Ditinggalkan oleh gadis nyaris sempurna calon istrinya membuat Ya'qub mencari pelampiasan. Niatnya itu salah, membuat dia juga mendapatkan Nayyara pengantin pengganti yang salah. Rumah tangga mereka berjalan dengan saling benci, padahal Ya'qub tahu segala tugasnya dan konsekuensinya. Sementara bagi Nayyara dia masih lajang nan urakan. Status pernikahan dengan Ya'qub pun dia dapatkan karena dikorbankan. Bersama melalui tragedi dan permasalahan membuat mereka saling menjatuhkan hati sebagai kekasih halal. Belum sempat mengungkapkan, datang lagi para masa lalu membuat hubungan itu nyaris kacau balau. Tersakiti dirasakan Nayyara kala diusir Ya'qub karena adanya rumor yang menyebar. Ya'qub kira berjauhan itu tepat, ternyata sangat menyiksa hatinya. *** Mampukah suami istri muda itu mempertahankan hubungan halal mereka? Ataukah memilih berganti pasangan lagi?
Lihat lebih banyakBrak... Brak...
"CRAZY!" teriak seorang pria dewasa dengan segera bangun dari terbaring nya di jalanan.
"Astagfirullahalazim," ujarnya kemudian dengan suara pelan, tetapi emosi masih menguasai hatinya.
"Bisa bawa mobil gak sih lo?!" tanya pria itu, Ya'qub Lutfi Al Lathif namanya, dengan intonasi berteriak.
Seorang pria yang tampak kacau tertangkap pandangan Ya'qub, padahal Ya'qub yang jatuh ke tanah, tapi malahan pria di depannya ini yang tampak jauh lebih kacau.
"Nama gue Arthan, bang. Jangan marahin gue ya, bang?" kata lelaki itu.
Sontak saja semakin membuat Ya'qub mengernyitkan dahi. Bang? Sepertinya usia mereka sepantaran. Namun, Ya'qub enggan menegur dan mengajak berbicara santai, sebab pria yang mengenalkan diri dengan nama Arthan itu jika dilihat-lihat sedang mabuk makanya tampak kacau sekali. Jika Ya'qub menegur bisa-bisa urusan semakin panjang.
Walhasil Ya'qub hanya bersedekap dada dan menatap Arthan dengan tatapan tajam, "Lo udah bikin kesalahan, enak banget minta gak di marahin?!" tukas Ya'qub. Dia sudah emosi besar lebih dulu, lalu Arthan membuat-buat kejadian, mana mungkin Ya'qub masih bisa menahan dengan mudah?
"Terus mau gimana, bang? Mau minta ganti rugi?" Arthan bertanya dengan ekspresi wajah yang tampak ciut.
"Ga-"
"Oke oke, bang. Tunggu," potong Arthan lalu memundurkan langkah menuju pintu mobil pria itu.
Ya'qub memang sedang mengendarai motor ninja nya tadi, sedangkan Arthan menggunakan mobil, lalu mobil Arthan menabrak motor Ya'qub sehingga membuat si pengendaranya pun jatuh ke aspal.
"Nih, bang, cewek gue ambil aja, terserah lo mau diapain."
Dugh...
Bersamaan dengan Arthan mengatakan itu tubuh seorang wanita menimpa tubuhnya Ya'qub, hal itu terjadi karena ternyata Arthan mendorong tubuh wanita itu. Disebabkan tubuh wanita itu agak oleng, mau tidak mau Ya'qub pun terpaksa memegangi kedua tangannya.
Setelah Arthan meminta Ya'qub menunggu tadi, pria itu memang menundukkan kepala beserta pandangannya, sehingga dia tidak tahu apa yang dilakukan Arthan. Ia pun juga sangat terkejut adanya tubuh wanita itu tiba-tiba menimpanya.
Sekarang Ya'qub telah mengangkat pandangan dan melihat Arthan menutup pintu mobilnya, rupanya tadi Arthan menarik wanita ini dari dalam mobil, kemudian mendorongnya ke arah Ya'qub.
"Kita putus, Ra," ujar Arthan lagi, kali ini kepada wanita di depan Ya'qub, terbukti dengan Arthan menepuk-nepuk pundaknya.
"Lo yakin nyerahin dia kepada gue? Dan membebaskan gue melakukan apapun kepadanya?" Ya'qub ingin memperjelas, otaknya sedang kepikiran sesuatu.
