Share

BAB 23

Author: jasheline
last update Huling Na-update: 2025-08-08 22:11:14

Bu Ratna membuka mata, merasakan linu di tubuh dan ketidaknyamanan mental karena ramainya ruangan rumah sakit. Melihat Enzo duduk di sisi ranjang, ia mengeluh pelan.

"Zo, sampai kapan Ibu harus mendekam di sini?" Suara Bu Ratna serak, namun ketidakpuasan tak bisa ia sembunyikan. "Ibu ingin pindah ke kamar VIP saja. Di sini, Ibu sungguh tak betah. Terlalu banyak orang, Zo. Rasanya sesak."

Enzo menghela napas panjang, bebannya terlihat jelas di wajahnya yang pucat dan lelah, dengan mata berkantung akibat kurang tidur dan pikiran kalut.

"Bu, Enzo sedang dalam kesulitan keuangan yang amat sangat. Mohon, jangan menambah beban Enzo dengan permintaan yang terlalu berat dulu, ya. Pikiran Enzo sedang kalut dan buntu, Bu."

Seketika, bibir Bu Ratna mengerucut tajam, membentuk garis kebencian yang samar. Matanya menyipit, menatap Enzo seolah putranya telah mengucapkan sebuah penghinaan. Ia tak terima, sama sekali.

"Enzo! Kenapa kamu begitu ketus pada Ibumu sendiri? Apa ini caramu memperlakukan or
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • BANGKITNYA ISTRI YANG TERTINDAS   BAB 53

    Hembusan angin sore tak mampu menyejukkan hati Enzo. Ia berdiri di depan kantor mewah, menatap kosong ke pintu putar. Besok, palu pengadilan akan meresmikan perpisahannya dengan Amora. Ikrar talak tiga yang dulu diucapkannya mudah, kini terasa seperti bom waktu yang menghancurkan hidupnya. Enzo menyesali keputusannya yang bodoh. Ia tahu ia harus kembali, menghentikan perpisahan ini. Enzo melangkah masuk, menelan ludahnya. Ia merasa semua mata tertuju padanya, seorang pria yang jatuh, memohon-mohon pada istrinya."Amora!" Suara Enzo yang serak memecah keheningan lobi, menarik perhatian para karyawan. Ia berjalan mendekati meja Amora. Amora mendongak, hatinya mencelos melihat Enzo di depannya. Dengan wajah kusut dan mata memohon, pria itu kembali lagi. Amora menghela napas, mencoba mengendalikan emosinya, dan berpura-pura tidak mengenalinya."Kamu lagi, Mas?" Amora menaruh dokumennya dengan suara keras. "Apa nggak bosan datang ke sini terus? Ini kantor, Mas, bukan tempat kamu bikin dr

  • BANGKITNYA ISTRI YANG TERTINDAS   BAB 52

    Pintu rumah Enzo berderit dan bergetar hebat di bawah gedoran yang tak kenal lelah. Suara gedoran itu memecah keheningan pagi yang tadinya damai, menciptakan nada alarm yang mencekam. Di dalam, suasana tegang menyelimuti ruang tamu yang sederhana. "Mas, siapa mereka? Kenapa mereka berteriak-teriak di depan rumah kita?" tanya Livy, suaranya dipenuhi kecemasan saat ia menarik-narik lengan kemeja Enzo. Wajahnya pucat pasi, matanya membesar karena ketakutan. Enzo sendiri, yang biasanya tegar, terlihat gelisah. Enzo menutupi mulut Livy dengan tangan kirinya, berbisik pelan, "Sstt! Diam, Livy!" Ia mencoba menenangkan istrinya, tetapi napasnya sendiri memburu, menunjukkan betapa cemasnya ia."Mereka siapa, Zo? Bukan rentenir, kan?" Dengan suara bergetar, Bu Ratna bertanya pada Enzo. Belum sempat Enzo menjawab, pintu rumah mereka didobrak paksa hingga terbuka.Brak! Suara yang memekakkan telinga membuat semua orang terlonjak kaget. Di balik pintu, beberapa pria berbadan besar, anak buah da

