Share

Bab 9

Author: Calandra
“Nggak mungkin!” Billy mendorong Julia, lalu menjatuhkannya ke lantai tanpa memedulikannya sama sekali. Dia seperti menggila saja hendak berdiri. “Aku mau pergi melihatnya. Aku mau melihat Nana ….”Hanya saja, tidak peduli bagaimana Billy berusaha, dia tetap berkali-kali jatuh di lantai. Luka di lututnya telah merembes. Darah merah menodai lantai.

Julia memapah Billy ke atas ranjang. Air mata memenuhi matanya. Suaranya terdengar terisak-isak. “Kak Billy, kamu jangan begini, ya. Melihat kamu begitu kesakitan, hatiku juga nggak nyaman. Setidaknya … setidaknya Kak Siena masih hidup. Asalkan memikirkan cara, dia pasti akan sadar. Kamu tenangkan dirimu dulu, ya?”

Usai mendengar, Billy yang tadinya menggila mulai menenangkan dirinya. Dia segera memanggil pengawal, “Aku mau kembali ke Kediaman Keluarga Juman, cepat! Dengar-dengar cara membangunkan pasien yang sedang dalam keadaan koma adalah dengan rangsangan emosional. Selama bisa menemukan barang-barang peninggalan milik Nana dulu, pasti bisa membangunkannya”

Di bawah kawalan para pengawal, Billy kembali ke Kediaman Keluarga Juman.

Begitu masuk rumah, Billy merasa vila ini tampaknya tidak lagi sama seperti sebelumnya.

Keset pintu kucing berwarna merah muda yang dulu dibeli oleh Siena telah diganti dengan keset cokelat biasa. Meja tamu yang biasanya selalu dihiasi dengan rangkaian bunga hasil guntingan tangan Siena, kini juga tampak kosong melompong.

Billy membuka pintu kamar Siena, dia malah menyadari semuanya telah kosong, tidak ada tanda-tanda kehidupan di dalamnya.

Biasanya, Nana suka tidur dengan memeluk boneka. Di atas meja rias terhadap parfum yang sering digunakannya, ada juga pot tanaman di samping jendela yang selama ini dia rawat dengan penuh perhatian ….

Semuanya telah menghilang, seolah-olah tidak pernah ada saja.

Billy langsung membelalakkan mata dan bertanya dengan keras kepada pengurus rumah, “Ada apa ini? Di mana barang Nana? Siapa suruh kalian sembarangan sentuh!”

Pengurus rumah dikagetkan oleh aura menekan Billy yang mendadak itu. Dia pun menjawab dengan gugup, “Semua ini perintah Tuan dan Nyonya. Nyonya berpesan kepada kami untuk membakar semua barang yang ditinggalkan Nona Siena.”

Tangan Billy yang diletakkan di atas lututnya dikepal erat. Bahkan sendinya juga memucat. “Se … semuanya?”

Billy mendapat jawaban dari pengurus rumah yang mengalihkan tatapannya. Matanya spontan memerah. Dia melayangkan tinjuan keras ke daun pintu.

Kenapa … mereka begitu membenci Siena?

Saat ini, terdengar suara buka dan tutup pintu dari lantai bawah, disusul terdengar suara obrolan yang santai.

“Dengar-dengar Siena sudah koma?”

“Hmph, selain bisa bikin masalah, apa lagi yang bisa dia lakukan kepada Keluarga Juman kita? Baguslah sekarang, akhirnya kita bisa mengusirnya dari rumah.”

“Billy nggak mungkin akan menikah dengan orang koma. Perjanjian pernikahan itu dibatalkan saja. Beberapa hari ini, coba carikan calon lain untuknya. Mengenai Siena, biarkan dia lenyap sendiri di rumah sakit.”

Tiba-tiba terdengar suara suram Billy. “Apa yang lagi kalian katakan?”

