Share

02. Minuman itu?

Selama dua puluh enam tahun hidupnya, Karina tidak pernah merasa se-syok ini sebelumnya. Jantungnya serasa anjlok ke perut.

Bagaimana tidak?!

Dirinya bangun dengan keadaan tidak tertutupi sehelai benang pun bersama seorang pria dengan keadaan yang sama pula kini sedang memeluk pinggangnya posesif?!

Karina berusaha mengatur nafas. Berusaha mengingat-ingat kembali apa yang sebenarnya terjadi. Tapi kepalanya terasa sangat pening untuk mengingat semua kejadian secara rinci.

Acara pertemuan.. makan malam, minum wine.. dan kemudian berakhir di atas ranjang bersama.. bosnya sendiri.

Perempuan itu memekik kaget setelah ingatannya sepenuhnya kembali. Dengan cepat ia menyingkirkan lengan kekar Arshen dari pinggangnya yang masih tertidur pulas dengan posisi tengkurap, menuruni ranjang dengan sudah payah karena badannya terasa sangat remuk.

Pria itu terlihat sudah mengenakan celana, menandakan bahwa dia sudah sadar lebih dulu darinya.

Sialan!

Semalaman Arshen sudah melihat tubuh polosnya yang tidak terbalut apa-apa.

Bisakah Karina berlagak biasa saja pada Arshen setelah kejadian ini?!

Karina segera mengambil selimut untuk menutupi tubuh polosnya. Ia masih meringis tidak percaya bahwa hal ini akan terjadi padanya dan Arshen. Terlebih, Arshen adalah bosnya sendiri dan mereka sudah bekerja sama hampir lima tahun lamanya.

Karina terus mengumpat sambil memunguti pakaiannya yang tercecer begitu saja di lantai bersama dengan seluruh pakaian milik Arshen.

Sebenarnya apa yang terjadi dengannya tadi malam?!

Tentu saja seorang Karenina tidak mungkin menyerahkan keperawanannya secara cuma-cuma pada pria yang tidak dicintainya. Secara tidak sadar pula!

Karina yakin ada yang salah dengan wine yang diminumnya semalam!

Perempuan itu lalu meraih tas miliknya dan mengecek email perusahaan yang tentunya sudah sangat ramai mengingatkan bahwa sekarang adalah waktunya bekerja! Ia melotot tidak percaya melihat jam yang sudah menunjukkan pukul delapan pagi, menandakan bahwa mereka telah terlambat untuk memenuhi janji bersama salah satu klien.

Argh! Karina bisa saja mendapatkan masalah. Karena meskipun mereka berdua sekarang masih sama-sama berada di kamar hotel, bagaimanapub yang memiliki tanggung jawab untuk mengatur semua jadwal Arshen adalah dirinya.

"Karina.."

Tubuh perempuan itu menegang mendengar suara panggilan Arshen. Pria itu sudah bangun rupanya.

Karina kembali mengeratkan selimut yang ia gunakan untuk menutupi tubuh kotornya, menatap takut-takut pada Arshen yang sedang menatapnya dengan tatapan tak terbaca.

"Karina.. saya benar-benar minta maaf. Semalam, saya seperti kehilangan kendali."

Karina mematung. Ia tidak tahu dan tidak berani untuk bereaksi seperti apa.

"Minuman itu. Saya yakin ada sesuatu pada minuman itu," sambung Arshen.

Arshen yang merasa sangat bersalah itu berdiri, mengambil langkah untuk mendekati perempuan itu tapi Karina langsung mengambil sikap dengan mengangkat tangannya ke depan.

Mungkin bagi sebagian orang one night stand adalah hal yang lumrah dan sangat biasa.

Tapi bagi perempuan yang begitu menjaga kegadisan seumur hidupnya seperti Karina, tentu saja hal ini bukanlah sesuatu yang bisa disepelekan begitu saja.

"Tolong! Jangan mendekat, Pak." Katanya menunduk.

"Saya tidak akan melakukan apa-apa lagi, Karina—"

"Tolong biarkan saya memakai pakaian saya lebih dulu, Pak. Dan tolong. Jangan mengungkit kejadian semalam."

Setelah mengatakan kalimat itu Karina melesat masuk menuju kamar mandi hotel. Di cermin besar itu, kedua matanya bisa melihat dengan jelas bekas-bekas dosa yang semalam dilakukan Arshen padanya.

Menjijikkan.

Leher dan dadanya penuh dengan bekas biru keunguan yang tidak bisa dibilang sedikit. Bahkan di punggungnya pun juga ada! Jangan lupakan bekas paling nyata yang Karina rasakan sekarang. Pusat tubuhnya.. terasa sakit.

Astaga apa yang sudah Arshen lakukan padanya?!

Dan bagaimana bisa Karina tidak dapat mengingat apa-apa? Ingatannya seolah terhenti saat Arshen meraup bibirnya dan membuka paksa kemejanya.

