Home / Romansa / Istri Kontrak Tuan Pewaris Dingin / BAB 19 : Ini Sangat Aneh

Share

BAB 19 : Ini Sangat Aneh

Author: TenMaRuu
last update Last Updated: 2025-07-24 00:33:30

"Aku tidak suka investasi yang labil."

Kalimat itu terasa seperti tamparan terakhir. Dingin, tajam, dan tidak menyisakan ruang untuk bantahan.

Alina sudah siap.

Ia menarik napas, mengumpulkan sisa-sisa energi dan amarahnya.

Ia sudah menyusun tiga argumen balasan di kepalanya.

Siap untuk melanjutkan perang ini hingga fajar tiba jika perlu.

Tapi, Revan tidak memberinya kesempatan.

Pria itu, bukannya meladeni tatapan tajam Alina, justru melakukan sesuatu yang sama sekali tidak terduga.

Ia menghela napas.

Bukan helaan napas kesal atau marah.

Ini adalah helaan napas yang dalam dan panjang.

Sebuah helaan napas yang terdengar... sangat lelah.

Seolah semua energi yang ia gunakan untuk memasang topeng dinginnya seharian penuh, kini habis tak bersisa.

"Sudah cukup untuk malam ini, Alina," katanya, suaranya tidak lagi setajam tadi. Hanya datar dan letih.

Ia berjalan melewati Alina, menuju minibar di sudut ruangan. Mengambil dua botol air mineral dingin.

Lalu, ia berbalik dan menyodorkan satu botol pada Alina.

Alina menatap botol itu, lalu menatap wajah Revan. Bingung.

"Leo memang seperti itu," lanjut Revan, seolah menjawab kebingungan di mata Alina.

"Dia selalu mencari celah untuk menjatuhkan lawannya. Jangan dimasukkan ke hati. Anggap saja itu bagian dari permainan."

Ini aneh.

Ini sangat aneh.

Revan yang memberinya nasihat? Revan yang mencoba... menenangkannya?

Dunia terasa seperti akan kiamat.

Alina menerima botol air itu dengan ragu. Jari-jari mereka tidak bersentuhan.

"Kenapa... kenapa kau membawaku ke sini jika kau tahu akan bertemu dengannya?" tanya Alina pelan, pertanyaan yang sejak tadi berputar di kepalanya.

Revan tidak langsung menjawab. Ia membuka botol airnya dan minum beberapa teguk.

"Karena aku perlu tahu," katanya akhirnya, "apakah 'aset'-ku ini cukup kuat untuk menghadapi serigala sepertinya. Atau hanya akan jadi domba yang siap disembelih."

Jawaban yang kejam, tapi anehnya jujur. Pria ini tidak sedang menghiburnya, ia sedang memberikan laporan analisis.

Dan kejujuran yang brutal itu, entah kenapa, terasa lebih bisa diterima daripada simpati palsu.

Alina tidak tahu harus merespons apa. Otaknya terlalu lelah untuk mencerna semua keanehan ini.

Ia mengira Revan akan berjalan menuju tempat tidur besar yang berada di tengah ruangan. Tapi pria itu justru berjalan ke arah sofa panjang yang menghadap jendela.

Ia meletakkan jasnya di sandaran sofa, lalu mulai melonggarkan kancing kemejanya.

Ia tidak menatap Alina, tatapannya lurus ke arah lampu kota di luar jendela. "Aku tidur di sini," katanya singkat, seolah sedang berbicara pada pantulan dirinya di kaca.

Alina hanya bisa menatapnya dengan mulut sedikit terbuka.

"Besok akan jadi hari yang panjang," tambah Revan, tanpa menoleh. "Kau butuh istirahat yang cukup."

Setelah itu, ia benar-benar merebahkan dirinya di sofa. Memunggungi Alina, seolah percakapan mereka sudah selesai.

Alina masih berdiri di tengah ruangan, memegang botol air mineral yang dingin.

Ia menatap punggung Revan yang kini berbaring di sofa. Lalu ia menatap tempat tidur king size yang kosong dan maha luas.

Ini tidak masuk akal.

Setelah semua perang dingin, setelah semua perdebatan, setelah semua kontrol...

