Beranda / Romansa / Ayo Menikah, Mas Duda! / Bab 82: Rencana Licik (2)

Share

Bab 82: Rencana Licik (2)

Penulis: Mita Yoo
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-24 16:00:23

Galih menutup laptopnya perlahan. Matanya kini fokus ke wajah Katrina. “Kamu berani nyebut nama Aster, setelah semua drama kamu di kantor ini?”

Katrina mendadak terdiam, seperti tak menduga Galih akan langsung menyerang balik.

“Aku tahu apa yang kamu lakukan, Katrina. Kamu pikir aku nggak bisa lihat permainan kecil kamu? Dari cara kamu manfaatin pantry, nyebar gosip, sampai ngadu domba tim desain. Termasuk kamu ngunci Aster di kamar mandi, ‘kan?”

Katrina terkejut, wajahnya berubah pucat seketika. “Aku... aku nggak—”

“Keluar!” potong Galih, suaranya tegas, nyaris tak bisa dibujuk.

Katrina berdiri kaku, bibirnya terbuka seakan hendak berkata sesuatu, tapi Galih sudah berdiri dari kursinya. Sorot matanya dingin.

“Sekarang!” Dia mengulang kalimatnya, sambil menunjuk ke arah pintu.

Katrina akhirnya berbalik, berjalan keluar tanpa kata. Pintu tertutup kembali, menyisakan Galih yang kini berdi
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 82: Rencana Licik (2)

    Galih menutup laptopnya perlahan. Matanya kini fokus ke wajah Katrina. “Kamu berani nyebut nama Aster, setelah semua drama kamu di kantor ini?”Katrina mendadak terdiam, seperti tak menduga Galih akan langsung menyerang balik.“Aku tahu apa yang kamu lakukan, Katrina. Kamu pikir aku nggak bisa lihat permainan kecil kamu? Dari cara kamu manfaatin pantry, nyebar gosip, sampai ngadu domba tim desain. Termasuk kamu ngunci Aster di kamar mandi, ‘kan?”Katrina terkejut, wajahnya berubah pucat seketika. “Aku... aku nggak—”“Keluar!” potong Galih, suaranya tegas, nyaris tak bisa dibujuk.Katrina berdiri kaku, bibirnya terbuka seakan hendak berkata sesuatu, tapi Galih sudah berdiri dari kursinya. Sorot matanya dingin.“Sekarang!” Dia mengulang kalimatnya, sambil menunjuk ke arah pintu.Katrina akhirnya berbalik, berjalan keluar tanpa kata. Pintu tertutup kembali, menyisakan Galih yang kini berdi

  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 81: Rencana Licik (1)

    Aster mengernyit, menurunkan bolpoin yang sedari tadi dia gunakan untuk mencatat. Sorot matanya mencerminkan keraguan ketika Katrina tiba-tiba muncul dari balik pintu dengan ekspresi netral yang sulit ditebak. Di tangannya, Katrina membawa beberapa lembar dokumen, tapi matanya tak lepas dari wajah Aster.“Kamu dipanggil sama Pak Rein ke ruang rapat belakang, yang dekat gudang itu,” kata Katrina, menyodorkan selembar memo.Aster mengambil memo itu, membaca cepat tulisan tangan yang nyaris tak terbaca. Katrina meneruskan kalimatnya. “Katanya, proyek Aeris Pure.”Aster mengangkat alis. “Beneran?” Suaranya ragu.Katrina mengangguk tanpa senyum. “Iya. Barusan aku yang dipesenin buat kasih tahu kamu.”Aster menatap memo itu sekali lagi, masih dengan keraguan yang terasa menggelayut. “Tapi kenapa Pak Rein nggak langsung chat aku lewat messenger kantor? Biasanya juga gitu.”Katrina mengangkat bahu, pura-pura tak peduli. “Mana aku tahu. Mungkin dia lagi buru-buru. Katanya penting.”Aster meng

