Share

Bab 4

Penulis: Calandra
Julia berbicara sembari mencari posisi cocok untuk berbaring di dalam salju. Saat menunggu Billy datang dengan buru-buru, Julia sedang berbaring di sana, sedangkan Siena sudah ditutupi salju di dasar gunung.

Julia memberi tahu Billy bahwa dia tidak bersama dengan Siena. Dia juga tidak tahu keberadaan Siena.

Billy pun diarahkan Julia untuk mengantarnya ke rumah sakit, meninggalkan Siena seorang diri di kaki gunung.

Sejak melihat kematian orang tua dengan mata kepalanya sendiri, Siena merasakan rasa takut yang tidak bisa dideskripsikannya di saat menyendiri.

Justru karena itu, Siena baru bersama mereka pergi ke arena ski.

Siena memikirkan segala cara agar Billy bisa menemani di sisinya. Meski Julia juga ikut, dia akan berusaha memikirkan segala cara.

Tidak disangka, Siena malah hampir kehilangan nyawanya di dalam pegunungan bersalju.

Ketika membayangkan kembali rasa putus asa ketika terperangkap, sekujur tubuh Siena menjadi gemetar. Rasa sakit di tubuh dan siksaan batin meluap. Keringat dingin mulai bercucuran di keningnya.

Billy langsung menyeretnya dari atas ranjang dengan sadis. “Segera akui kesalahanmu. Sudah dengar belum? Kalau bukan gara-gara kamu, apa mungkin lengan Lia akan patah dan pergelangan tangannya terluka? Kalau mulai saat ini Lia nggak bisa melukis lagi, aku akan perhitungan sama kamu!”

Gerakan Billy menarik luka di tubuh Siena. Darahnya langsung merembes dari bekas, lalu membasahi seragam pasiennya.

Kali ini, Billy baru menyadari bahwa luka di tubuh Siena tidak ada tanda-tanda membaik, melainkan lebih parah daripada sebelumnya.

“Kenapa bisa begini?” Billy memalingkan kepalanya menatap Xavier dengan murka. “Jelas-jelas sudah pakai obat yang paling baik. Setiap harinya juga ada yang menjaganya. Kenapa nggak ada gunanya sama sekali?”

Xavier terbengong dan segera mulai berdalih. “Emm … mana aku tahu? Setiap harinya aku memeriksa dan mengobati Bu Siena. Suster bisa jadi saksi mata!”

Saat Julia melihat situasi ini, dia segera melihat Siena, lalu berkata dengan nada memelas, “Siena, aku tahu kamu marah, tapi kamu nggak boleh nggak diobati. Kalau kamu begini, aku dan Kak Billy bakal semakin khawatir lagi, ‘kan!”

“Siena!” Usai mendengar, Billy pun semakin marah lagi. “Kamu bahkan nggak sayang sama diri kamu sendiri. Kamu memang nggak bisa diselamatkan lagi! Kalau kamu beronar seperti ini lagi, resepsi pernikahan ditunda sampai kehidupan berikutnya saja!”

Namun, Billy tidak tahu bahwa setiap harinya Xavier memang ke kamar pasien, tetapi dia tidak pernah mengobati dan memeriksa Siena, bahkan sengaja membuka luka Siena dan menganiayanya. Dia pun merasa gembira dengan tindakannya.

Mengenai obat impor yang dipesan Billy, semuanya sudah diam-diam dibawa keluar rumah sakit untuk ditunaikan. Tidak ada sedikit pun yang dioleskan ke tubuh Siena.

Siena menatap Billy. Ucapan yang ingin dia lontarkan untuk berdalih pada akhirnya diam-diam ditelan kembali. Masalah sudah berkembang hingga tahap seperti ini. Apa pun yang dia katakan, Billy juga tidak akan memercayainya.

Setelah keluar kamar pasien, amarah Billy masih belum mereda. Pasti karena selama beberapa tahun ini dia terlalu memanjakan Siena, itulah sebabnya karakternya menjadi seburuk ini.

Meskipun merasa marah, Billy tetap merasa khawatir terhadap Siena. Jika Siena begitu emosi terhadap Billy, bukannya akan berpengaruh terhadap kesehatannya?

Julia yang berada di samping mengamati raut wajah Billy dengan saksama, kemudian dia mengusulkan, “Kak Siena terlalu keras kepala, nggak berubah-rubah. Kalau ingin memperbaiki kebiasaan buruk Kak Siena, gimana … kalau pernikahannya dibatalkan saja?”

“Nggak boleh.” Tanpa ragu, Billy langsung menolak.

