mas Andi berubah jadi mbak Andien gante ...."]

["Ada suara yang segar, uhui...."]

["Asek ...."]

["Office Plant, masuk Office plant ...."]

"Masuk pak, apa info?'' sahut Adara di tengah kericuhan.

["Pit 3T berkabut parah jer, mohon segera di eksekusi. Copy mbak jer?'']

Adara bingung harus menjawab apa, namun Andi menuliskan sesuatu di atas sebuah kertas dan Adara tinggal membaca sesuai tulisan Andi.

"Copy, Pak."

"WT 06 masuk."

["Masuk mbak rambut panjang, masuk. Apa info mbak cantik"]

Adara seperti tak asing mendengar suaranya, namun Adara terus membaca tulisan dari Andi.

"Langsung eksekusi pit 3T, copy."

["Copy sayang ... copy. Copy nggak pakai susu karena udah manis seperti yang nyahut"]

Benar, ternyata itu suara si Cecunguk itu. Keriuhan pun kembali terjadi.

["Office Plant masuk."]

"Masuk apa info, pak?'' sahut Adara.

["Nomor HP, copy."]

["Alamat rumah, copy."]

["Ukuran baju, copy."]

["Nama ... nama copy."]

["Punya saya, gante."]

["BUBAR. GANTE.'']

Teriakan dari pak Mondy meredakan keriuhan yang ada. Adara kembali menyerahkan radio kepada Andi, selanjutnya Adara menghandle radio saat Andi keluar ruangan. Sebuah pesan kembali masuk ke dalam perpesanan ponsel Adara.

["Ra, aku boleh main ke rumah?'']

Baru saja Adara hendak membalas, panggilan masuk dari pak Budi berdering.

["Halo, Adara. Pulang kerja nanti mampir ke kantor Bapak dulu, ya."]

"Siap, Pak," jawab Adara.

Padatnya pekerjaan yang Adara lakukan hari ini membuat ia lupa pada pesan yang masuk dari Cecunguk itu.

Sore hari ketika pulang dari tambang Adara langsung mampir ke kantor pak Budi yang berada di belakang pos security. Adara mengetuk pintu sebelum membukanya.

"Permisi Pak," ucap Adara.

"Oh masuk, Adara. Silahkan duduk," jawab pak Budi.

"Bentar lagi kan gajian, sementara kamu belum punya rekening. Hayo, kamu mau gajian apa nggak?'' ucapnya lagi.

"Mau dong, Pak," jawab Adara antusias.

"Ya sudah, besok kamu nggak usah masuk kerja. Kamu ke bank buat rekening ya," ucap pak Budi.

"Emang boleh, Pak," tanya Adara.

"Ya boleh lah, kamu juga udah satu bulan nggak ada ambil off. Sekalian aja off besok," jawab pak Budi.

"Baik, Pak. Saya permisi dulu, ya," pamit Adara. Adara bergegas menuju kantin setelah keluar dari kantor pak Budi.

"Mbak, kotak makanan saya tadi pagi dimana, ya?" tanya Adara pada seorang waiters.

"Oh ... yang jatuh tadi pagi? Dibawa sama cowok itu," jawabnya.

"Cowok? Yang mana?'' heran Adara.

"Itu yang tabrakan sama Mbak tadi pagi," jawabnya lagi.

Adara terdiam mendengar jawabannya, setelah mengambil jatah makan malam ia segera kembali pulang ke kosan. Selesai mandi ia bersiap membuka kotak makan namun pintu kosannya di ketuk oleh seseorang.


Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status