BAHAGIA SETELAH BERPISAH 38
**
Aku terkaget saat melihat pria paruh baya di depanku sedang bersama dengan seorang wanita. Terlihat akrab dan mesra seperti sepasang kekasih. Yang lebih membuat panik saat netra kami bertemu. Tak bisa di pungkiri kalau dia terkejut, begitupun aku.
"Bapak!" seruku dengan mata membulat sempurna. Dia membelalakkan netranya melihatku.
"Bapak, Tunggu!" kataku berjalan untuk meminta penjelasan tentang siapa wanita yang bersamanya. Dia terlihat panik dan dengan segera di tariknya tangan wanita itu. Dia keluar dari supermarket itu dan aku juga keluar. Aku hendak mengejar Bapak.
Aku tak mempedulikan dulu Mas Irsyad dan Alisa di dalam karena aku sangat
BAHAGIA SETELAH BERPISAH 39.**PoV YuniNetra Bapak membola melihat aku dan Fatih di sana. Wajahnya pias, dia tak sangka aku dan Fatih ada di sini."Kakek. Kok ada di sini?""Diam kamu, anak kecil gak usah ikut campur. Pergi sana!" sergahnya pada anakku."Fatih cuma bertanya saja sama Bapak, mengapa Bapak ada di sini, kenapa Bapak harus marah. Aneh!" ketus ku padanya melihat sikap garangnya."Kamu juga Yuni, ngapain kamu di sini?" tanya nya dengan wajah garang,mungkin marah aku memergokinya dengan istri mudanya. Sekilas wajahnya terlihat seperti Mas Hamdan, menyebalkan.
Bahagia Setelah Berpisah 40**PoV Hamdan."Mas, Ibu pingsan sepertinya sakit!" Ambar panik dan masuk begitu saja. Aku sedang di kamar dengan kekasihku Lia. Matanya membulat melihat aku dan Lia sedang bermesraan."Apa sih kamu! Masuk rumah orang seenaknya. Nyelonong lagi!" bentak ku padanya. Ambar terlihat pias, apalagi melihat pemandangan aku dengan Lia, ternyata apa yang di katakan Yuni bukan sekedar gosip belaka."Mas, kamu ngapain di kamar segala dengan Mbak Lia?" tanya nya."Bukan urusan kamu!" kataku, aku mengelus lengan Lia agar dia tak takut."Ibu sakit
Bahagia setelah Berpisah 41**PoV Hamdan.Ibu mengendus pakaian Bapak dan dia merasa ada sesuatu yang aneh."Pak, kenapa pakaian Bapak bau parfum wanita?!" tanya Ibu dengan netra tajam menatap Bapak."Ah, enggak kok. Aku tadi ke sini naik bus, agak ramai mungkin tak sengaja parfum mereka menempel!" kata Bapak beralasan. Aku berpindah duduk ke samping kasur, aku juga curiga dengan Bapak. Mungkinkah? Ah, semoga alasannya benar tetapi ini sudah malam."Oh," kata Ibu, dia masih menelisik Bapak dan rautnya apakah dia berbohong atau tidak. Bapak segera menjauh."Ambar! Buatkan Bapak kopi!" katanya pa
Bahagia Setelah Berpisah 42.**PoV Hamdan.Anak kecil berusia sekitar 8-9 tahun itu menarik tangan Bapak. Aku dan Ambar tentu saja tersentak. Karena lelaki itu adalah Bapak kami, kami tak sangka saja Bapak berjalan bersama anak kecil. Apakah itu anaknya?"Bapak!" seru ku dan Ambar bersamaan. Bapak tersentak kaget melihat kami berdua ada di apotek."Hamdan! Ambar!" sentak Bapak membulatkan netranya. Genggaman tangan anak itu dilepaskannya begitu saja."Siapa, Pa?" tanya wanita itu, usianya sepertinya tak jauh dari aku. Mengapa wanita itu memanggilnya 'Pa'.
Bahagia Setelah Berpisah 43.**PoV Yuni."Secepat itu kamu move on dari aku, Yun!" kata Mas Hamdan mendekatiku, aku hanya menatapnya datar melalui kacamataku."Tentu saja. Seperti semudah kamu mengkhianati aku!" balasku padanya. Dia menatap aku juga datar, aku tak paham arti tatapan itu."Ada masalah apa, Yun?" tanya Pak Irsyad. Aku hanya menggelengkan kapala ku."Tidak ada apapun," kataku, aku berjalan melewati Mas Hamdan untuk masuk ke ruang persidangan. Jantungku sedikit berulah menghadapi persidangan ini. Sebenarnya terlalu berlebihan sih, mereka juga ikut datang namun aku berusaha santai saja. Tante Lisna sangat antusias datang bersama Mas Irsya
Bahagia Setelah Berpisah 44.**"Jawab yang jujur, Bu. Apa keperluan Ibu datang ke sini?" kataku pada Ibu. Dia tampak resah."Ibu benar-benar kangen sama Sesil!" katanya, aku tahu dia berbohong. Ambar mengambil gawainya. Dia melihat di layar gawai itu."Sebentar, Mbak. Ada telepon penting dari teman sekampus ku," katanya padaku meminta izin untuk keluar ruangan. Dia beranjak dari duduk nya kemudian keluar ruangan ku.Aku kembali menatap Ibu. Kulihat dia sedikit bingung tidak seperti biasa yang terlihat sangat garang. Aku memanggil Asih salah satu Baby sitter ku lewat telepon. Aku memperkerjakan 3 baby sitter untuk mengurus Sesil dan mereka juga membagi shift kerja.&n
BAHAGIA Setelah Berpisah 45.**PoV Author."Bagaimana ini, Mbar. Kalau sampai kita di usir mau tinggal di mana kita?" Ibu berkata sambil terisak pada Ambar."Aku juga gak tahu, Bu. Aku pusing menghadapi ini. Bagaimana bisa rumah kita di sita. Apa kita bakal numpang sama Mas Hamdan di rumah kontrakannya yang sempit itu?""Ibu gak mau numpang di rumah dia yang sempit itu. Rumah ini nyaman dan Hamdan hanya ngontrak. Masa kita harus terusir dari rumah kita sendiri!" Bu Rowina panik. Wajahnya terlihat lesu. Dipandanginya Ambar yang juga kebingungan."Kita juga gak bisa mengharapkan Bapak, Bu! Kita harus berusaha sendiri untuk keluar dari masalah ini
Bahagia Setelah Berpisah 46**PoV AuthorNetra Bu Rowina membulat melihat suaminya bersama wanita lain dan seorang anak kecil."Bapak!" serunya dengan suara bergetar. Kaki Rowina terasa lemas. Saat itu dia rasanya ingin jatuh saja. Ambar sedang sibuk memperhatikan penjaga toko yang sedang melihat-lihat kalung emas itu."Rowina!" kata Pak Hasan terkejut serta tak sangka ada istri pertamanya di sana. Ela, istri kedua membulatkan matanya juga tak menyangka akan bertemu kakak madunya di tempat ini.Hasan menarik tangan anaknya dan dengan isyarat dia menyuruh Ela untuk pergi dari tempat itu. Dia tahu sendiri seperti apa