  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 80: Momen di Ruang Kerja

    Galih merapikan jasnya, menarik napas panjang di depan cermin besar yang menempel di dinding ruang kerjanya. Garis tegas wajahnya tercermin jelas, mata yang menyimpan keyakinan, tetapi juga beban tanggung jawab yang tak ringan.Pikirannya melayang pada Aster. Senyumnya, tawanya, bahkan tatapan jahilnya saat menggoda di tengah rapat. Galih menyentuh dada kirinya, seolah ingin memastikan bahwa tekad yang tumbuh di sana memang nyata adanya."Aku udah mutusin. Cuma tinggal waktu yang belum berpihak," gumamnya lirih.Langkahnya terhenti saat terdengar ketukan halus di pintu.Tok... Tok...“Masuk,” katanya sambil membalik badan.Fariz, manajer sekaligus staf kepercayaannya, muncul dengan wajah tegang. Membawa map tebal yang dipegang erat. “Bos, ada masalah di bagian keuangan,” lapornya cepat. “Ada ketidaksesuaian antara laporan yang dicetak dan data digital di sistem. Selisihnya lumayan besar.”Alis Galih terangkat. “Selisih berapa?”“Kurang lebih dua puluh juta, Bos.”Galih mendesah, mener

  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 79: Badai di Kantor

    Pagi itu sinar matahari menyelinap masuk lewat tirai tipis kamar hotel, menyapu pelan permukaan seprai putih dan menghangatkan kulit Aster. Dia masih dalam dekapan Galih, yang tampak masih terlelap, napasnya teratur dan dalam.Aster menatap wajah lelaki itu lama-lama. Ada ketenangan yang aneh setiap kali dia memandangi Galih dari jarak sedekat itu, seolah dunia luar tak lagi penting, seolah hanya mereka berdua yang ada.Dengan lembut, Aster mengangkat tangannya dan menyentuh pipi Galih. "Mas Gal... kamu kelihatan damai banget pas tidur," bisiknya pelan, nyaris tak terdengar.Galih bergerak sedikit, matanya terbuka perlahan, lalu tersenyum samar. "Aku mimpiin kamu barusan," katanya dengan suara serak khas pagi hari.Aster tertawa kecil. "Kamu yakin bukan mimpi buruk?"Galih menarik Aster makin dekat ke dadanya. "Bukan. Justru mimpi paling hangat yang pernah aku punya."Aster menyembunyikan wajahnya di

  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 78: Hujan dan Kamu

    Aster menyandarkan sisi lengannya sebentar pada kaca jendela, membiarkan embun dari uap hangat dalam ruangan membentuk jejak samar di permukaan dingin itu. Suara hujan yang menghantam aspal dan atap hotel berpadu dengan dentingan lembut musik instrumental dari pengeras suara di langit-langit lobi. Suasana yang membuat Aster lebih tenang, karena hujan membuatnya lebih menikmati momen.Galih mengangkat wajahnya dari layar ponsel dan menoleh ke arah Aster. Dia menyimpan ponsel ke saku jas, lalu meraih dua cangkir kopi dari meja kecil di samping sofa."Masih deres banget di luar?" tanyanya sambil berdiri dan menghampiri Aster.Aster menoleh, lalu tersenyum tipis. "Masih. Payungnya kayaknya nggak cukup kalau buat lari berdua ke mobil kamu, Mas. Bisa jadi kayak lomba lari estafet di tengah badai."Galih tertawa pelan, menyerahkan satu cangkir kopi padanya. "Kalau gitu, kita tunggu. Sambil ngopi. Lagian aku nggak keberatan kok nunggu... asal bareng kamu."Aster mengangkat alis. "Puitis bang

  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 77: Pelampiasan

    Galih memutar kunci dan menutup pintu ruangannya rapat-rapat. Sunyi. Hanya suara pendingin ruangan yang samar terdengar, seolah memberi ruang bagi keheningan yang memuat banyak rasa di antara mereka.Aster berdiri terpaku ketika Galih membalikkan badan dan menghampirinya. Tatapan mata lelaki itu tajam, tetapi bukan karena marah, melainkan karena rindu. Ada kerinduan yang dia tahan seharian.Galih menyentuh wajah Aster perlahan, menyisir anak rambut yang terjuntai di pelipisnya. Jarinya hangat, dan tatapannya melembut saat mata mereka bertemu."Malam ini... aku pengen sama kamu terus, Neng," bisiknya, suara serak dan pelan, seolah menyimpan hasrat dan ketulusan dalam satu tarikan napas.Aster menggigit bibir bawahnya. Pipinya merona. Tangannya mencengkeram ujung kemejanya sendiri, menahan gejolak rasa di dadanya yang tak bisa dia kendalikan."Mas Gal... nggak capek setelah kerjaan yang nggak selesai-selesai tadi?" tanyanya pelan.Aster berusaha mengalihkan suasana, meski matanya tetap