"Tentu, dia bukan lagi cewek gue, bye!" tutup Arthan, lalu memasuki mobil dan melajukan nya lagi membelah jalanan, yang kali ini memang sedang sepi, sehingga tidak ada orang yang ikut campur dalam urusan mereka ini.
"Gue jadiin lo pelampiasan!" mantap Ya'qub tanpa mempertimbangkan lebih dan terburu-buru memutuskan. Bersamaan dengan mobil Arthan melewati dirinya.
Sepeninggal Arthan, Ya'qub terdiam tiga detik, lalu langsung teringat bahwa kulitnya dengan kulit gadis di depannya ini masih bersentuhan, sontak saja Ya'qub melepaskan karena bukan mahram, dan dengan gerakan sedikit mendorong, membuat gadis itu juga terduduk di aspal, lalu terbaring dengan kepala miring, dan wajahnya tertutup. Ya'qub merasa gadis itu juga mabuk, makanya sejak tadi tidak sadar juga, padahal sudah ditarik dan didorong Arthan, sekarang di dorong Ya'qub juga tidak sadar.
Setitik penyesalan akhirnya Ya'qub rasakan atas mantapnya dia berkata barusan, sebab mendapatkan wanita yang pernah apalagi suka mabuk bukanlah suatu hal yang bisa disyukuri, malah sepatutnya dirurtuki.
Pria berambut hitam itu merogoh saku kemejanya dan mengambil handphone canggihnya dari sana, kemudian menghubungi nomor seseorang.
"Jemput gue pakai mobil!" suruh Ya'qub kepada seorang pria melalui handphone itu kala panggilan sudah terhubung.
***
Beberapa bulan kemudian... "Mama, umi? Ini bagusnya yang mana ya?" tanya Nayyara menunjuk sebuah rak yang tersusun beberapa baju bayi. "Kalau bayi baru lahir, baiknya gak usah pake baju yang begini," timpal umi Yasmin. "Bener, memakaikannya susah," sahut mamanya Nayyara menanggapi. Tiga orang wanita yang memiliki usia berbeda itu sedang recok di salah satu toko perlengkapan bayi di sebuah mall, usia kandungan Nayyara yang sudah memasuki tiga puluh minggu membuatnya dan para ibunya harus berbelanja kebutuhan bayinya dan Ya'qub. "Astaghfirullah!" pekik Nayyara kaget melihat keranjang belanja miliknya sudah berisi setengah penuh perlengkapan si kecil. "Kok udah penuh ya? Mama, umi! Ini keranjang kita kan, ya? Atau bukan? Kok udah berisi banyak banget?" tanyanya mencolek wanita paruh baya di sisinya agar memperhatikan sesuatu yang ia maksud. Tepat ketika dua wanita ibunya itu membalikkan badan tuk melihat keranjang, seorang pria berambut hitam ikal datang dengan tangan penuh barang
Beberapa hari kemudian... Rumah abi Yasser dan umi Yasmin sedang sepi-sepinya karena waktu memang menunjukkan tengah malam, kecuali sebuah kamar di lantai atas milik sang putra pertama, di sana cerocosan uring-uringan dari seorang perempuan memenuhi isi kamar. "Ihhh gak suka, ganti ganti!" suruh Nayyara kepada suaminya yang baru saja membalikkan badan ke arahnya. Perempuan berambut coklat terurai itu tengah duduk di sofa dengan bersedekap dada, posisi kakinya sekejap-sekejap berganti, kadang bersila kadang diluruskan. Sementara Ya'qub suaminya berdiri di depan lemari yang pintunya terbuka tidak kunjung ditutup sejak satu jam yang lalu. "Yang mana lagi, Nayya?" tanya Ya'qub bingung. Tepat tengah malam tadi, Nayyara membangunkan dirinya memintanya untuk memakai baju-bajunya, katanya Nayyara menginginkan melihat suaminya ini memakai pakaian yang beragam. "Baju kamu banyak tauk, cobalah pakai semuanya, aku mau liat!" Nyaris saja Ya'qub menganga mendengar penuturannya Nayyara, memak
