Share

Bagian 2

Author: Zizizaq
last update Last Updated: 2024-05-28 23:42:29

Celin baru menumpahkan segalanya saat berada di dalam mobil, saat tidak ada orang yang menertawakan perasaannya.

Ia belum pernah merasakan sakit seperih itu, meski dalam hatinya ia selalu menduga adanya wanita lain di sisi Evan tapi ia selalu bisa menghindari pikirannya, namun setelah menghadapi kenyataan bahwa dugaannya benar, ternyata ia tidak sanggup dan sangat ingin lari dari kenyataan.

Tiba-tiba teleponnya berdering, tulisan My Beloved husband menari-nari di sana, ia mengabaikannya, sedetik kemudian sebuah pesan masuk, ia hanya membaca di layar kunci, ia tidak berminat membuka apalagi membalasnya.

'Aku tau kau sedang emosi, bahaya saat menyetir,'

"Sejak kapan kau peduli?" ucap Celin, rasanya ingin berteriak dan memaki di depan orangnya langsung.

Celin mengalah setelah membaca isi pesan itu, sepelik apapun masalahnya, ia harus tetap hidup, jadi ia menepikan mobilnya untuk sedikit menenangkan diri, sambil berpikir kemana ia harus pergi. Ia tidak bisa ke rumah orang tuanya, pasti ibu tirinya akan mengomel melihat kedatangannya, ia juga tidak punya teman dekat di kota ini. Ia benar-benar hanya punya Evan.

Setelah berpikir beberapa saat, akhirnya ia menemukan tempat tujuannya, yaitu kantor, ia bisa beralasan menyelesaikan pekerjaan, sepertinya takdir menyambut rencananya. Tiba-tiba ia mendapat panggilan dari menejernya.

"Halo, Pak Yanto! Ada yang bisa saya bantu,"

"Ada, Bos ingin departemen Kita mempersentasikan proyek yang sedang kamu kerjakan itu besok, sepertinya kamu yang paling paham bagian ini, saya tau kamu sudah mempelajarinya, tunjukkan yang terbaik kepada para investor yang akan hadir." Pak Yanto berbicara tanpa jeda, sepertinya ia tidak ingin mendengar penolakan.

"Kenapa harus saya, Pak?" Celin agak ragu dan ingin menolak, tapi ia juga sedikit bersemangat.

"Karena kamu pasti sudah memperlajari berkasnya dan kamu masih bagian dari tim pemasaran. Saya tidak mau menerima penolakan," ucap Pak Yanto dengan tegas.

"Baik, Pak!" Celin tidak punya pilihan lain, tapi ia siap menerimanya, dengan kesibukan ia bisa mengalihkan pikirannya, sebenarnya Celin merasa sedikit terbantu dengan ini. Beberapa saat kemudian, Pak Yanto mengirimkan alamat untuk acara besok, ternyata itu lokasi proyek.

Celin pantang menangis, ia sudah mempelajarinya sejak menikah dengan Evan, sejak ia tahu ternyata Evan tidak mencintainya.

***

Keesokan harinya, Celin sudah mempersiapkan diri untuk memenuhi perintah menejernya, ia sedang menunggu kedatangan Pak Yanto dan beberapa rekan kerjanya, mereka janjian akan berangkat bersama saja agar bisa sekaligus membicarakannya selama diperjalanan. Selagi menunggu jemputan, Evan menelponnya.

"Halo," seru Celin cukup santai di keadaannya sekarang.

"Bagaimana keadaanmu?" Evan terdengar khawatir padahal biasanya ia selalu dingin dan terkesan tidak peduli, seandainya tidak ada kejadian mengenai istri lainnya, Celin pasti akan kegirangan mendengarnya.

"Aku baik-baik saja,"

"Kita harus bicara, "

"Aku sedang sibuk,"

"Sibuk apa?" Evan terdengar meremehkan.

"Maaf aku harus menutup teleponnya, menejerku sudah datang,"

"Menejer siapa? Memangnya kamu kerja di mana?" Evan sedikit berteriak demi menghentikan Celin mematikan teleponnya.

