Share

BAB 5. GEGABAH

Author: Putri putri
last update Last Updated: 2022-03-11 20:29:57

“Kamu selingkuh sama Mbak Nilam kan, Mas! Ayo mengaku!” teriakku dengan napas memburu.

Mas Bayu yang sedang meneguk kopi langsung tersedak mendengar teriakanku. Dia terlihat panik sebentar, tapi kemudian tenang kembali. 

“Kamu ngomong apa sih, Dek?” tanya suamiku dengan wajah seperti kebingungan.

“Halah! Enggak usah pura-pura bodoh, Mas! Aku sudah punya bukti kalau kamu selingkuh sama Mbak Nilam,” seruku. 

“Kamu jahat, Mas!” tambahku sambil berusaha memukulinya dengan bantal yang tadi tergeletak di sampingnya. 

“Hei... kamu kenapa sih, Dek. Bukti apa?” tanya Mas Bayu sambil terus berusaha menghalau pukulanku yang bertubi.

Sejenak, aku berhenti memukulinya. Dengan nafas terengah, aku menatap nyalang pada laki-laki yang telah menghalalkanku. 

“Jangan mengelak terus! Aku tidak bodoh, Mas! Tadi malam kamu mandi keramas kan! Mbak Nilam juga aku lihat rambutnya tadi basah. Pasti kalian selingkuh saat aku sedang tertidur kan? Ayo mengaku!”  bentakku. 

“Ada apa sih pagi-pagi sudah ribut? Kayak anak kecil saja!” gerutu ibu dari arah kamarnya. Aku melirik sekilas padanya yang tengah mendekat ke arah kami. 

“Mas Bayu selingkuh sama Mbak Nilam, Bu,” sahutku sambil menatap marah pada laki-laki di hadapanku.

“Astaghfirulloh. Kalau ngomong itu jangan asal, Lin. Jatuhnya nanti fitnah,” ucap Ibu terdengar bijak. 

“Aku enggak asal kok. Tadi malam aku lihat Mas Bayu Mandi keramas. Tadi juga aku lihat Mbak Nilam rambutnya basah. Status W*-nya juga menjurus ke situ. Belum lagi anaknya Mbak Nilam sangat mirip sama Mas Bayu. Apa masih belum cukup bukti?” jelasku pada ibu.

Seketika wajah ibu berubah tegang. Dia hanya diam tak menyangkal ucapanku. Berbeda dengan Mas Bayu yang terlihat biasa-biasa saja. 

“Kamu ini bagaimana sih, Dek? Di dunia ini banyak yang wajahnya mirip, tapi bukan berarti orang tua mereka selingkuh kan?” 

Aku terdiam mendengar ucapan Mas Bayu. Yang dia katakan memang benar, tapi tetap saja aku meyakini suamiku telah selingkuh.

“Kalau masalah keramas, semua orang juga bisa melakukannya. Kebetulan saja Mbak Nilam habis keramas. Bisa saja dia baru selesai datang bulan. Kamu jangan khawatir, aku setia kok,” lanjut Mas Bayu

Skak matt! 

Aku terus terdiam, tak mampu menyangkal ucapan suamiku. Sebenarnya aku ingin menanyakan mengenai story W* mbak Nilam, tapi percuma. Semua yang aku tuduhkan terbantah oleh argumennya. Namun, firasatku tetap mengatakan Mas Bayu tak setia.

“Makanya, kalau ngomong dipikir dulu. Jangan asal bunyi. Untung saja Bayu anaknya sabar. Kalau tidak, kalian pasti sudah bertengkar,” cibir ibu mertuaku. 

Sejak dulu mertuaku memang sangat membanggakan Mas Bayu. Setiap ada perdebatan kecil, dia pasti membela anaknya. 

“Enggak apa-apa kok, Bu. Elin cuma cemburu. Itu tandanya mantu ibu cinta sama aku,” sahut Mas Bayu santai. 

“Ya sudah, ibu mau ke kamar dulu. Nanti suruh istrimu beli makanan saja. Ibu lagi malas masak,” pungkas ibu lalu beranjak meninggalkan kami. 

Sesaat kemudian, aku pun turut meninggalkan Mas Bayu sendirian. Dengan perasaan kesal aku masuk kamar untuk mengambil ponsel lalu memesan ojek online. 

