Share

Ayah Untuk Danish
Ayah Untuk Danish
Penulis: Mahfuzah Badrud

Prolog

Katamu, aku keindahan alam yang bisa kau nikmati setiap waktu. Bukan hanya pada bagian setengah gelap di bumi, ketika matahari mulai beranjak ke peraduan. Tapi, kapanpun kamu mau. Tanpa jeda, tanpa harus terhalang cerah gelapnya planet kehidupan ini. Begitu, katamu. Tentang pesonaku. 

Siapa yang tak melayang, disanjung lelaki yang iris matanya setajam elang. Apalagi untuk serorang anak panti—yang baru merasakan cinta pertama, sepertiku. Bersamamu.

First impression kita begitu mengesankan. Hingga saat ini masih melekat begitu kuat dalam ingatan. Dalam keterdiaman, kuelu-elukan di kau jelmaan pangeran, saat hari di mana kau datang, membawakan banyak makanan, juga mainan untuk adik-adik pantiku. 

'Tuhan, semoga jodohku sebaik laki-laki itu,' mohon batinku saat tak sengaja netra kita bertemu. 

"Ah, siapalah aku." Sadarku di malam-malam sunyi, dalam keterdiaman dan hanya ditemani rerintik hujan. Sekuat tenaga kuhempas jauh, namun, bayangmu belum juga pergi. 

Lalu, kita kembali bertemu di hari esok dan esoknya lagi. Entah ini bagian rencana dari salah satu di antara kita. Tapi, aku menyukai pertemuan sederhana ini. Hingga kutahu, kita sama-sama tersiksa mehanan rindu dalam hati.

"Senja, kamu juga seperti cahaya."

Sungguh, aku melayang, Mas. Dada bidang itu kuyakin sebagai sandaran paling kokoh. Tangan kekar itu, pasti cukup kuat untuk melindungi. 

"Aku mencintaimu, Senja. Bagaimanapun latar belakangmu, aku tidak peduli."

Aku sampai tidak bisa tidur beberapa hari, pasca kau utarakan niat baikmu pada Ibu pantiku. Aku wanita paling beruntung di bumi, pikirku saat itu. 

Dan,

Aku belum bisa sepenuhnya percaya, akan kebahagiaan yang harus lenyap begitu tiba-tiba. Malam yang seharusnya begitu syhadu untuk sepasang pengantin kau rusak, dengan mempertanyaan kehormatan pengantin wanitamu. 

Kau meragu, sebab tak ada jejak tertinggal di sprei putih bertabur bunga mawar itu. "Siapa yang melakukannya, hah?! Jawab!" 

Kenapa semuanya berubah terlalu cepat, Mas. Mata elangmu, kenapa tetiba saja sangat menakutiku. Suara beratmu, telapak tanganmu, seketika berubah fungsinya malam itu.

"Jalang! Munafik! Penipu!" 

Sungguh, Mas. Aku tidak begitu. Demi Tuhan, belum pernah ada yang menyentuhku selain kamu, suamiku. Aku juga tidak tahu, kenapa? Kenapa harus termasuk wanita yang tidak bisa meninggalkan bukti nyata untuk laki-laki yang sulit percaya, sepertimu? Kenapa?! 

Semuanya telah hancur. Aku bukan lagi cahaya, aku telah kehilangan pesona senja. Rumah tangga yang dulu kukira akan penuh kehangatan, hanya ada kebekuan di dalamnya. 

Bertahun-tahun kulangitkan namamu, kekasih. Berharap suatu saat kutemukan kembali dirimu yang sebelumnya. Mungkin aku wanita bodoh, tapi, untuk mengakhiri sebuah ikatan sakral aku tak mampu. Sekalipun halal, Tuhanku membenci itu. 

Namun, jangan lupa, aku juga hanyalah manusia biasa, yang akan tiba masanya merasa lelah, atau terbelenggu pada titik jemu. 

Ya, aku mulai merasakan terjebak di posisi itu. Kelakuanmu bukan hanya menyiksaku, Mas. Tapi, juga belahan jiwaku. Tentu saja, malaikat kecil itu hanya belahan jiwaku. Sebab, kau tak pernah mengakuinya sebagai putramu. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status