Share

MENDADAK ROMANTIS

Penulis: Reinee
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-08 06:46:17

Minggu sore, jika sesuai jadwal saat berpamitan waktu itu, Mas Arman seharusnya sudah pulang. Tapi ini sudah lewat dari jam 9 malam, dan Mas Arman belum juga muncul di hadapanku. 

 

Berkali-kali kucoba menghubungi ponselnya namun tak diangkat. Ah, mungkin masih di jalan, pikirku. Karena Mas Arman selalu kuwanti-wanti agar tidak menjawab telpon saat sedang naik motor. 

 

Sepuluh, dua puluh, tiga puluh, 90 menit berlalu tapi belum juga ada tanda-tanda suamiku itu akan pulang. Aku biasanya akan tahu saat motornya sudah mulai memasuki kompleks perumahan kami. Entah kenapa, tapi memang selalu begitu. Suara kendaraannya yang pasaran itu, bagi aku istrinya, tetap bisa membedakan apakah itu suara motor Mas Arman atau bukan. Mungkin karena sudah sangat terbiasa dengan cara berkendaranya yang sama selama bertahun-tahun.

 

 

Sepertinya aku tertidur di kursi ruang tengah untuk beberapa saat lamanya, karena aku terbangun kaget saat kudengar suara deru mesin mobil di halaman rumah kami. 

 

Dengan mata masih mengantuk, aku bergegas keluar mengintip dari gordyn ruang tamu. Benar saja, ada sebuah mobil yang sedang diparkirkan di halaman rumah kami. Mobil siapa?

 

Perlahan kubuka pintu saat seseorang keluar dari mobil tersebut. Dan aku kaget saat ternyata itu adalah suamiku.

 

"Mas Arman?" 

 

"Belum tidur, Ray?" tanyanya sambil menghampiriku dan mencium keningku seperti biasa. 

 

"Mas kok bawa mobil. Motornya dimana?"

 

"Kutinggal di kantor. Sudah kemalaman tadi. Jadi aku bawa mobil saja."

 

"Memangnya ini mobil siapa, Mas?"

 

"Mobil ... kantor lah," jawabnya santai walaupun ada sedikit nada gugup sebelumnya.

 

"Mobil kantor? Boleh dibawa pulang?"

 

"Iya, kan fasilitas baru buat Mas."

 

"Oooooh gitu ya." 

 

Aku sedikit keheranan sebenarnya, tapi Mas Arman segera menggandengku masuk. Wajahnya malam ini kulihat sangat ceria. Padahal seharusnya dia lelah setelah perjalanan jauh. Atau mungkin, dia sedang senang dengan mobil barunya. Bisa saja, karena terkadang barang baru memang bisa membuat kondisi hati seseorang menjadi lebih baik. 

 

"Aku angetin makan malamnya dulu ya Mas. Sudah dingin kayaknya, soalnya tadi kusiapkan dari sore," kataku saat kami sudah sampai di ruang tengah dan dia bermaksud masuk ke dalam kamar.

 

"Nggak usah, Ray. Mas udah makan kok tadi."

 

"Oh, sudah?"

 

"Iya." Dia mengangguk 

 

"Ya sudah, kalau gitu mandi dulu. Lalu istirahat, Mas."

 

"Sudah juga," katanya.

 

"Sudah mandi?" Dahiku berkerut. Lalu menoleh ke arahnya.

 

"Mandi dimana, Mas?"

 

"Di ... kantor kan ada," tukasnya.

 

"Ooh ... di kantor?" Aneh. Seumur-umur dia tidak pernah mandi di kantor. Ini kok tiba-tiba ... ah, entahlah. 

 

Dengan pikiran yang masih berkecamuk. Aku menemaninya ngobrol hingga larut malam di ruang tengah. Sebenarnya aku merencanakan memeriksa ponselnya nanti setelah Mas Arman sudah terlelap. Tapi sepertinya dia nampak belum juga menunjukkan tanda-tanda mengantuk.

 

"Mas belum ngantuk?" tanyaku. 

 

"Belum. Masih pengen berduaan sama kamu dulu, Ray, kangen. Oya, aku sampai lupa. Aku punya oleh-oleh lho buat Kamu," katanya kemudian. Lalu dia segera bangkit dan mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Dan aku begitu kaget saat dia memberikan sebuah kotak kecil perhiasan padaku. 

 

"Ini apa, Mas?" 

 

"Buka aja," katanya dengan percaya diri. 

 

Perlahan kubuka kotak perhiasan yang dia berikan. Dan alangkah terkejutnya aku melihat sebuah kalung di dalamnya yang sepertinya harganya tidak murah.

 

"Kalung? Mas kok beli kayak gini buat aku?" Aku benar-benar tak bisa menyembunyikan keherananku.

 

"Kamu suka?"

 

"Suka sih ... tapi, darimana Mas dapat uang buat beli ini?" Aku menatapnya penuh selidik.