Beberapa lama menunggu, akhirnya yang ojek pesananku datang juga. Aku langsung menyambar tas lalu segera keluar. 

“Mau kemana, Dek, kok bawa tas segala?” tanya suamiku yang masih duduk di tempat tadi.

“cari angin,” jawabku sambil terus berjalan.

“Aku ikut ya,” ujar Mas Bayu. 

“Enggak usah. Aku lagi pengin sendiri,” sahutku ketus tanpa menolehnya. 

**** 

Lima belas menit perjalanan, akhirnya sampai juga di tempat tujuan. Aku turun di depan sebuah rumah model mimimalis dengan halaman yang cukup luas. Setelah membayar nominal yang disebutkan oleh sang Driver,  gegas aku memasuki pekarangan rumah ini. 

“Assalamu alaikum,” ucapku sambil mengetuk pintu tiga kali.

Tak lama kemudian, terdengar suara yang sangat kukenal menjawab salamku dari dalam, diikuti bunyi derit pintu yang terbuka.

“Ya alloh, Elin, Kapan kamu pulang?” sapa Rere, sahabatku. 

Tanpa aba-aba dia langsung memelukku girang, membuatku kesulitan bernapas. Aku pun balas memeluknya. Rere memang sahabat terdekatku. Kami sudah berteman sejak lama.

“Kemarin, Re,” jawabku setelah pelukan kami terurai. 

“Gimana kabar kamu, baik kan?” tanyanya kemudian. 

“Seperti yang kamu lihat,” sahutku sembari mengendikan kedua bahu. 

 Rere terlihat memindai penampilanku dari bawah sampai atas, lalu berhenti saat mata kami beradu pandang.

“Wajah kamu kok kusut gitu sih? Kayak lagi banyak pikiran,” celetuk sahabatku. 

“Ya gitu deh,” sahutku lirih.

“Masalah apa sih? Kok enggak cerita sama aku?” cecarnya lagi. 

“Mau aku cerita sambil berdiri begini?” sindirku karena belum dipersilakan masuk. 

“Ups! Maaf kelupaan. Masuk yuk ,Lin,” ajak Rere sembari menarik tanganku. 

Aku hanya pasrah saat Rere menuntunku ke dalam. Dia membawaku ke kamar tidurnya. Ini bukan hal baru. Setiap aku main ke sini, dia memang selalu mengajakku ke kamarnya. Katanya lebih nyaman.

“Kamu ada masalah apa sih, Lin?” ulang Rere saat kami telah duduk di tepian ranjang. 

“Enggak ditawari minum dulu?” ledekku mengulum senyum.

“Minumnya nanti saja. Cerita dulu. Sudah penasaran nih,” akunya.  

Perlahan, aku mulai menceritakan apa yang kualami saat ini. Mulai dari kecurigaanku sampai menanyakan langsung pada Mas Bayu. Dia terlihat antusias mendengarkan ucapanku sambil sesekali mengelus punggungku.

“Lagian kamu sih gegabah,” ujarnya setelah aku berhenti bercerita, “ seharusnya kamu lebih sabar, sampai punya bukti yang kuat. Kamu harus Main cantik, Lin.”

“Mana bisa sabar, Re. Apalagi main cantik. Aku sudah terlanjur emosi,” keluhku. 

“ Emosi sih Emosi, tapi jangan bodoh kayak gitu. Kamu harus selidiki dulu. Misalnya cek ponsel suamimu kek, atau kamu tanya-tanya dulu sama tetangga. Kalau perlu kamu kerja sama dengan suaminya tetanggamu.” 

Rere begitu semangat menasihatiku. Wejangan demi wejangan disampaikan dengan gamblang. Aku hanya mengangguk mendengarkan, sambil merutuki kebodohanku yang bertindak grasa grusu. 

 Tanpa terasa sudah hampir tiga jam kami berbagi cerita, padahal rasanya baru sebentar. Aku lekas pamit karena memang sore ini aku berencana mengunjungi rumah orang tuaku. Sekalian membicarakan mengenai usaha kecil-kecilan yang akan kubuka. 

“Aku balik dulu, Re. Makasih ya sudah mendengarkan curhatku,” pamitku  

“Iya, kalau ada apa-apa jangan lupa hubungi aku ya,” pesannya sebelum kami berpisah.

