"Istirahat dulu, nanti sore kita akan pergi kemakam ke dua orang tua mu." ujar Sean namun Aurora menolak. "Jika ku bilang istirahat, maka istirahat!" seru nya dengan nada yang sedikit tinggi.
Aurora menunduk, mau tidak mau Aurora masuk ke dalam kamar sebuah Villa yang berada tak jauh dari pantai. Aurora menarik nafas dalam, sudah sangat lama dirinya tidak berziarah ke makam ibunya. Gadis itu sejenak memejamkan mata, mengingat masa kecil nya saat terakhir kali diri nya berkunjung ke makam ibu nya. Namun sayang, ingatan itu kelabu dan Aurora tidak bisa mengingat dengan begitu baik.
Tiba-tiba Sean masuk ke dalam kamar, membuat Aurora yang sejak tadi rebahan manja di atas tempat tidur langsung melompat bangun. "Kenapa kau masuk ke kamar ku?" tanya nya dengan wajah panik.
"Ini kamar ku juga!" seru Sean membuat bola mata gadis itu hampir keluar.
Sean menutup pintu kamar, dengan santai nya pria itu naik ke atas tempat tidur lalu memejamkan ma
"Aku tidak yakin jika ayah kandung mu bernama Harryson, tapi Frans bilang begitu!" ujar Sean sambil menggenggam tangan Aurora menyusuri jalan setapak menuju pemakaman yang ada di pulau itu."Di mana orang yang akan menunjukan jalan untuk kita?" Aurora tidak menanggapi perkataan suami nya dan malah bertanya di mana orang yang akan menunjukkan jalan ke pemakaman."Nama nya paman Pith, dia sudah menunggu kita di gerbang pemakaman." jawab Sean. Hembusan angin menambah romantis suasana itu."Jantung ku sungguh berdebar!" gumam Aurora sambil memegang dada nya dengan tangan kiri."Kenapa?" tanya Sean tidak mengeti."Aku hanya takut jika ayah Frans berbohong." jawab nya penuh rasa takut.Sean menghentikan langkah nya lalu berkata pada gadis itu dengan tatapan tajam. "Berhenti memanggil nya ayah. Dia tidak pantas kau sebut sebagai ayah!"Aurora terdiam, hati nya kembali sakit. Meski Frans sudah merawat dan me
Sejak sore tadi, Aurora berusaha menghindari suami nya. Bahkan gadis itu makam malam tanpa menyapa suami nya. Tidak di pungkiri, Sean merasakan hati nya sedang sakit saat ini. Istrinya sendiri seakan menolak untuk melanjutkan pernikahan yang ia buat sendiri. Tanpa di sadari Sean, segala perbuatan pasti ada timbal balik nya."Besok pagi paman Pith akan memberitahu kita. Aku juga sudah menyuruh orang untuk mencaritahu makam ayah mu." Sean membuka suara namun tetap saja Aurora hanya fokus pada makanan nya."Hmmm...terimakasih!" ucap nya pelan. "Aku sudah kenyang, aku akan kembali ke kamar terlebih dahulu." ujar Aurora kemudian gadis itu pergi dari meja makan.Selera makan Sean menghilang, lelaki itu hanya bisa memandang punggung istri nya. Sikap dingin Aurora ternyata jauh lebih kejam dari pada siksaan yang ia berikan dulu.Dan ternyata, Aurora bukan pergi ke kamar nya melainkan pergi ke saung yang berada di depan Villa dan menghadap langsung k
Bunyi hempasan ombak melengking di telinga Aurora. Gadis itu mengerjapkan mata dan mendapati diri nya kembali tidur di dalam pelukan suami nya. Sudah tidak terkejut lagi bagi Aurora, gadis itu dapat mengingat dengan jelas apa yang sudah terjadi tadi malam. Dengan sangat hati-hati Aurora memindahkan tangan suami nya yang masih melingkar di pelukan nya."Mau kemana?" tanya Sean dengan suara serak nya. Lelaki itu belum membuka mata nya namun tahu jika Aurora sudah bangun."A-aku,...aku akan pergi ke kamar mandi!" seru Aurora dengan suara sedikit terputus.Sean tak menjawab, yang ada hanya dengkuran halus yang ia keluarkan. Aurora memandang heran pada lelaki itu. Tak mau ambil pusing, Aurora bergegas pergi ke kamar mandi.Jam baru menunjukkan pukul enam pagi, namun gadis itu sudah sangat rapi. Aurora melihat jika suami nya masih sangat terlelap. Akhirnya,gadis itu memutuskan untuk pergi ke pemakaman seorang diri.Bahkan Aurora tidak memberitahu s
"Apa kau serius dengan segala ucapan mu tadi Sean?" tanya Aurora dengan pandangan serius.Sean tersentak kaget namun pria itu masih bisa membuang rasa keterkejutan nya dengan pertanyaan Aurora. Sebagai seorang lelaki Sean tidak mau ingkar pada ucapan nya. "A-aku...serius...!" jawab nya tegas namun terdengar jelas suara nya gugup.Aurora kemudian tidak bersuara lagi, gadis itu memilih naik kapal lalu duduk menyendiri. Begitu juga dengan Sean yang memilih untuk duduk menyendiri karena lelaki itu sungguh sangat menyesal dengan segala ucapan nya. Cukup lah bagi Aurora untuk berpikir selama perjalanan pulang, pada akhirnya gadis itu memutuskan untuk memilih pergi dari kehidupan Sean."Jika kau serius dengan ucapan mu, maka aku akan pergi sekarang!" seru nya ketika Sean baru saja menginjakan kaki di daratan.Langkah Sean terhenti, pria itu menatap mata istri nya dengan penuh kasih namun diri nya juga tidak ingin mengekang Aurora seperti apa yang di kata