Billy hanya ingin Siena lebih penurut, tapi dia tidak pernah kepikiran menyuruh Siena untuk meninggalkannya.

Setiap kali melihat cincin tunangan di tangannya dan Siena, tidak peduli betapa emosi dirinya, hati Billy tetap akan terasa luluh.

Apalagi ketika kepikiran cedera menyeramkan yang dilihatnya tadi, hati Billy samar-samar terasa sakit.

Siena sudah merasakan begitu banyak penderitaan. Billy juga tidak tega untuk mendesaknya lagi.

“Kalau dia dibiarkan begini terus ….” Tersembunyi rasa tidak puas di dalam tatapan Julia. Hanya saja, saat Billy melihat ke sisinya, dia langsung menyembunyikannya. “Yang dilukai bukan hanya dirinya sendiri, Kak Billy juga bakal ikut sedih.”

Billy merenung beberapa saat, lalu menggeleng. “Perjanjian pernikahan itu ditetapkan oleh senior, nggak bisa dibatalkan sesuka hati. Begini saja, ikuti apa kataku.”

Terlintas sedikit rasa kesal di dalam tatapan Julia. Hanya saja, dalam seketika, dia bergoyang dengan lemah lembut. “Aku dengar apa kata Kak Billy. Aku ….”

“Ada apa? Apa luka di tanganmu kambuh lagi?” Billy memeluk Julia lantaran mencemaskannya. Dia segera berlari ke ruang jaga dengan gelisah. “Tolong!”
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Andai Cinta Datang Lebih Awal   Bab 21

    Beberapa bulan kemudian, Siena dan Jordy bertunangan.Setelah Billy pergi hari itu, Siena langsung membawa Jordy ke klinik dengan khawatir dan marah.“Lihat lukamu ini ....” Siena mengoleskan obat di luka Jordy dengan hati-hati sambil mengomel, “Kenapa kamu begitu gegabah? Kan sayang banget kalau wajah setampan ini terluka.”Jordy pun tersenyum dan menaruh dagunya ke telapak tangan Siena. “Karena bisa buat kamu kasihan sama aku, nggak sia-sia juga aku dipukul.”Wajah Siena seketika memerah. Dia pun memelototi Jordy dan menegur, “Jangan gombal kamu!”Namun, Siena tetap menunjukkan tampang khawatir. “Lain kali, jangan begini lagi. Aku benar-benar sedih melihatmu terluka.”“Oke.” Jordy mengangguk, lalu menjamin dengan serius, “Aku bersumpah, kelak, aku nggak akan buat Siena Kimnara khawatir lagi.”Pada awal musim panas, Siena dan Jordy mengadakan resepsi pernikahan. Diiringi dengan bunga yang bertebaran di udara, juga restu hangat dan tepuk tangan meriah dari sanak saudara serta teman deka

  • Andai Cinta Datang Lebih Awal   Bab 20

    Berhubung Billy mencurahkan semua perhatiannya dalam perihal Siena, dia sudah tidak muncul di Grup Juman beberapa hari. Begitu mendengar kabar ini, Leo sangat marah. Dia segera memberi perintah untuk membawa pulang putranya yang tidak berguna itu.Ketika Billy dibawa pulang ke rumah, dia langsung melihat orang tuanya yang duduk di sofa ruang tamu dalam diam. Setelah melihatnya, Leo segera berseru, “Kemari!”Plak!Billy berjalan ke hadapan Leo tanpa ekspresi. Yang menyambutnya adalah sebuah tamparan yang kuat. Tamparan itu membuat kepalanya terentak ke samping dan dia juga memuntahkan sedikit darah.Melihat hal ini, Ariana segera menarik putranya ke samping.“Kalau mau ngomong, ngomong baik-baik. Ngapain kamu main tangan!”Sembari mencela suaminya, Ariana pun memeriksa keadaan Billy. Begitu melihat keadaan putranya, dia sontak terkejut.“Coba kulihat .... Kamu kenapa?” Ariana berseru terkejut, “Billy, kenapa kamu terluka separah ini? Siapa yang menghajarmu?”Ariana tentu saja tidak teri