“Oke.” 

Aku pun langsung pergi karena ojek pesananku sudah datang. Sepanjang perjalanan pulang, aku mulai menyusun rencana untuk mengungkap perselingkuhan Mas Bayu. 

“Kamu harus main cantik, Lin!” 

Aku mulai membatin, menasihati diri sendiri.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Teten Devans
ceritanya jg g seru krn pemainnya asl maen nyelonong.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • BAYI TETANGGA MIRIP SUAMIKU   ENDING?

    5 bulan kemudian.Pada akhirnya aku bisa bernafas lega karena pengadilan menyetujui perceraian kami meskipun harus melewati drama yang cukup melelahkan.Mas Reyhan bersikukuh tak mau berpisah. Itulah kenapa kasus perceraian ini tak kunjung selesai. Bahkan di pengadilan dia terus meminta perceraian ini dibatalkan. Selama proses persidangan, aku tinggal di rumah orang tuaku. Ini kulakukan agar ada yang menjaga Hanin saat pergi ke toko ataupun urusan yang berhubungan dengan perceraian. Di hari minggu sore ini aku memilih duduk di teras menikmati kesendirian ketimbang melakukan aktivitas lain. Sengaja aku tidak ke toko karena ingin melepas lelah setelah semua yang kulewati. Deru mesin mobil yang memasuki halaman berhasil memecah kesunyian yang tengah kubangun. Sesosok laki-laki yang selama ini mengganggu tidurku turun bersama Bu Erna, perempuan yang sudah seperti ibu bagiku. Benar. Dia memang Daffa. Sejak hari itu kami tak pernah lagi bertemu. Bahkan sekedar say hello melalui jejaring

  • BAYI TETANGGA MIRIP SUAMIKU   SESAL

    POV Reyhan. Aku menatap nanar pada kertas di tanganku. Sedikit pun tak pernah terlintas dalam pikiran bahwa semua terbongkar dan akhirnya Rere akan menggugat cerai. Sebenarnya aku sudah berencana mengakhiri hubungan dengan Dera karena mulai merasakan cemburu melihat kedekatan Rere dan Daffa. Sayangnya semua harus terbongkar sebelum sempat aku mengakhiri. “Aku enggak nyangka kamu berubah menjadi monster yang kejam, Rey,” tutur Elin seusai perginya Rere dan Daffa. Aku mengalihkan pandangan pada sosok yang pernah mengisi hati ini. Entah sejak kapan getaran indah yang dulu kurasakan kini tak ada lagi. “Maafkan aku, Lin.” Aku membuang muka ke sembarang arah. “Bilang maaf itu gampang, Mas! Apa kamu menyadari secara tidak langsung kamu telah menjadikan aku seorang pelakor?” sela Dera yang berdiri tak jauh di samping Elin. Laksana pecundang, aku tertunduk tak berani menatap wajah mereka apalagi menyahut. “Kenapa diam! Ayo bicara, Mas!” bentak Dera. Hening. Hanya sesekali terdengar n

  • BAYI TETANGGA MIRIP SUAMIKU   HARI TERAKHIR

    Butuh waktu lebih dari satu jam untuk sampai ke rumah ibu. Tadi aku sempat meminta Daffa memelankan laju motornya agar Hanin tak terlalu kena angin. Kedua orang tuaku menyambut di depan teras. Mereka menatapku dengan tatapan penuh selidik. Wajar. Aku belum menceritakan apa pun pada mereka. “Ada apa ini, Re. Kenapa kamu membawa barang-barangmu ke sini?” Baru saja turun dari motor, ibu langsung memberondongku dengan wajah cemas. Aku meraih tangan ibu dan mencium punggung tangannya lalu berganti pada bapak. Pun dengan Daffa. Dia melakukan hal yang sama. “Mas Reyhan selingkuh, Bu. Dia mau menikah lagi,” jawabku kemudian. Kontan saja bapak dan ibu kaget dengan ucapanku. “Astaghfirulloh...” Ibu menutup mulutnya dengan tangan. Raut kesedihan jelas terlihat di wajahnya, bahkan bulir bening mulai menggenang di sudut mata itu. Lain halnya dengan bapak. Dia tidak menangis. Wajahnya yang memerah, juga suara gemeletuk giginya terdengar jelas menandakan amarah tengah menguasai pikirannya.