 

Aku sangat tahu berapa gaji suamiku sebagai seorang supervisor yang dijabatnya belum begitu lama itu. Gaji bulanan yang dia berikan padaku saja tidaklah seberapa. Hanya terbilang cukup untuk hidup di kota ini. Apalagi kami masih harus mengangsur cicilan KPR dan juga motorku. 

 

"Aku baru dapat bonus dari kantor," katanya dengan bangga.

 

"Ooh, benarkah?" Mataku sontak membulat. Syukurlah kalau gitu. Meskipun sedikit lega dengan jawabannya, tak urung aku masih tetap bertanya kenapa tiba-tiba dia melakukan itu semua?

 

Seharusnya aku senang dengan pemberian suamiku kali ini. Karena ini hal yang sangat jarang dia lakukan padaku. Bahkan untuk membelikanku perhiasan, seingatku belum pernah, kecuali hanya pada saat dia memberikanku mas kawin pernikahan. 

 

Setelah kejadian yang aku alami dua hari ini, semua hal baik yang dilakukan suamiku kali ini justru membuatku semakin curiga.

 

"Sini kupakaikan," katanya. Dan ini juga pertama kalinya dia melakukan hal seromantis ini padaku. Ada apa sebenarnya denganmu, Mas?

 

 

Malam sudah kian larut saat dia membimbingku masuk ke kamar kami. Lalu ada hal aneh lagi yang terjadi. Semalaman Mas Arman seperti tidak mau melepaskan diri dariku. Dia bahkan tidur sambil memelukku hingga pagi. Membuatku lupa dengan rencana yang sudah kususun untuk memeriksa ponselnya saat dia tidur.

 

 

Ketika pagi menjelang keanehan pun terjadi lagi. Entah karena apa, dia begitu bersemangat pagi ini. Bahkan dia sudah siap dengan seragam kerjanya padahal hari masih terlalu pagi.

 

"Nggak usah siapin sarapan, Sayang. Aku makan di kantor saja nanti."

 

"Boros, Mas. Makan di rumah saja," usulku.

 

"Nggak papa sekali-kali, Ray. Nggak akan boros. Aku berangkat dulu ya?" katanya sambil mencium keningku dan balik kucium punggung tangannya seperti biasa.

 

"Sepagi ini sudah mau berangkat? Keanu belum bangun lho Mas," protesku.

 

"Nggak papa, nanti aku usahakan pulang cepat. Ada meeting penting pagi ini soalnya." 

 

Dan tak berapa lama kemudian dia sudah melaju meninggalkan rumah dengan mobil yang diakuinya sebagai mobil kantor itu. 

 

 

Seperginya Mas Arman, aku terduduk lemas di kursi dapur. Jelas ada yang tidak beres dengan semua ini. Mas Arman mendadak jadi sangat romantis tak seperti biasanya. Aku pernah ingat ada seseorang yang berkata untuk berhati-hati jika suami sudah mulai terlalu perhatian berlebihan tanpa sebab yang jelas. 

 

Seandainya saja tidak kudapati bayangan wanita itu di video call dengannya kemarin, pasti perubahan Mas Arman saat ini akan sangat membuatku bahagia. Tapi karena peristiwa yang mencengangkan itu, justru kini hatiku jadi semakin tak menentu. 

 

 

 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • BAYANGAN WANITA DI VIDEO CALL SUAMI   MIMPI YANG MENJADI NYATA (ENDING STORY/ AUTHOR'S P.O.V)

    Bagai mimpi yang menjadi nyata, Raya yang telah hampir sebulan menjadi istri seorang Galih Rengga Atmaja akhirnya merasakan juga membuka mata dalam pelukan lelaki yang beberapa waktu lamanya hanya ada di alam mimpinya itu.Rasanya bahkan wanita itu enggan beranjak dari tempat tidur agar bisa tetap menikmati wajah suaminya yang indah itu dalam lelap tidur.Galih yang tertidur pulas di depannya bagai malaikat tak berdosa yang jauh dari sifat sombong, angkuh, dan arogan yang selama ini ditunjukkannya pada Raya.Namun hari sudah beranjak siang, dan Raya tidak ingin terus terusan tidur di siang bolong seperti ini."Mas," panggilnya lirih sambil mengusap lembut pipi sang suami.Galih yang merasakan sentuhan tangan Raya membuka matanya dan melebarkan senyum pada wanita yang akhirnya bisa dia nikmati setelah dinikahinya hampir s

  • BAYANGAN WANITA DI VIDEO CALL SUAMI   AKU MENGINGINKANMU SEUTUHNYA, MAS! (AUTHOR'S P.O.V)

    "Mas, sebenarnya kita ngapain sih di sini?" Raya mendekati Galih yang baru saja mendudukkan dirinya dengan nyaman di sofa menghadapi layar TV setelah mengambil sekaleng minuman dingin dari minibar di kamar itu.Galih menoleh ke arah istrinya dengan senyuman remehnya seperti biasa."Menurut Kamu ngapain?""Nggak tau," Raya mengedikkan bahunya. Dia memang benar-benar nggak paham apa yang dilakukan Galih di tempat itu."Sekali kali Kamu tenang saja di dekatku, nggak usah banyak tanya, nurut aja, bisa kan?" tanya Galih kemudian. Kali ini wajahnya dihiasi senyum manis. Namun hanya sepersekian detik saja, pandangannya sudah beralih kembali menatap ke layar televisi datar di depannya.Raya yang menyadari usahanya bertanya hanya akan sia-sia saja, akhirnya hanya bisa diam di samping suaminya. Matanya dengan terpaksa ikut m

  • BAYANGAN WANITA DI VIDEO CALL SUAMI   KALAU MAU TINGGAL BILANG, APA SUSAHNYA?