Ariana menatap Billy dengan tatapan menyalahkan. Dia spontan mengomel, “Kenapa kamu bukan merawat lukamu di rumah sakit? Kenapa kamu malah ke sini?”

Suara jeritan Billy memotong ucapannya. “Batalkan perjanjian pernikahan apaan? Asal kamu tahu, aku nggak setuju! Siapa suruh kalian bakar barang Siena? Dia itu calon istriku. Kenapa kalian nggak minta izin dariku!”

Rasa kecewa dan gusar memenuhi tatapan Billy. “Dulu kalian meremehkan Siena, meremehkannya dinafkahi oleh Keluarga Juman. Tapi, apa kalian nggak pernah berpikir, kalau bukan demi menyelamatkan kalian, apa mungkin orang tuanya akan meninggal? Apa mungkin dia akan menumpang tinggal di rumah orang lain! Apa kalian nggak memikirkan perasaanku?”

Saat berbicara sampai di sini, suara Billy bahkan terdengar agak bergetar.

Billy tahu orang tuanya tidak puas dengan calon istrinya, Siena, hanya saja dia tidak menyangka mereka bahkan bersikap begitu dingin ketika dihadapkan dalam soal nyawa.

Leo menunjukkan raut serius. “Kamu itu putra semata wayang Keluarga Juman. Kamu mesti selalu memikirkan keluargamu! Dia hanyalah seorang anak yatim piatu yang nggak punya uang dan kekuasaan. Karakternya sangat buruk dan nggak punya kemampuan apa-apa. Apa dia bisa membantumu? Bisa nggak kamu bersikap lebih dewasa!”

Billy menjerit dengan marah, “Selain keuntungan, apa nggak ada yang lain lagi di mata kalian? Siena, dia hampir saja mati! Kenapa aku bisa punya orang tua berdarah dingin seperti kalian!”

Kali ini, Billy juga tidak bisa bersabar lagi. Dia segera membalikkan tubuhnya meninggalkan kediaman. Dia ingin menjaga Siena di rumah sakit.

Entah sejak kapan mulai turun hujan. Billy memandang ke luar jendela mobil. Hatinya bagai terkena air hujan saja, membuat hatinya terasa sedih dan menyesal.

Billy teringat pertama kali Siena tiba di Kediaman Keluarga Juman, sikap orang tuanya masih tidak seperti ini. Orang pertama yang menunjukkan ekspresi benci terhadap Siena malah adalah Billy sendiri.

Billy merasa Siena terlalu ceroboh dan tidak cukup tenang. Dia selalu merendahkan Siena dengan kata-kata pedas. Orang tuanya bisa membenci Siena sebenarnya hanya meniru sikapnya saja.

Andai saja Billy tahu semuanya akan berakhir seperti ini, dia pasti akan membiarkan seluruh dunia tahu bahwa Siena adalah orang yang paling penting dan paling dia cintai, sama seperti bagaimana dulu Siena mencintainya tanpa syarat.

Ternyata beginilah rasanya kehilangan orang yang paling dicintai di dunia ini ….

Setetes air mata hangat mengalir dari ujung mata Billy. Akhirnya Billy mengerti alasan Siena suka memamerkan kemesraan waktu itu, karena Siena mencintainya. Saking cintanya, dia baru takut untuk kehilangan, baru kepikiran segala cara untuk mendapatkannya.

Namun, apa yang Billy lakukan waktu itu?

Billy merasa kesal karena Siena dianggap suka membuat keributan tanpa alasan dan karena Siena tidak tahu cara memberi ruang pribadi untuknya.

Penyesalan yang luar biasa deras menghujani dirinya, nyaris membuat Billy kesulitan untuk bernapas.

Namun untungnya, Tuhan tidak terlalu kejam. Siena masih hidup. Billy masih memiliki kesempatan untuk menebus kesalahannya.

Dengan kedua tangan terkatup, Billy berdoa dengan sungguh-sungguh di tengah derasnya hujan.