'Dua tahun bersama masih belum tau pekerjaan istrinya,' gerutu Celin, perasaan antara kesal dan sedih muncul di hatinya.

Untungnya mobil Pak Yanto sudah tiba, ia tidak perlu meladeni perasaannya, ia pun segera masuk dan bergabung dengan yang lainnya.

Saat tiba di lokasi, mereka semua bekerja dengan giat, karena pemberitahuan tiba-tiba ini, membuat semunaya harus bekerja keras.

Tidak terasa malam pun tiba, Pak Seto selaki CEO perusahaan Setiawan datang lebih awal dari tamu undangan, ia langsung mengambil tempat duduk paling depan yang telah disiapkan untuk VIP. Celin dan yang lainnya sedang mempersiapkan diri di belakang. Ia tidak menyangka ternyata acaranya cukup besar dan mewah.

Beberapa saat kemudian para undangan mulai berdatangan, ada satu yang menyedot perhatian Celin. Ternyata ada Evan juga, ia sangat tampan dan berkarisma, walaupun Celin setiap hari melihat Evan dengan penampilan itu bahkan terkadang ia sendiri yang memakaikan setelannyaya, ia tetap melihat Evan sangat berbeda malam ini, hal itu membuat perasaannya menjadi gelisah dan gugup. Ditambah lagi dengan masalah istri yang tiba-tiba muncul.

"Ada apa? Kamu salah satu yang gugup juga saat melihat Pak Evan? Jangan terlalu berharap dia sudah beristri, sayangnya istrinya sedang koma karena kecelakaan, meski begitu ia masih sangat mencintai istrinya, dia belum menjalin hubungan dengan siapa pun setelahnya," jelas Pak Yanto.

Celin jadi berkecil hati mendengarnya, Evan memang tidak pernah mengumumkan pernikahan keduanya, saat Evan menikahi dirinya, acaranya cukup tertutup dan hanya dihadiri keluarga dan kerabat saja. Tapi dari informasi ini, ia jadi tau penyebab Jeni berada di atas kursi roda, ternyata karena kecelakaan.

"Ayo, kenapa malah bengong,"

"Pak, sebaiknya saya digantikan saja"

"Tidak bisa, kemarin kamu cukup bersemangat, pokoknya lanjutkan! karena dari segi kecerdasan dan penampilan kamulah yang paling menonjol, coba lihat kami ini," tegas Pak Yanto sambil menunjuk rekan kerjanya yang tampak mulai menua, sementara yang terlihat muda masih karyawan magang.

"Baik, Pak!" Celin harus terus maju, ia tidak boleh lemah hanya karena urusan pribadi.

Tiba saatnya Celin maju untuk berbicara, Evan baru menyadari kehadirannya begitu ia dipersilahkan maju, ia tidak percaya itu Celin. Ia menyimak dengan seksama, matanya tidak lepas memperhatikan Celin yang terlihat anggun dan independen, ia bahkan mencoba memberi pertanyaan sulit dan Celin berhasil menjawab dengan profesional.

Celin pun baru tau kalau investor terbesar proyek ini adalah Evan Mahendra. Tentu saja Evan adalah undangan paling terhormat di sini. Kalau bukan karena pertemuan ini, mereka tidak akan saling mengetahui status pekerjaan satu sama sama lain, Evan sebagai suami tidak akan pernah tahu apa yang Celin lakukan, tapi Celin tahu semua tentang Evan.

Begitu acara selesai, Celin langsung pamit untuk pulang, tentu saja dicegah oleh Pak Yanto.

"Masih ada acara makan-makan, sebagai orang yang mengharumkan departemen kau harus hadir, mereka akan kecewa kalau kamu pergi begitu saja,"

"Pak, aku ada alasan pribadi yang sangat urgent,"

"Tidak bisa, pokoknya harus ikut, kalau nggak gajimu dipotong, "

"Tidak masalah, Pak. Dipotong saja,"

Pak Yanto lupa kalau Celin bukan gadis yang kekurangan, tapi dia ingat kalau Celin sangat gila pekerjaan

"Kalau begitu diskors selama seminggu, mau?"