    "Rayaaa!!!" teriak Galih menggelegar dari lantai atas.Pak Farhan yang sedang berbicara dengan Mbok Yem di dapur pun sampai kaget dibuatnya. Apalagi Raya yang pagi itu sengaja menemui Gilang untuk mengambil masakan titipan Mbak Luna untuk Raya yang di titipkan padanya.Gilang nampak tersenyum lucu saat melihat wajah Raya yang tegang karena mendengar teriakan suaminya yang sangat keras tadi, yang menggegerkan seisi rumah."Ya, Mas!" sahut Raya menjawab teriakan suaminya itu. Lalu cepat-cepat mengembalikan rantang ke tangan Gilang."Mas, tolong Mas bawain ke dapur dulu ya?" kata Raya cepat, lalu buru-buru berlari menaiki tangga rumah. Gilang terpingkal menyaksikan kekonyolan sepasang suami istri itu."Ada apa sih, Lang?" tanya Pak Farhan yang masih keheranan berjalan dari arah dapur mendekati Gilang.

  • BAYANGAN WANITA DI VIDEO CALL SUAMI   HUKUMAN UNTUK PARA PENGACAU

    "Kalian ini benar-benar manusia-manusia menjijikkan!!"Aku kaget saat mendengar Mas Galih berbicara sangat keras."Kalian semua dipecat!!" lanjutnya kemudian, membuat semua orang yang berada di ruangan itu membelalak. Tak terkecuali tiga orang tersangka kekacauan yang tadi hanya duduk sambil menundukkan wajah di depanku dan Mas Galih."Pak, tapi bukan saya yang salah, Pak Galih. Dia yang menyerang saya lebih dulu." Lagi-lagi Anggita membela dirinya menunjuk ke arah Mirna.Belum sempat kudengar apa yang akan dikatakan suamiku untuk menjawab pembelaan Anggita, tiba-tiba wanita bernama Mirna itu bangkit dan dengan gerakan cepat menghambur ke arahku, bersimpuh di depan kakiku. Aku yang kaget sontak beringsut lebih mendekat ke Mas Galih yang juga kulihat sama kagetnya denganku."Mbak, Mbak Raya, tolong Mbak, jelaskan pada Pak

  • BAYANGAN WANITA DI VIDEO CALL SUAMI   PERTENGKARAN ANGGITA SI PELAKOR DI KANTOR

    "Kenapa Kamu? Bosan?" Mas Galih menatapku jengah dari kursi kerjanya. Mungkin dia risih melihatku dari tadi menggeser-geser dudukku di sofa dengan tak beraturan.Saat aku balik menatapnya dan menggeleng, dia pun segera kembali ke pekerjaannya menekuri laptop di depannya. Aku yang bingung harus melakukan apa dari tadi memang hanya duduk bersandar men-scroll layar ponselku naik turun nggak jelas dari tadi. Mungkin raut kebosanan terlihat sangat jelas di wajahku hingga membuatnya terganggu."Tidur saja kalau ngantuk. Nanti aku bangunkan kalau aku sudah selesai," katanya.Kenapa orang ini tiba-tiba jadi ribet begini? Harusnya tadi dia biarkan saja aku pulang bersama Mas Gilang. Jadi dia bisa fokus bekerja dan aku bisa tenang menunggunya di rumah. Kalau seperti ini kan justru jadi tidak nyaman buat kami berdua?"Tidur?" Keningku berkerut memandang sekeliling.

  • BAYANGAN WANITA DI VIDEO CALL SUAMI   CEMBURUNYA MAS GALIH

    "Mau kemana, Raya?"Kudengar suara Papa Farhan dari arah serambi saat aku sedang melangkah tergesa melewati ruang tengah. Saat aku menoleh, kulihat papa mertuaku itu sedang berbincang dengan Mas Gilang di kursi serambi. Lalu kusempatkan diri untuk menghampiri mereka sebentar."Kok buru-buru mau kemana?" tanya orang tua itu lagi saat aku sampai di tempat mereka."Ini Pa, mau ke kantor," ucapku sambil menunjukkan lunch bag yang sedang kutenteng."Apa itu?" Lelaki tua itu membulatkan mata ke arahku."Makan siang buat Mas Galih, Pa," kataku malu-malu. Terdengar Papa Farhan terkekeh, sementara Mas Gilang menutupi mulut menyembunyikan senyumannya."Kenapa? Apa tidak boleh mengantarkan makanan ke kantor ya, Pa?" tanyaku keheranan. Melihatku kebingungan papa pun menghentikan tawanya. 

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status