Share

BAB 4: Masa Lalu Yang Datang

Kiara menemukan kebahagiaan yang baru. Di aplikasi tersebut dia juga bertemu dengan orang-orang penggiat literasi. Hobi menulis yang selama ini terendap akibat tekanan, hidup kembali bergejolak. Kiara bergabung dengan berbagai grup kepenulisan.

Di sana Kiara pun mempunyai peran, sebagai orang yang pernah menjadi content creator tak jarang Kiara mendapat tawaran untuk membuat klip sebuah video puisi. Perempuan itu merasa kembali hidup. Kebahagiaan menjadi konselor, juga bebasnya dalam berkreasi membuatnya bahagia. Kehidupan yang nyaris sempurna; keluarga yang bahagia juga pekerjaan yang menyenangkan.

Pagi yang cerah, Kiara tengah menyiapkan pakaian sang suami. Ponsel di meja berbunyi, Kiara mengabaikannya, sebab itu ponsel Dirga. Meski sudah berstatus sebagai istri Dirga, Kiara sangat jarang mengecek isi ponsel suaminya. Dia percaya sepenuhnya bahwa sang suami tidak akan berlaku yang aneh-aneh.

Ponsel itu kembali berdering.

"Mas handpone kamu bunyi terus. Boleh aku jawab gak?" tanya Kiara pada sang suami yang masih di kamar mandi.

"Jawab aja, bilang nanti aku telepon balik," balas Dirga.

Kiara menatap ponsel itu lama, mengingat nama yang tampil pada layar. Sepertinya dia tidak asing dengan nama itu, Vita.

"Halo, selamat pagi," ucap Kiara.

"Selamat pagi. Bang Dirga ada?" tanya perempuan di seberang sana.

Kiara mengernyitkan keningnya. Bang? panggilan yang sangat akrab, batinnya.

"Mas Dirga lagi di kamar mandi. Saya istrinya." Kiara sengaja menekan kata istri, agar perempuan itu tahu bahwa Dirga adalah suami orang.

"Ow… gitu. Ya sudah, nanti saya hubungi lagi saja," balasnya, lalu mengakhiri panggilan.

Lama Kiara termangu, dia baru ingat nama itu. Vita adalah nama perempuan yang pernah akan dijodohkan dengan Dirga. Akan tetapi Dirga menolaknya, sebab dia telah berpacaran dengan Kiara pada waktu itu.

"Siapa yang telepon?" tanya Dirga saat keluar dari kamar mandi.

"Vita," jawab Kiara ketus.

Dirga menggeleng pelan melihat tingkah istrinya.

"Ada keperluan apa Vita telepon kamu?" tanya Kiara penasaran.

Dirga menautkan kedua alisnya, merasa ada yang aneh dari pertanyaan sang istri.

"Itu Vita yang pernah dijodohkan sama kamu, kan?" desak Kiara.

Lelaki yang masih mengenakan handuk itu menghampiri sang istri,

"Owh…. Jadi ada yang lagi cemburu," ledek Dirga sembari memeluk istrinya dari belakang.

"Aku ga cemburu," ujar Kiara sambil melepaskan diri dari pelukan sang suami.

"Dia mau beli beberapa unit mobil untuk usaha travel yang sedang dirintisnya," jelas Dirga.

Kiara mengangguk, tapi wajahnya yang oval tidak menampakan senyum sedikitpun.

Dirga yang gemas melihat tingkah istrinya, kembali memeluk dan mencium kening Kiara.

"Ini murni bisnis. Percaya sama aku, ya."

Kiara luluh, dia mengangguk, percaya bahwa Vita menghubungi Dirga murni hanya untuk urusan bisnis, bukan yang lain. Toh dari dulu, Dirga tidak suka pada Vita, jadi tidak mungkin mereka terlibat hubungan asmara, batin Kiara.

Kisah-kisah telah menemukan tuannya. Setiap cerita pun punya catatan sendiri. Tertawa atau menangis akan selalu berdampingan. Oleh karena itu bersedihlah secukupnya, tertawalah sewajarnya. Sebab, hidup selalu punya misterinya sendiri. Jika hari ini kita menangis, bisa jadi besok kita akan tertawa. Tidak ada luka yang abadi begitu juga bahagia. Semuanya sesaat dan akan selalu silih berganti.

Pagi ini langit kota mulai cerah meski masih menyisakan dingin sebab hujan semalam. Kiara menunggui Amel di sekolahnya. Gadis kecil itu berjalan bahagia memasuki kelas. Rambutnya yang dikuncir dua bergoyang, seakan ikut riang. Kiara tersenyum bahagia sekaligus bangga pada putri kecilnya. Amelia tumbuh menjadi anak yang cerdas juga kreatif. Bulan lalu Amelia menang perlombaan melukis tingkat anak usia dini.

Kiara duduk bersama sekelompok ibu-ibu yang juga menunggui anaknya. Ramai mereka membicarakan tentang isu perselingkuhan di kalangan selebriti. Kiara hanya tersenyum, mengangguk, tanpa ikut menjadi komentator perihal kasus tersebut. Ya… Kiara bukan tipe ibu-ibu yang gemar bergosip. Baginya gosip hanya membuang waktu untuk hal yang tidak penting. Jika bukan demi bersosialisasi, Kiara lebih memilih bermain dengan imajinasinya. Entah itu menulis puisi atau cerita pendek.

Kehidupan yang mulai stabil, membuat semangat Kiara untuk menulis kembali menyala. Dia aktif mengikuti beberapa kelas kepenulisan, juga melanjutkan sebuah novelnya yang sempat tak disentuh. Kepahitan dan tekanan hidup pada waktu itu membuat Kiara berhenti menulis.

Lika-liku rumah tangga yang dilaminya sempat membuat Kiara menyesali pernikahannya dengan Dirgantara Alykas, bahkan Kiara pernah ingin mengakhiri hidupnya kala itu. Namun, suara Amelia menyadarkannya bahwa dia harus bertahan demi putri kecilnya.

Mungkin itu juga alasan seorang selebriti cantik yang mengalami KDRT bertahan dalam biduk rumah tangganya. Memaafkan adalah cara yang baik. Kiara pun telah memaafkan banyak hal yang terjadi pada dirinya; suami yang dulu seorang penjudi, mertua dan ipar yang banyak menuntut, kehidupan yang sulit. Semua dilewati Kiara dengan tidak mudah. Sekarang, semua perlahan membaik. Semoga ke depannya pun akan selalu baik.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status