"Nggak, Pak! Baik saya akan ikut," Ia menyerah, kemana ia akan pergi selama seminggu kalau ia diskors.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Antara Mencintai dan Melupakan   Bagian 77

    Evan dan Celine akhirnya pulang ke rumah, Evan terlihat begitu segar dan kembali mendapatkan aura berwibawa yang selalu menjadi ciri khasnya, sebelumnya ia seperti pria yang selalu takut kehilangan dan tidak pernah tenang. Sekarang apalagi yang ia takutkan? apa yang ia benar-benar inginkan sudah berada di tangannya, sementara Celine terkesan lebih pemalu dan mudah tersenyum tidak seperti sebelumnya, ia selalu memaksa dirinya untuk tegas dan terkesan dingin, ia sungguh memaksakan diri untuk menahan semua perasaannya. Bi Asih yang melihat keduanya datang bersama sambil bergandengan tangan sampai tersenyum-senyum sendiri, ia juga bisa menilai perubahan dari sikap dan ekspresi keduanya. "Ada apa ini?" goda Bu Asih. "Bi, bantu Celine mengangkat barang-barangnya ke kamar," ucap Evan, sebelumnya mereka sudah ke kost tempat tinggal Ciline untuk mengambil barang-barang Celine, tentu saja setelah perdebatan panjang dan negosiasi yang tidak ada habisnya. "Bu Celine kembali tinggal di

  • Antara Mencintai dan Melupakan   Bagian 76

    "Kamu bisa menomorsatukan aku, Van?" Celine ingin meyakinkan dirinya. Evan meraih tangan Celine dan menggenggamnya untuk membuatnya yakin, kemudian ia mulai bercerita, "Sekarang di hatiku cuma kamu, Celine. Jenny sudah menjadi kenangan, Mita hanya kesalahan. Kamu yang memenuhi hatiku sekarang, misiku tentang cinta saat ini dan seterusnya cuma ingin denganmu, aku ingin membalas semua kesalahan yang aku lakukan padamu. Oke dulu aku salah, dulu aku memanfaatkan perasaanmu, waktumu, tubuhmu bahkan menyebabkan anak kita meninggal, tolong biarkan aku memperbaikinya. Kalau perlu, kamu hukum aku, tapi jangan hukum aku dengan pergi meninggalkanku lagi, itu berat, rasanya sepi, saat Jenny pergi rasa sakit yang aku terima tidak begitu dalam, saat Mita mengatakan ingin ke luar negeri, aku juga tidak terlalu mempermasalahkannya, tapi saat kamu pergi, aku merasa sakit yang tidak bisa disembuhkan, aku merasa kosong sepanjang waktu, ternyata aku butuh kamu, aku cinta kamu, Celine." "Kamu terlal

  • Antara Mencintai dan Melupakan   Bagian 75

    Evan tidak menghubungi Celine seharian, sepertinya Celine juga tidak berniat melakukannya. Evan sudah merasakan perpisahan berkali-kali tapi kenapa kali ini cukup menyiksanya, jadi ia datang ke kantor Siregar, alasannya sudah jelas. "Apa yang kalian bicarakan?" suara itu membuat Danil yang baru saja ingin berbalik pergi dan juga Celine menoleh. "Kami membicarakanmu," Danil berlalu sambil menepuk pundak Evan. Sementara Celine langsung berpura-pura sibuk dengan pekerjaannya. Evan tidak mengatakan apapun, ia menarik sebuah kursi kosong lalu duduk di depan meja Celine sambil memperhatikannya. "Ayo pergi ke suatu tempat," "Aku sedang bekerja dan kamu seorang bos kamu tidak pantas duduk di sini," "Kalau Danil pantas?" "Dia bos aku, dia ke sini untuk bertanya pekerjaan dan dia tidak duduk sama sekali" "Aku tidak peduli, lagi pula aku sedang duduk di hadapan istriku." "Lakukan saja sesukamu, Evan." Celine tidak peduli lagi, ia kembali fokus dengan pekerjaannya. Evan memaj