Nana, kumohon … buka matamu sekali lagi untuk melihatku, ya?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Andai Cinta Datang Lebih Awal   Bab 21

    Beberapa bulan kemudian, Siena dan Jordy bertunangan.Setelah Billy pergi hari itu, Siena langsung membawa Jordy ke klinik dengan khawatir dan marah.“Lihat lukamu ini ....” Siena mengoleskan obat di luka Jordy dengan hati-hati sambil mengomel, “Kenapa kamu begitu gegabah? Kan sayang banget kalau wajah setampan ini terluka.”Jordy pun tersenyum dan menaruh dagunya ke telapak tangan Siena. “Karena bisa buat kamu kasihan sama aku, nggak sia-sia juga aku dipukul.”Wajah Siena seketika memerah. Dia pun memelototi Jordy dan menegur, “Jangan gombal kamu!”Namun, Siena tetap menunjukkan tampang khawatir. “Lain kali, jangan begini lagi. Aku benar-benar sedih melihatmu terluka.”“Oke.” Jordy mengangguk, lalu menjamin dengan serius, “Aku bersumpah, kelak, aku nggak akan buat Siena Kimnara khawatir lagi.”Pada awal musim panas, Siena dan Jordy mengadakan resepsi pernikahan. Diiringi dengan bunga yang bertebaran di udara, juga restu hangat dan tepuk tangan meriah dari sanak saudara serta teman deka

  • Andai Cinta Datang Lebih Awal   Bab 20

    Berhubung Billy mencurahkan semua perhatiannya dalam perihal Siena, dia sudah tidak muncul di Grup Juman beberapa hari. Begitu mendengar kabar ini, Leo sangat marah. Dia segera memberi perintah untuk membawa pulang putranya yang tidak berguna itu.Ketika Billy dibawa pulang ke rumah, dia langsung melihat orang tuanya yang duduk di sofa ruang tamu dalam diam. Setelah melihatnya, Leo segera berseru, “Kemari!”Plak!Billy berjalan ke hadapan Leo tanpa ekspresi. Yang menyambutnya adalah sebuah tamparan yang kuat. Tamparan itu membuat kepalanya terentak ke samping dan dia juga memuntahkan sedikit darah.Melihat hal ini, Ariana segera menarik putranya ke samping.“Kalau mau ngomong, ngomong baik-baik. Ngapain kamu main tangan!”Sembari mencela suaminya, Ariana pun memeriksa keadaan Billy. Begitu melihat keadaan putranya, dia sontak terkejut.“Coba kulihat .... Kamu kenapa?” Ariana berseru terkejut, “Billy, kenapa kamu terluka separah ini? Siapa yang menghajarmu?”Ariana tentu saja tidak teri

  • Andai Cinta Datang Lebih Awal   Bab 19

    Dalam sekejap, tatapan Billy langsung dipenuhi dengan kesedihan dan ketidakrelaan, seolah-olah hatinya akan hancur.“Kamu benar-benar nggak merasakan apa pun?” Billy menarik pergelangan tangan Siena dengan kuat dan lanjut bertanya dengan tidak rela, “Kamu benar-benar sudah lupakan semua kenangan di antara kita?”Sikap Billy ini sontak membuat Siena terkejut. Dia pun menggeleng secara refleks.Tatapan Billy perlahan-lahan berubah menjadi tatapan penuh kesedihan yang bercampur amarah. Dia juga bersikap makin histeris.“Kamu juga nggak ingat kejadian longsor salju lagi?” Demi mengembalikan ingatan Siena, Billy bahkan mengungkapkan semua kenangan yang buruk.“Gimana dengan Julia yang membuatmu jatuh ke jurang dan hampir membuat kedua kakimu diamputasi? Kamu juga sudah lupa sama semua itu?”“Apa?” Siena mengernyit sambil meronta dan mencoba melepaskan diri dari cengkeraman Billy.“Demi celakai kamu, Julia mendorongmu dari gunung bersalju dan membuatmu terkurung di resor ski selama tujuh har