  • BAYI TETANGGA MIRIP SUAMIKU   SELAMAT TINGGAL SEMUANYA

    “Tara.... ini dia kejutannya, Mas!” teriakku sedikit keras. “De... Dera...” ucap Mas Reyhan tergagap. Wajahnya memucat seolah darah tak lagi mengalir di sana.Aku tersenyum melihat Mas Reyhan yang tampak seperti ketakutan. “Iya, Mas! Ini aku Dera. Kok kamu kaget sih?” sahut Dera yang belum tahu kenyataan sebenarnya. Mas Reyhan kebingungan. Dia menatap aku dan Dera bergantian. “Kok malah bengong, Mas! Masa ketemu calon istri kok begitu. Enggak romantis!” Aku tersenyum mengejek melihat suamiku yang tengah panik. “Maksud kamu apa ya, Re? Kok bilang dia calon istrinya Reyhan?” tanya Elin. “Tanya saja sama Mas Reyhan.” Aku beranjak keluar lalu segera kembali setelah menitipkan Hanin pada Daffa. Tadi Daffa juga sudah mengambil motornya dan diparkir di halaman rumah. “Bagaimana Mas? Apa kamu sudah menjawab pertanyaan Elin?” tanyaku setelah duduk di sebelah Elin. Mas Reyhan tak menyahut. Dia hanya diam masih dalam posisi semula. “Sebenarnya kamu kenapa sih, Mas? Kok aneh begitu?” sel

  • BAYI TETANGGA MIRIP SUAMIKU   KEJUTAN UNTUK REYHAN

    Dua minggu sudah Daffa menjadi sopir pribadiku. Selama itu juga setiap hari kami bersama. Demi membuat Mas Reyhan cemburu, terkadang aku pulang sampai jam sembilan malam. Namun, kami tak melakukan apa-apa, hanya sekedar healing atau duduk-duduk di rumah kontrakkan sambil berbagi cerita. Benar! Mas Reyhan terpancing amarah. Dia sering mengajak ribut, tapi aku memilih bermain ponsel ketimbang menanggapinya. Wajar saja dia marah, selama dua minggu belakangan aku tak pernah mengurus keperluannya. Masak, mencuci atau membersihkan rumah tak pernah lagi kulakukan. Salah sendiri dia menganggapku telah mati. Hari ini aku berniat mengakhiri permainan ini. Rasanya sudah tak sabar ingin memberi kejutan untuk Mas Reyhan. Selain itu, terlalu sering bersama Daffa membuat hati merasa nyaman. Aku takut ini tak baik untuk kami. Makanya harus segera diakhiri. “Kayaknya ini hari terakhir kamu menjadi sopirku,” ujarku pada Daffa saat kami sedang santai di teras kontrakkan.“Loh, kenapa, Mbak?” tanya

  • BAYI TETANGGA MIRIP SUAMIKU   Merekrut Dera

    Seperti biasa, pagi ini aku bangun jam setengah lima. Namun, kali ini tak beraktivitas di dapur melainkan langsung mandi dan berganti pakaian yang luwes. Rencananya hari ini aku akan ke toko lagi. Sejak hamil lima bulan aku memang memilih tinggal di rumah. Tadi malam saat Mas Reyhan terlelap aku sempat menghubungi Daffa. Dia bersedia menemaniku pagi ini. “Kok pagi-pagi sudah rapi, Dek?” Mas Reyhan yang baru bangun tidur menatap heran. “Iya, aku mau menengok toko,” jawabku sambil menyiapkan pakaian Hanin. Kok pagi banget?” tanyanya lagi. “Ya enggak apa-apa, Mas! Aku pergi dulu ya,” pamitku setelah membopong Hanin. Tanpa menunggu lama, aku beranjak keluar kamar. “Dek, apa pakaian kerjaku sudah disetrika?” tanyanya sebelum aku melangkah jauh. “Maaf, aku enggak sempat. Nanti setrika sendiri saja,” jawabku sambil terus melangkah. Baru saja sampai teras, Mas Reyhan mendahului lalu mencegatku. “Kamu apa-apaan sih. Bukannya menyiapkan pakaian suami malah main pergi saja!” teriak Mas

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status