Pria ini memberinya gencatan senjata.

Sebuah kelembutan yang tiba-tiba, yang datang tanpa peringatan.

Dan entah kenapa, kelembutan yang tak terduga ini terasa jauh lebih menakutkan dan membingungkan daripada semua kekerasan verbal yang pernah Revan lontarkan padanya.

Malam itu, untuk pertama kalinya, Alina merasa tidak sedang berbagi kamar dengan seorang monster.

Monster itu jelas dan bisa dilawan. Malam ini, ia merasa sedang berbagi kamar dengan sebuah labirin.

Semakin ia mencoba mencari jalan keluar, semakin ia tersesat di dalam teka-teki bernama Revan Adhitama.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Kontrak Tuan Pewaris Dingin   BAB 26 : Pertolongan Pertama

    Dan begitulah akhir dari drama babak pertama.Satu bantingan pintu yang keras.Setelah itu? Hening. Tapi ini bukan hening yang biasa. Ini adalah hening yang punya bobot, yang terasa menekan bahu, yang membuat udara di dalam suite mewah itu terasa sulit untuk dihirup.Alina masih berdiri mematung di balik pintu kamarnya, tangannya yang gemetar masih mencengkeram gagang pintu. Jantungnya berdebar begitu kencang, memompa campuran antara rasa takut dan adrenalin ke seluruh tubuhnya.Ia mendengar langkah kaki Revan yang menjauh dari pintu utama, lalu berhenti.Dengan napas yang tertahan, Alina memberanikan diri. Ia membuka pelan pintu kamarnya.Revan berdiri di tengah ruangan, memunggunginya. Bahunya terlihat tegang.Saat pria itu berbalik, tatapan mereka bertemu.Dan di sanalah Alina melihatnya. Wajahnya yang pucat, tangannya yang sedikit gemetar. Revan, yang seolah bisa membaca setiap detail kecil, pasti menyadari bahwa pertahanannya telah runtuh.Alina sudah siap untuk apa pun. Siap

  • Istri Kontrak Tuan Pewaris Dingin   BAB 25 : Jangan Sentuh Dia

    Perjalanan kembali ke suite hotel di dalam lift terasa begitu berbeda.Jika tadi pagi lift ini terasa seperti sebuah kotak sempit yang menyesakkan, kini lift yang sama terasa seperti podium kemenangan yang sunyi.Alina tidak berkata apa-apa. Revan pun diam.Tapi keheningan di antara mereka tidak lagi canggung. Ada sebuah pemahaman baru yang menggantung di udara. Sebuah pengakuan tanpa kata bahwa mereka baru saja melewati sebuah pertempuran bersama.Dan mereka menang.Begitu pintu suite tertutup di belakang mereka, Alina akhirnya bisa bernapas dengan lega. Adrenalin yang sejak tadi membuatnya berdiri tegak kini mulai surut, meninggalkan perasaan lelah yang memuaskan.Ia melepaskan sepatunya yang berhak tinggi dan berjalan ke arah jendela, menatap lampu kota Singapura yang kini terasa lebih ramah."Kerja bagus," sebuah suara tiba-tiba memecah keheningan.Alina menoleh.Revan berdiri di

  • Istri Kontrak Tuan Pewaris Dingin   BAB 24 : Konsep yang Jujur

    Boardroom itu terasa dingin, bukan hanya karena pendingin ruangan yang disetel rendah, tapi juga karena atmosfer di dalamnya.Di satu sisi meja panjang yang mengilap, duduklah Leo Santoso, dengan senyum percaya diri yang seolah sudah memenangkan pertempuran bahkan sebelum dimulai.Di sisi lain, duduklah Alina. Jantungnya berdebar kencang, tapi ia memaksakan punggungnya untuk tetap tegak. Di sampingnya, Revan duduk dengan tenang, wajahnya adalah topeng netralitas yang sempurna. Ia benar-benar memposisikan diri sebagai klien, sebagai juri.Selain mereka bertiga, ada dua orang lain di ruangan itu. Dua investor dari Singapura yang mewakili pihak penanam modal.Yang pertama adalah Mr. Chen, seorang pria paruh baya dengan pembawaan tenang dan tatapan mata yang bijak.Yang kedua adalah Ms. Yuo, seorang wanita muda yang terlihat sangat cerdas dan kritis, dengan kacamata berbingkai tipis dan tatapan yang seolah bisa memindai setiap kebohongan."Baik, terima kasih atas kehadirannya," Revan mem