  • BANGKITNYA ISTRI YANG TERTINDAS   BAB 51

    Angin sore itu terasa dingin di wajah Enzo, namun rasa dingin yang menusuk hatinya jauh lebih parah. Ia berdiri mematung di depan toko meubelnya, menatap kosong ke seberang jalan. Di sana, sebuah toko meubel baru yang megah baru saja dibuka. Spanduk besar terpampang mencolok, "Grand Opening! Diskon Hingga 70%!" Tawa riuh rendah dan percakapan pelanggan yang hilir mudik keluar masuk toko itu bagaikan alunan melodi kegagalan yang menyayat-nyayat telinganya.Seorang pegawainya, mendekat dengan wajah cemas yang tak bisa ia sembunyikan. "Pak Enzo, toko mereka ramai sekali. Mereka punya banyak sekali promo, dan harga produknya jauh lebih murah daripada kita. Pelanggan kita sepertinya semua pindah ke sana," lapor pegawai dengan nada gemetar.Enzo hanya bisa menghela napas panjang, mendengus. "Aku tahu, aku tidak buta!" Matanya menyala penuh keputusasaan. "Kalau begini terus, kita bisa bangkrut. Habis kita!" Ia mengusap wajahnya yang kusut dan menyugar rambutnya ke belakang. Enzo merasa sepe

  • BANGKITNYA ISTRI YANG TERTINDAS   BAB 50

    Pagi itu, Amora dengan berat hati menemui Enzo, mantan suaminya, di sebuah restoran. Ia merasa muak berhadapan dengan pria yang telah menyakitinya itu. Enzo menyambutnya dengan senyum lebar, memegang setangkai mawar merah dan kotak cokelat kecil. Melihat hadiah yang tampak tak seberapa itu, Amora tanpa sadar terkekeh sinis, merasa jijik dengan tingkah Enzo."Cokelat sekecil itu?" bisiknya dalam hati. Ia membayangkan Enzo memberikan hadiah itu kepada anak kecil. Tapi, anak siapa? Enzo tidak memiliki anak dengannya. "Apakah dia sudah punya anak dengan Livy?" pikir Amora, sebuah pertanyaan yang menyulut api cemburu yang sudah padam."Amora! Hai!" sapa Enzo dengan suara ramah yang dibuat-buat. "Sudah lama kita tidak bertemu. Kamu terlihat semakin cantik."Amora hanya mengangguk kaku, tidak menanggapi pujiannya. "Untuk apa kamu memanggilku ke sini, Mas? Ada yang perlu dibicarakan?" tanyanya, suaranya dingin dan datar."Duduk dulu, Amora," jawab Enzo. "Aku sudah pesan minuman kesukaanmu. Ju

  • BANGKITNYA ISTRI YANG TERTINDAS   BAB 49

    Suasana di ruang eksekutif terasa mencekam akibat amarah Aiden. Sang CEO muda itu berdiri dengan tatapan membara di hadapan beberapa karyawan yang berlutut ketakutan. Aiden merasa marah dan kecewa karena adiknya, Amora, diperlakukan tidak baik di wilayah kekuasaannya sendiri. Hal ini tidak hanya menyangkut masalah pribadi, tetapi juga harga diri dan otoritasnya sebagai pemimpin.Salah seorang karyawan yang berlutut, seorang pria paruh baya dengan kemeja sedikit kusut, memberanikan diri mengangkat wajahnya, air mata terlihat jelas menggenangi pelupuk matanya. Suaranya bergetar saat ia mencoba menyampaikan permohonan, "Pak… Pak Aiden… kami mohon ampun. Jangan pecat kami!"Karyawan lain menimpali dengan nada yang tak kalah memelas, "Iya, Pak. Kalau kami dipecat, lalu bagaimana nasib keluarga kami? Anak-anak kami akan makan apa, Pak?" Nada putus asa dalam suaranya semakin menambah suram suasana ruangan itu.Aiden mendengus sinis, tatapannya tajam menusuk setiap individu yang berlutut di h

  • BANGKITNYA ISTRI YANG TERTINDAS   BAB 48

    Hawa tegang menyelimuti ruangan. Para karyawan yang tadinya berani mengerubungi Amora, kini mundur perlahan. Kehadiran Aiden di tengah mereka terasa seperti sambaran petir yang tiba-tiba. Wajahnya yang memancarkan aura kekuasaan membuat nyali mereka menciut. Mereka menunduk, saling lirik, seolah baru saja tertangkap basah melakukan perbuatan buruk. Mereka semua tahu, Aiden bukanlah sosok yang bisa diajak main-main. Keheningan yang mencekam itu dipecahkan oleh suara Aiden yang menggelegar, menusuk setiap sudut ruangan. "Kenapa kalian semua diam? Saya tanya, kenapa?! Jawab pertanyaan saya! Siapa yang berani menyentuh adik saya, hah?" Matanya menatap tajam satu per satu wajah yang pucat pasi di depannya. Kebingungan menyelimuti mereka. "Adik?" gumam beberapa orang. Siapa yang Aiden maksud sebagai adiknya? Setahu mereka, Amora hanyalah seorang karyawan baru. Namun, cara Aiden membela Amora begitu protektif, seolah Amora adalah bagian terpenting dari hidupnya. Pandangan Aiden akhirnya ja

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status