  • Andai Cinta Datang Lebih Awal   Bab 18

    Tidak lama setelah kejadian itu, Siena menerima pesan dari Billy.[ Nana, boleh nggak kita ketemu sekali? Aku tahu sikapku dulu sangat keterlaluan. Aku nggak seharusnya bersikap seperti itu terhadapmu .... ][ Tapi, aku sudah sadari kesalahanku. Aku mohon, kasih aku satu kesempatan lagi, ya? ]Setelah membaca serentetan pesan itu, selain merasa bingung, Sienna merasakan seperti ada sesuatu yang mengganjal dalam hatinya. Meskipun dia sama sekali tidak memiliki ingatan tentang Billy, entah kenapa dia merasa bahwa dirinya sepertinya mengenal pria itu dulunya.Siena teringat bahwa ada sebuah memori yang dilupakannya. Sekarang, firasat itu pun menjadi makin kuat. Bagaimanapun juga, dia harus menemui Billy untuk mencari tahu kebenarannya.Setelah berpikir seperti itu, Siena membalas pesan Billy.[ Baiklah. Mari kita bertemu. ]“Ada apa?” Melihat Siena yang bersiap-siap untuk keluar, Jordy bertanya, “Kamu mau ke mana? Perlu kuantar?”“Nggak usah repot-repot. Aku mau ... pergi temui seseorang,

  • Andai Cinta Datang Lebih Awal   Bab 17

    Hari ini, Siena sengaja berdandan cantik. Tahun yang baru akan segera dimulai. Jordy sengaja mengajak Siena pergi menonton di malam Tahun Baru. Dia tentu saja memahami maksud Jordy. Dia juga memiliki kesan baik terhadap pria yang berkarakter lembut dan baik itu.Setiap kali Siena menghabiskan waktu dengan Jordy, dia selalu merasa rileks dan gembira. Sejak orang tuanya meninggal, sudah lama dia tidak merasakan perasaan memiliki seseorang yang dapat diandalkan.Menjelang malam, lampu-lampu neon di jalanan mulai menyala. Segala penjuru dihiasi lampu hias dan suasananya terasa sangat meriah. Sesekali, ada pasangan yang berjalan melewati keramaian sambil bergandengan tangan.Untuk menyesuaikan diri dengan suasana, Siena sengaja memilih gaun panjang berwarna merah marun dan memadukannya dengan mantel wol. Dia terlihat manis, imut, tetapi juga anggun.Rintik-rintik salju turun dari langit dan beterbangan di jalan. Siena tanpa sadar mengulurkan tangan untuk menangkapnya. Tiba-tiba sebuah sosok

  • Andai Cinta Datang Lebih Awal   Bab 16

    Siena menemukan pekerjaan di sebuah toko bunga dekat rumahnya. Meskipun gajinya tidak tinggi, dia sangat menyukai pekerjaan itu. Membagikan hal-hal indah kepada orang lain membuatnya sangat gembira. Selama bekerja di sini, dia juga mengenal banyak teman baru.“Pagi, Kak Tanya!” Siena berjalan masuk ke toko bunga sambil tersenyum. Pemilik toko bunga bernama Tanya itu segera menyodorkan sepiring pangsit yang masih hangat ke hadapan Siena. “Ayo cicip. Aku sendiri yang membuatnya hari ini!”Setelah menyelesaikan semua persiapan kerja, Siena menerima sebuah pesanan pengantaran. Hal yang mengejutkannya adalah, alamat pengantaran itu berada tepat di samping rumahnya. Dia pun membawa sebuket bunga lili itu ke rumah pelanggan dan menekan bel.“Maaf, tunggu sebentar!”Terdengar suara jernih pria dari balik pintu. Ketika pintu dibuka, seorang pemuda yang tampan menerima sebuket bunga itu dari Siena. “Terima kasih .... Eh? Kok kamu yang datang?”Pemuda itu tidak sempat menyelesaikan kalimat awalny

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status