Dua puluh menit kemudian, setelah membersihkan diri dan puas melamun merenungi nasib yang tidak dapat diubah ini, Karina keluar dari kamar mandi itu dan mendapati Arshen yang kini juga sudah berpakaian lengkap.

Pria itu sedang berbicara serius di telepon, tapi segera mematikannya begitu melihat kedatangan Karina.

"Karina, apa kau baik-baik saja?" tanyanya dengan raut wajah begitu khawatir.

Arshen meneliti dari ujung rambut hingga kaki, matanya tentu saja dapat menangkap bekas ulahnya semalam di leher perempuan ini.

"Pak, kita harus segera pergi ke kantor. Pertemuan kita dengan klien dari perusahaan Joana Group sudah terlambat—"

"Berhenti membicarakan pekerjaan, Karina."

Karina memberanikan diri untuk mengangkat wajahnya, mendongak untuk menatap sorot mata elang Arshen yang menunjukkan kekhawatiran.

Mengapa juga bosnya ini repot-repot mengkhawatirkannya?

"Tolong jangan bahas permasalahan semalam lagi, Pak."

"Bagaimana bisa saya tidak membahasnya? Sedangkan kita sudah—"

"Pak, maaf. Anggap saja tidak pernah terjadi apa-apa sebelumnya."

Biarlah Arshen menganggap Karina sebagai gadis malam yang sering mencicipi puluhan pria untuk bersenang-senang karena hanya menganggap sepele apa yang telah terjadi pada mereka semalam.

Karina hanya semata-mata tidak ingin hubungannya dengan Arshen menjadi canggung. Dan itu akan menganggu urusan pekerjaan mereka nantinya.

Padahal dewi batinnya kini sedang menjerit tidak karuan karena malam pertama dalam hidup yang sangat tidak berkesan! Karina sudah memimpikan hal ini sejak lama tapi bukan akan terjadi seperti ini dalam bayangannya.

Arshen mengusap wajahnya gusar.

"Baiklah. Tapi harus saya katakan.."

"Apa?"

"Kau tidak akan mengundurkan diri dari pekerjaanmu, kan?"

Karina terkekeh. Huh, sok kuat sekali kamu, Karenina.

"Tentu tidak, Pak. Saya harus profesional. Memisahkan hubungan pekerjaan dengan masalah pribadi."

Tidak, bukan itu yang kau inginkan, Karenina. Kau tentu tidak ingin kehilangan pekerjaan yang menopang kehidupan sehari-harimu ini. Mengincar bonus berkali-kali lipat yang pasti akan Arshen berikan, karena dia bukan orang yang pelit dengan karyawan-karyawannya. Apalagi dengan sang sekretaris, yang bekerja penuh waktu bersamanya setiap hari.

Karina yang memiliki slogan hidup untuk bersenang-senang ini memang suka sekali dengan uang.

Iblis dalam diri Karina tertawa kencang sekarang.

Wajah Arshen sedikit menunjukkan kelegaan, ya, meskipun hanya sedikit sekali.

"Baiklah, Karina. Hari ini kau boleh berangkat ke kantor sesudah makan siang, untuk masalah klien saya yang akan mengurusnya langsung. Kau tidak perlu khawatir."

Lihat? Arshen memanglah bos yang baik. Tidak heran Karina betah bekerja dengannya hingga bertahun-tahun.

"Terimakasih, Pak."

Arshen lalu mengambil beberapa lembar uang dari dalam dompet, lalu mengulurkannya.

"Kau bisa memakainya untuk ongkos pulang dan makan. Sekali lagi, maafkan saya atas kejadian semalam, Karina."

Karina menerima uang itu meski ragu. Kini dirinya terlihat seperti wanita sewaan yang mendapatkan bayaran ketika sudah selesai 'dipakai'.

Persetan! Memangnya apa yang harus ia lakukan? Menangis dan meraung meminta Arshen mengembalikan kegadisannya? Itu tidak mungkin.

Arshen lebih dulu keluar dari kamar hotel yang seharusnya adalah kamar milik Karina untuk beristirahat tadi malam, berjalan terburu untuk mengurus jadwalnya hari ini yang berantakan akibat minuman itu.

Arshen seratus persen yakin dan percaya, pasti ada yang salah dengan sesuatu yang dimakannya semalam.

"Tuan Arshen? Anda masih ada di sini?"

Seorang resepsionis hotel memanggilnya.

"Nona Maura mencari-cari anda semalam karena anda tidak ada di kamar yang sudah dipesan sebelumnya, Tuan. Jadi saya pikir, anda sudah meninggalkan hotel semalam setelah acaranya selesai."

Maura?

Tentu saja!

Pasti ada sangkut pautnya dengan perempuan itu.

Jangan bilang semua ini adalah ulahnya?

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status