  • Antara Mencintai dan Melupakan   Bagian 74

    Evan sangat senang bisa mendampingi Celine pergi ke rumah sakit, berbanding terbalik dengan sebelumnya, kali ini ia tidak ingin melewatkan waktu sedetik pun, ia menanti di depan pintu kamar rumah sakit karena Celin melarangnya ikut masuk, reflek mendekati Celine saat melihatnya keluar bersama seorang dokter obgyn. "Bagaimana hasilnya?" Evan bertanya penuh harap. Celine diam saja dengan wajah tanpa ekspresi. "Bu Celine hanya masuk angin, Pak Evan." Evan tampak kecewa, ia lalu berkata, "Yakin sudah memeriksanya dengan baik, Dok?" "Sudah, Pak. Yang sabar ya, Pak. Masih banyak kesempatan kok, kebetulan Bu Celine sedang di masa suburnya, semangat Pak Evan!" ucap dokter. Celine tampak santai sementara Evan diam saja, ia tahu kesempatan itu pasti akan sulit ia dapatkan. "Mohon maaf masih ada pasien, saya lanjut bekerja dulu," "Silahkan, Bu." ucap Celine lalu pergi mendahului Evan. Evan hanya memandangi punggung Celine yang semakin menjauh tapi ia segera menyusul dengan lang

  • Antara Mencintai dan Melupakan   Bagian 73

    Evan terbangun karena merasakan pegal di punggungnya, ia mencoba membuka pintu kamar Celine yang ternyata tidak di kunci, ia memandang punggung istrinya beberapa saat, ia melangkah begitu saja seolah suasana di dalam kamar itu mengundangnya untuk masuk. Ia naik ke tempat tidur lalu meringkuk di atasnya tanpa berani menyentuh Celine. Ia selalu berhati-hati semenjak menyukai Celine, tapi Celine bergerak dan membalikkan badan ke arahnya, Evan secara tiba-tiba meluruskan tubuhnya untuk menyambut uluran tangan Celine yang akan memeluknya, selain tangan, kakinya juga bertengger nyaman di atas paha Evan, seluruh tubuh mereka menempel satu sama lain. Celine membuka mata sambil mengigau, "Kamu tampan sekali, Evan," ia menatap wajah Evan sebentar lalu menutup matanya kembali. "Kalau kamu begini, aku bisa memangsamu kapan saja," gumam Evan yang merasakan sensasi aneh di tubuhnya dan ia sangat mengerti apa itu. Ia mencoba menarik tubuhnya untuk melepaskan diri, untungnya ia berhasil. Ia m

  • Antara Mencintai dan Melupakan   Bagian 72

    Evan menghampiri Celine setelah semua tamu penting itu pergi, dari tadi ia mengawasi Celine, seandainya istrinya itu meninggalkan acara, ia tidak segang meninggalkan semua tamu pentingnya untuk mengejar Celine, untungnya saat ia melihat gerak-gerik Celine akan kabur, ibunya datang. Ia benar-benar bernafas lega. "Ayo pulang bersama," ucap Evan setelah bergabung dengan ibu dan istrinya. "Iya, sebaiknya begitu," sahut Bu Mery tampak bersemangat. Celine mau tidak mau harus ikut dengan Evan, ia tidak tega merusak wajah bahagia ibu mertuanya. "Sampaikan salam Evan pada papah, papah masih sibuk dengan koleganya," ucap Evan. "Siap," sambut Bu Mery. "Kami pergi dulu, Mah," ucap Celine. "Iya, Sayang," Saat berada di dalam mobil, Evan tidak berani bersuara, Celine juga tampak sangat tenang. "Antarkan aku ke kosan," ucap Celine seadanya. "Baik," Evan hanya bisa menurutinya untuk sementara, tadinya ia sudah membayangkan kehidupan bahagia di rumahnya, tapi karena masalah dengan M

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status