  • Istri Kontrak Tuan Pewaris Dingin   BAB 23 : Dua Jenderal

    Alina tidak bisa tidur nyenyak.Pikirannya terlalu pusing, terjebak di antara bayang-bayang Revan yang berbaring di sofa dan tulisan tangan di atas sticky note kuning itu.Pelajari musuhmu.Saat fajar pertama kali menyingsing di ufuk Singapura, Alina sudah duduk di sofa yang sama tempat Revan tidur semalam. Map tebal berwarna cokelat itu terbuka di atas pangkuannya.Ia membacanya.Bukan hanya membaca, tapi menelannya bulat-bulat.Ini bukan sekadar portofolio. Ini adalah sebuah pembedahan total terhadap Leo Santoso.Di dalamnya ada semua proyek yang pernah Leo tangani, lengkap dengan foto-foto indah, data bujet, dan daftar klien. Tapi bukan itu yang membuat Alina terpaku.Di antara data-data yang berkilauan itu, terselip analisis mendalam yang jelas-jelas bukan buatan Leo. Ada catatan-catatan kecil di pinggir halaman, ditulis dengan pulpen tinta hitam.Analisis tentang pilihan material Leo yang cenderung murah tapi dibungkus dengan fasad yang mewah. Analisis tentang bagaimana ia serin

  • Istri Kontrak Tuan Pewaris Dingin   BAB 22 : Pelajari Musuhmu

    Kalimat itu menggantung di udara, terasa penuh makna."...itu juga yang membuatnya tak ternilai."Setelah itu, keheningan mengambil alih. Tapi ini bukan keheningan yang dingin atau canggung. Ini adalah keheningan yang terasa rapuh, seolah sebuah gelas kristal baru saja diletakkan di tepian meja, dan keduanya menahan napas, takut jika satu gerakan yang salah akan membuatnya jatuh dan pecah berkeping-keping.Revan adalah orang pertama yang memecah kontak mata.Ia berdeham pelan, sebuah suara kecil yang terdengar begitu keras di tengah kesunyian. Lalu, ia berbalik dan berjalan ke arah jendela kaca yang besar, memunggungi Alina.Ia menatap kerlip lampu kota Singapura di bawah sana. Sebuah cara untuk membangun kembali dindingnya yang baru saja retak.Alina hanya bisa diam, mengamati punggung pria itu. Punggung yang selalu terlihat tegap dan kokoh, tapi entah kenapa, saat ini terlihat sedikit... berbeda.Apa aku sudah melangkah terlalu jauh?Pikiran itu melintas di benak Alina.Apa aku bar

  • Istri Kontrak Tuan Pewaris Dingin   BAB 21: Aku Menjual Cerita

    Revan berdiri menjulang di hadapannya, tatapannya menuntut, tidak memberikan ruang untuk alasan."Tunjukkan padaku strategimu."Udara di dalam suite mewah itu terasa menipis. Ini adalah momen penentuan. Momen di mana Alina harus membuktikan bahwa klausul yang ia perjuangkan mati-matian semalam bukan hanya gertakan sambal.Alina menarik napas dalam-dalam.Ia menatap tumpukan coretan dan diagram di buku sketsanya. Data, studi kasus, analisis kompetitor. Semua ada di sana. Ia bisa saja menyajikan argumen yang sangat teknis, sangat logis, sangat… Revan.Tapi ia tahu, itu adalah permainan yang tidak akan pernah bisa ia menangkan. Melawan Revan dengan logika adalah seperti mencoba memadamkan api dengan bensin.Maka, ia melakukan sesuatu yang tidak terduga.Ia menutup buku sketsanya. Dengan satu gerakan pelan yang terasa begitu final.Revan mengangkat sebelah alisnya. Sebuah gestur kecil yang menunjukkan ketertarikan.Alina bangkit berdiri, menyejajarkan tatapan matanya dengan pria itu."Str

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status