  • Andai Cinta Datang Lebih Awal   Bab 19

    Dalam sekejap, tatapan Billy langsung dipenuhi dengan kesedihan dan ketidakrelaan, seolah-olah hatinya akan hancur.“Kamu benar-benar nggak merasakan apa pun?” Billy menarik pergelangan tangan Siena dengan kuat dan lanjut bertanya dengan tidak rela, “Kamu benar-benar sudah lupakan semua kenangan di antara kita?”Sikap Billy ini sontak membuat Siena terkejut. Dia pun menggeleng secara refleks.Tatapan Billy perlahan-lahan berubah menjadi tatapan penuh kesedihan yang bercampur amarah. Dia juga bersikap makin histeris.“Kamu juga nggak ingat kejadian longsor salju lagi?” Demi mengembalikan ingatan Siena, Billy bahkan mengungkapkan semua kenangan yang buruk.“Gimana dengan Julia yang membuatmu jatuh ke jurang dan hampir membuat kedua kakimu diamputasi? Kamu juga sudah lupa sama semua itu?”“Apa?” Siena mengernyit sambil meronta dan mencoba melepaskan diri dari cengkeraman Billy.“Demi celakai kamu, Julia mendorongmu dari gunung bersalju dan membuatmu terkurung di resor ski selama tujuh har

  • Andai Cinta Datang Lebih Awal   Bab 18

    Tidak lama setelah kejadian itu, Siena menerima pesan dari Billy.[ Nana, boleh nggak kita ketemu sekali? Aku tahu sikapku dulu sangat keterlaluan. Aku nggak seharusnya bersikap seperti itu terhadapmu .... ][ Tapi, aku sudah sadari kesalahanku. Aku mohon, kasih aku satu kesempatan lagi, ya? ]Setelah membaca serentetan pesan itu, selain merasa bingung, Sienna merasakan seperti ada sesuatu yang mengganjal dalam hatinya. Meskipun dia sama sekali tidak memiliki ingatan tentang Billy, entah kenapa dia merasa bahwa dirinya sepertinya mengenal pria itu dulunya.Siena teringat bahwa ada sebuah memori yang dilupakannya. Sekarang, firasat itu pun menjadi makin kuat. Bagaimanapun juga, dia harus menemui Billy untuk mencari tahu kebenarannya.Setelah berpikir seperti itu, Siena membalas pesan Billy.[ Baiklah. Mari kita bertemu. ]“Ada apa?” Melihat Siena yang bersiap-siap untuk keluar, Jordy bertanya, “Kamu mau ke mana? Perlu kuantar?”“Nggak usah repot-repot. Aku mau ... pergi temui seseorang,

  • Andai Cinta Datang Lebih Awal   Bab 17

    Hari ini, Siena sengaja berdandan cantik. Tahun yang baru akan segera dimulai. Jordy sengaja mengajak Siena pergi menonton di malam Tahun Baru. Dia tentu saja memahami maksud Jordy. Dia juga memiliki kesan baik terhadap pria yang berkarakter lembut dan baik itu.Setiap kali Siena menghabiskan waktu dengan Jordy, dia selalu merasa rileks dan gembira. Sejak orang tuanya meninggal, sudah lama dia tidak merasakan perasaan memiliki seseorang yang dapat diandalkan.Menjelang malam, lampu-lampu neon di jalanan mulai menyala. Segala penjuru dihiasi lampu hias dan suasananya terasa sangat meriah. Sesekali, ada pasangan yang berjalan melewati keramaian sambil bergandengan tangan.Untuk menyesuaikan diri dengan suasana, Siena sengaja memilih gaun panjang berwarna merah marun dan memadukannya dengan mantel wol. Dia terlihat manis, imut, tetapi juga anggun.Rintik-rintik salju turun dari langit dan beterbangan di jalan. Siena tanpa sadar mengulurkan tangan untuk menangkapnya. Tiba-tiba sebuah sosok

  • Andai Cinta Datang Lebih Awal   Bab 16

    Siena menemukan pekerjaan di sebuah toko bunga dekat rumahnya. Meskipun gajinya tidak tinggi, dia sangat menyukai pekerjaan itu. Membagikan hal-hal indah kepada orang lain membuatnya sangat gembira. Selama bekerja di sini, dia juga mengenal banyak teman baru.“Pagi, Kak Tanya!” Siena berjalan masuk ke toko bunga sambil tersenyum. Pemilik toko bunga bernama Tanya itu segera menyodorkan sepiring pangsit yang masih hangat ke hadapan Siena. “Ayo cicip. Aku sendiri yang membuatnya hari ini!”Setelah menyelesaikan semua persiapan kerja, Siena menerima sebuah pesanan pengantaran. Hal yang mengejutkannya adalah, alamat pengantaran itu berada tepat di samping rumahnya. Dia pun membawa sebuket bunga lili itu ke rumah pelanggan dan menekan bel.“Maaf, tunggu sebentar!”Terdengar suara jernih pria dari balik pintu. Ketika pintu dibuka, seorang pemuda yang tampan menerima sebuket bunga itu dari Siena. “Terima kasih .... Eh? Kok kamu yang datang?”Pemuda itu tidak sempat menyelesaikan kalimat awalny

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status