  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 76: Kasak-kusuk

    Keesokan harinya, atmosfer di Dreams Studio terasa berbeda. Suara berbisik-bisik yang berseliweran di lorong kantor membuat langkah Aster sedikit ragu. Beberapa pasang mata menoleh saat dia melangkah. Mata-mata itu memberi tatapan penuh tanya yang cukup mengganggu. Namun, Aster memilih untuk menegakkan kepala dan melanjutkan langkahnya seperti biasa. Dia tak mau terjebak dalam asumsi atau rasa tidak enak hati karena gosip yang entah dari mana asalnya.Dengan tablet di tangan dan beberapa berkas tertata rapi dalam map bening, Aster menuju ruangan Divisi Kreatif yang terletak di lantai dua. Saat pintu dibuka, aroma kopi dan udara sejuk dari AC langsung menyambutnya. Beberapa anggota tim kreatif sudah duduk di kursi mereka, sibuk dengan layar laptop dan moodboard masing-masing.Rein, kepala Divisi Kreatif, sedang berdiri di depan whiteboard, tampak tengah menuliskan beberapa ide konsep iklan. Begitu melihat Aster masuk, dia segera menyambutnya dengan tersenyum ramah.“Pagi, Aster. Sudah

  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 75: Undangan Makan Malam

    Aster menatap undangan berdesain minimalis dengan tinta emas itu, jemarinya menyentuh bagian nama penerima: Untuk Bapak Galih Pramudya — undangan makan malam pribadi dari Yuki Yamada.Meski desainnya elegan, maksud dari kartu itu tidak mampu menyamarkan hal yang terlalu pribadi. Di mata Aster, undangan itu jelas-jelas meremehkannya. Aster meletakkannya kembali ke meja dengan sedikit sentakan halus.Galih bersandar di kursinya, memperhatikan Aster yang berdiri di seberangnya dengan ekspresi yang sukar diterjemahkan. “Kayaknya bukan cuma aku yang tertarik sama kamu, Mas,” ujar Aster sambil melipat tangan di dada. “Sampai orang Jepang itu juga terang-terangan ngundang makan malam.”Galih menyipitkan mata, separuh tersenyum. “Kamu cemburu, sayang?”Aster mengedikkan bahu dengan gaya yang terlalu ringan untuk menyembunyikan ketidaknyamanan yang sebenarnya. “Lebih tepatnya kesel sih. Kayak nggak ada cowok lain aja. Kenapa mesti kamu?”Galih tertawa pelan, matanya masih memandangi Aster sepe

  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 74: Tidak Ada di Kamus

    Aster mengayun langkah menuju meja Galih. Pelan, dia meletakkan laporan dari semua proyek yang mereka selesaikan bulan itu.Galih menyandarkan punggungnya ke kursi kerja, senyumnya belum pudar sejak Aster datang ke mejanya dan meletakkan tumpukan laporan di sana. Matanya tak bergerak sedikit pun dari wajah perempuan itu. Perempuan yang bukan hanya sekretarisnya, tetapi juga sosok yang mengisi hatinya sejak dia memutuskan untuk menjadi seorang Jamal di masa lalu."Ah, saya lupa kalau sekarang sudah di kantor," ucap Galih dengan nada menggoda, menyeringai santai. "Padahal saya masih pengen mandangin wajah cantiknya calon istri saya."Aster mengerjapkan mata, lalu menunduk pelan, menyembunyikan rona merah muda yang perlahan merambat ke pipinya. Jemarinya merapikan selembar dokumen yang agak miring.“Saya bantu cek jadwal Bapak hari ini,” ucap Aster, suaranya lembut tapi jelas. “Setelah itu, kita bisa luangkan waktu untuk… nonton film, mungkin?”Galih terkekeh ringan. “Nonton film?” ulang

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status