Aurora mulai mengerjapkan mata nya, gadis itu sudah sadar namun belum sepenuhnya sadar. Pandangan mata nya masih kabur, kepala nya masih sangat pusing juga tubuh nya sangat lemas tak berdaya. Bahkan Aurora tidak bisa mengenali sosok pria yang ada di depan wajah nya yang seperti sejak tadi memanggil nama nya."Sean.....!" ucap nya lirih setelah gadis itu sudah berhasil mengumpulkan kesadaran nya. "Rumah sakit...?" gumam nya lirih."Ya, kau ada di rumah sakit. Kau sudah berhasil membuat ku khawatir semalam. Apa kau puas?" lekai itu tidak bisa mengontrol emosi nya."Maaf tuan, pasien belum sepenuhnya pulih. Tolong jangan membuat keributan." Dokter perempuan itu menegur Sean dengan tatapan tidak suka karena menurut nya Sean sudah bertindak kasar pada seorang perempuan. "Jika anda masih ingin membuat keributan, silahkan keluar!" usir Dokter tersebut tanpa tahu siapa Sean sebenarnya."Dia istri ku, aku ingin tetap di sini." sahut Sean cuek.&nb
Andreson marah besar kepada Sean pada saat diri nya mengetahui jika menantu nya itu telah di culik. Lelaki paruh baya itu mengepalakan ke dua tangan nya geram. Andreson bahkan dengan tega menampar wajah Sean hingga membuat Allena dan Sean saling pandang kebingungan. Bukan kah selama ini Andreson tidak merestui pernikahan Sean dan Aurora, lalu kenapa dia begitu marah ketika mengetahui Aurora telah di culik. "Bukankah aku telah memberi mu perintah untuk menjaga istri mu? lalu kenapa kau begitu ceroboh Sean?" suara berat itu menggema di ruang keluarga hingga membuat Sean bergidik ngeri ketika menatap mata merah milik Daddy nya. "Aku hanya meninggalkan istri ku sebentar untuk mengambil pakaian nya." sahut Sean lagi-lagi mendapatkan tamparan keras dari Daddy nya. Allena ketakutan, gadis itu memilih masuk ke dalam kamar. Gadis itu hanya berharap jika kakak nya tidak akan mati dj tangan Daddy nya. "Kenapa kau begitu bodoh...? apa guna nya kau memiliki banyak anak buah?" tanya Andreson mem
Alice memainkan gunting di tangan nya, wanita itu tersenyum licik memandang Aurora yang sedang ketakutan. Jhon melipat ke dua tangan nya, pria itu sangat mendukung apa yang di lakukan oleh anak nya. Alice maju selangkah, membuat Aurora mundur dengan sisa tenaga nya. "Jangan sakiti aku!" mohon Aurora namun nyata nya Alice masih mencoba menakuti Aurora. "Kau sudah menghalangi ku untuk mendapatkan Sean. Jadi, kau harus lenyap agar aku bisa menjadi satu-satu nya ratu dalam hidup Sean." ucap Alice dengan bangga nya. Sementara itu, Sean dan Julian cukup kesulitan untuk mencari Aurora. Sudah berapa kali Sean berusaha melacak keberadaan istri nya namun tidak bisa. "Seharusnya, menurut pelacakan ku Aurora ada di sekitar sini." ujar Sean bingung. "Apa kau yakin, apa chip itu bekerja dengan baik?" tanya Julian memastikan. Sean kemudian menunjukkan ponsel nya pada Julian, seharusnya Aurora ada di lorong ini namun mereka tidak menemukan siapa pun di sini. Sean kemudian melanjutkan pencarian n
Kembali pulang ke mansion, Aurora langsung masuk ke dalam kamar nga sedangkan Sean pergi ke salah satu tempat yang ada di mansion nya. Wajah nya dingin, bahkan paman Smith tidak berani untuk menyapa pria yang terlihat sedang marah sekarang. Langkah Sean yang lebar, membuat nya sedikit cepat dalam berjalan. Dua orang pria bertubuh besar membukakan pintu untuk pria itu, Sean masuk lalu pintu tersebut di tutup kembali. Yang ada dalam pikiran Sean, wajah memar Aurora yang sampai sekarang belum memudar. Benarkah laki-laki ini telah jatuh cinta pada Aurora? sedangkan pernikahan nya hanya tinggal beberapa bulan saja. "Sean, lepaskan aku!" teriak Alice ketika wanita itu melihat Sean dari balik jeruji besi. Sean tak bergeming, wajah pria itu semakin dingin. Sean memandang lekat rambut panjang Alice, bibir Sean langsung tersungging. "Apa Jhon Charles sudah mati?" tanya Sean dengan suara berat nya. "Lepaskan aku Sean, bagaimana bisa kau memperlakukan teman masa kecil mu seperti ini?" lagi-l