Share

Ammara (antara dendam dan air mata)
Ammara (antara dendam dan air mata)
Penulis: mamaDF

Amarah (Ammara)

Namanya adalah Ammara Nandini Kusdiantoro, Orang-orang biasa memanggilnya Ammara, dia adalah seorang atlet silat pemegang medali emas Asian Games tahun 2020, dan saat ini dia sudah menikah dengan seorang manajer bank bernama Ahmad Affandi, yang sangat mencintainya, walaupun sudah menikah selama lima tahun, mereka belum dikaruniai anak, tetapi cinta di hati Fandi tidak pernah berubah terhadap Ammara.

Tepat hari ini adalah hari ulang tahun pernikahan mereka yang ke lima, Ammara yang sudah menyiapkan kejutan untuk suaminya, dengan memboking sebuah meja di restoran sebuah mall di bilangan kuningan mencoba menelpon suaminya. Menyuruh supaya datang ke restoran di dekat tempat kerjanya.

Ammara memang memilih restoran yang dekat dengan tempat kerja suaminya, supaya suaminya tidak terlalu jauh menghampiri nya ketika nanti dia menyuruhnya untuk datang ke restoran tersebut.

Ammara yang sedang menelpon suaminya, hanya mendengar nada sambung dari panggilan telpon suaminya. Dan tidak ada jawaban sama sekali bahkan Ammara sudah mencoba menelponnya sampai berpuluh-puluh kali. Tapi tetap tidak ada jawaban, Ammara yang khawatir segera pergi menuju kantor sang suami dengan berjalan kaki, tak sampai sepuluh menit akhirnya Ammara sampai di tempat yang dituju, karena sudah biasa ke tempat itu Ammara sudah kenal dengan beberapa karyawan disitu, terutama security nya.

“Eh ada bu Ammara? Ada apa ya buk datang ke sini?” sapa si security dengan ramah

“Iya Pak, saya mau ketemu sama suami saya, apakah beliau ada di kantornya?” tanya Ammara deg-degan

“Pak Fandi sudah pulang dari tadi buk, kata beliau dia mau jenguk istri sahabatnya yang baru melahirkan”

Ammara terkejut mendengar jawaban dari security tersebut,

“siapa teman mas Fandi yang istrinya melahirkan? Kenapa aku nggak di kasih tahu? Atau jangan-jangan aku yang lupa? Nggak mungkin, aku lupa” ucap Ammara dalam hati seraya berfikir keras.

Hingga akhirnya Ammara mengingat sesuatu kalau dia pernah memasang aplikasi pelacak di ponsel suaminya, untuk berjaga-jaga beberapa minggu yang lalu, yang sudah di sambungin langsung ke ponselnya.

Dalam keadaan deg-degan dia akhirnya membuka aplikasi tersebut, dan terlihat sudah ke mana saja selama ini suaminya pergi. Memang setelah selesai memasang alat pelacak gprs tersebut di ponsel suaminya, dia tidak pernah membuka aplikasi tersebut, karena sangat mempercayai suaminya.

Di history tempat yang pernah di singgahi suaminya, ada mall ada restoran hingga mata Ammara tertuju pada sebuah nama hotel. Untuk saat ini Ammara masih mencoba berbaik sangka, tapi hati dan logikanya sudah bertentangan. Entah apa yang ada di dalam otaknya sekarang. Sudah dua kali dia check-in di hotel tersebut, dan ternyata hari ini dia juga sedang berada di hotel tersebut.

Karena hati dan logikanya sudah tidak sesuai, akhirnya Ammara memutuskan untuk menghampiri suaminya di hotel tersebut, dan memesan ojek online.

Selang sekitar lima menit, ojol pun akhirnya datang.

“Dengan bu Ammara?” tanya si abang ojol dengan penuh senyuman.

“iya Pak, cepetan dong Pak, ke titik yang udah saya pesan?”

“Baik Buk, ini helmnya silahkan di pakai dulu, kalau tidak dipakai nanti kita ditilang polisi dan malah nggak nyampe ke tempat tujuan” ujarnya sambil bercanda

“Iya Pak, cepetan dong Pak, ini masalah nya gawat pak?” ujar Ammara yang ingin cepat sampai di hotel tersebut.

Sekitar lima belas menit, akhirnya sampailah Ammara di hotel tempat suaminya check-in. Dan dia bahkan sampai lupa membuka helmnya.

“Buk, buk, maaf helmnya di buka dulu” ujar si abang ojol seraya berlari mengejar Ammara

Ammara yang mendengar teriakan abang ojol pun segera membuka helm dan memberikannya.

“Waduh maaf ya pak, saya lupa?” ujar Ammara tersenyum malu, walaupun di otak pikirannya sudah nggak karuan.

Setelah sampai di meja resepsionis Ammara langsung bertanya tanpa berasa basi

“di sini ada yang check-in atas nama Ahmad Affandi?”

“maaf ibu, kalau boleh tahu, ibu siapanya ya?”  ujar sang resepsionis dengan ramah

“saya istrinya” jawab Ammara judes

“baik bu, silah kan tunggu sebentar, akan saya check dulu” ujar sang resepsionist sambil melihat komputernya

Si resepsionis terlihat sedang tertekan, antara dia beritahu atau tidak, karena kalau tidak ini adalah tanggung jawab dan nuraninya sebagai seorang perempuan. Karena dia melihat di daftar tamunya ada nama seorang perempuan juga.

“Baik Bu, suami ibu sekarang berada di kamar nomor 508 yang berada di lantai sepuluh” lalu si resepsionis memanggil si OB dan berbisik, menyuruh mengikuti Ammara, karena takut terjadi baku hantam nantinya.

Si OB yang cekatan langsung memencet tombol lift yang belum terbuka, dan tak berapa lama akhirnya pintu lift pun terbuka, Ammara yang dari tadi terlihat gelisah, masuk ke dalam lift tanpa memencet nomor lantai berapa, dan karena si OB disuruh untuk mengikuti Ammara, akhirnya dialah yang menekan tombol lift lantai sepuluh.

Setelah sampai di lantai sepuluh, Ammara baru sadar setelah pintu terbuka, dan menanyakan kamar 508.

“Maaf mas, kamar 508 ada di sebelah mana ya?” tanya Ammara sambil melihat kanan kiri

“Sini bu, ikut saya biar saya tunjukkan” jawab si OB yang sudah siap melerai jika terjadi baku hantam.

Lalu Ammara mengikuti si OB hingga sampailah dia ke nomor kamar 508. Dengan perasaan deg-degan Ammara mengetuk pintu tanpa bebicara. Sedangkan si OB tetap berada di belakang Ammara tanpa berbicara dan hanya berdiam diri.

Tak berapa lama, akhirnya pintu pun terbuka, dan Ammara mendapati suaminya yang hanya memakai celana pendek, yang biasa dia gunakan di rumah ketika ingin bercinta dengan Ammara.

Ammara yang tadinya hanya menduga-duga, kini tersulut emosinya dan langsung masuk ke dalam kamar hotel tanpa berbicara apa-apa dan Ammara langsung mendapati wanita yang sudah bugil berada di atas ranjang hotel tersebut.

Fandi yang kaget akan kedatangan istrinya tersadar kalau istrinya adalah seorang atlit silat.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status