Share

30. Sabia

“Sabia!” seru Kukuh dan Pak Rully bersamaan ketika aku menampar pipi Sabrina.

Keterlaluan!

Diperlakukan seperti apa pun oleh Mama, aku tak pernah membalasnya. Apalagi sampai meninggikan suara di depan orang tua. Kata pak Ustadz dosa.

“Bukannya gue sudah berpesan untuk jaga Papa karena kesehatannya sedang buruk?” tanyaku pada Sabrina yang memegang pipi yang tadi kutampar.

“Kenapa malah lu bikin Papa masuk rumah sakit?”

“Sabia.” Kukuh mendekatiku. “Nggak semua karena Sabrina.”

Aku menatap lelaki itu tak percaya. Masih saja membela Sabrina.

“Gue yang memulainya,” ucapnya membuatku semakin heran.

“Maksud lu apa, Kuh?”

Kukuh membuang napas berat. “Gue tanyai keberadaan lu ke Sabrina. Kita sempat berdebat sedikit hingga akhirnya Om Surya mendengar percakapan kami.”

Aku mengernyit. “Om Surya marah karena lu pergi dari rumah Mama lu.”

Tanganku
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status