Perasaan Nayyara campur aduk saat ini, biarpun sesuatu yang sudah lama dia inginkan, yakni bergenggaman tangan dengan Ya'qub suaminya sendiri, sudah tercapai, tetap saja ada suatu perkara lain yang membuatnya belum bisa untuk benar-benar senang. Bagaimana jika... Bagaimana jika... Sejak tadi kalimat berawalan dua kata diatas selalu terlintas di benaknya, ketimbang terpikir semua pertanyaan ketakutannya itu Nayyara ingin mencoba berfokus pada bagaimana caranya dia untuk tidak merisaukan semua itu. "Tenang, bumil tidak seharusnya risau," celetuk Ya'qub tiba-tiba membuka obrolan, membuat Nayyara segera menolehkan kepala ke arahnya. "Gak bisa," ungkap Nayyara jujur. "Tarik nafas, buang, lakukan beberapa kali sampai tenang." Ya'qub memberikan arahan berharap bisa menjadi solusi. Sesuai petunjuk dari suaminya, Nayyara pun melakukannya, setelah mulai tenang dia menimpali, "Kayak mau lahiran aja di suruh tarik dan buang nafas!""Emang mau lahiran sekarang?" tawar Ya'qub asal, moodnya s
"Kira-kira anak siapa itu?"Mendengar pertanyaan barusan membuat Nayyara menarik kemudian menghela nafasnya panjang, ia tidak diperkenankan untuk sakit hati atas pertanyaan itu, sebab ulahnya sendirilah yang memancing suaminya bisa bertanya demikian. Lalu, sebuah iPad mini dilemparkan Nayyara asal tetapi dia yakin akan mendarat di pahanya Ya'qub yang memang berposisi duduk. Di layar iPad itu sudah tampak suatu gambar yang ingin Nayyara tunjukkan pada Ya'qub, dia yakin pria itu bisa memahaminya sendiri tanpa harus dia jelaskan, sekarang mood Nayyara kembali berubah jadi malas bicara meniru Ya'qub. "Mengapa membuat drama ini?" tanya Ya'qub heran, sembari menscroll layar iPad tersebut. "Karena aku kesal," judes Nayyara. Krik... Krik... Setengah menit terjadi hening di ruang tamu apartemen itu, Nayyara enggan memulai pembicaraan lagi, dia ingin menunggu pria dingin ini lebih dulu bersuara. Bahkan, Nayyara juga membuang muka mengalihkan tatapannya dari sang suami. "Eh!" pekik Nayyar
"Kenapa mama biarin pria ini masuk sih, ma?" keluh Nayyara ketika melihat seorang pria muda berambut ikal berdiri di belakang mamanya. "Kalian harus bicara tau, Nay," sahut sang mama enteng. "Udah, ma, kita udah-""Belum semuanya," potong pria itu yang tidak lain adalah Ya'qub Lutfi Al Lathif. Dua kata yang Nayyara dengar itu sontak saja membuat hatinya bergetar, malangnya bukan bergetar karena baper ataupun bahagia, tetapi karena tegang takut Ya'qub menyampaikan sesuatu yang tidak dia inginkan. Bagaimana jika dia membicarakan tentang perceraian? batin Nayyara ketakutan. Jujur saja Nayyara belum siap tentang itu, sama sekali, di samping ada seseorang ini yang kehadirannya belum diketahui seorang pun terkecuali dirinya dan Allah Ta'ala. "Yasudah mama tinggal dulu, mama tau kalian berdua sudah dewasa, sudah bisa mengambil keputusan dengan bijak seharusnya, jangan sampai salah mengambil keputusan, itu saja pesan mama," timpal mamanya Nayyara, kemudian berlalu pergi. Tidak akan, ma,
Nayyara menggigit bibirnya sekuat mungkin agar suara tangisnya tidak terdengar, air matanya mungkin tidak akan sederas ini seandainya tidak mendengar satu kalimat lirih barusan, sekalipun dia dan suaminya terhalang sebuah pagar taman tidak membuat Nayyara tuli akan kalimat yang terucap dari bibirnya Ya'qub ternyata. Akhir-akhir ini Nayyara juga cukup moodyan, moodnya bisa berubah secepat dia mengedipkan mata, dan Nayyara tau kok mengapa dia begitu. Ternyata bawaan... Dengan segera dia menggelengkan kepala enggan semakin mengingat perkara itu lagi, ia tidak seharusnya terlalu bahagia takut nantinya akan jatuh pada relung kesedihan saja.Tidak seharusnya terlalu lama berada di sini takut nantinya malah diketahui pria yang dia hindari, Nayyara pun segera mengetikkan pesan kepada sopirnya untuk menjemputnya di taman ini. Posisi Ya'qub yang duduk di pinggiran jalan yang mana jalan tersebut mau tak mau harus dilewati Nayyara untuk pulang, membuat Nayyara kebingungan apakah dia harus menut
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen