"Bang, ada masalah." "Masalah apa, Jas?" Terdengar suara ragu dari seberang telpon, "Itu Bang, mas Adam memukul salah seorang manajer di perusahaan, Robert Januzi. Manajer Personalia." "Terus bagaimana situasinya?" "Saat ini mas Adam ditahan di pos security dan pria yang dipukulinya sedang diurus oleh tim medis perusahaan." "Hmn.. tapi, ada masalah sedikit bang." Ucap Anjas ragu, lalu melanjutkan, "Pria yang dipukuli mas Adam berniat melaporkan hal ini kepada polisi. Saya sudah coba mendamaikan mereka, tapi Robert tidak bisa ditenangkan dan tetap bersikeras menaikkan kasus ini." "Hmn, apa dia berniat cari mati? Tenang saja, biar saya yang urus. Kamu cukup pastikan mereka berdua masih berada di perusahaan, mengerti?" "Paham, Bang. Mengerti!" Anjas menyapu keringat dingin di keningnya, begitu Ia menutup ponselnya. Ia tidak menyangka, baru hari kedua putra bos besarnya bekerja di sana dan sudah menimbulkan masalah. Beruntung, security perusahaan sedang patroli untuk memeriksa kea
"Hai, Nad!" "Nad, entar siang makan tempat biasa yah!" "Halo, Nad. Nanti bantuin finishing job gue yah!" "Hmn... Kalau Nadya dah datang, aura ruangannya jadi berbeda gitu yah." "Eh, eh main comot aja, baru juga gue buka snacknya." Begitulah sapaan orang-orang kantor jika Nadya sudah datang. Suasananya langsung berubah ceria dan bersemangat. Itu karena sifat Nadya yang supel dan dekat dengan siapapun. Nadya seperti pelangi yang membuat suasana dimanapun tempat ia berada langsung berubah penuh warna. Sekaligus juga magnet yang dapat membuat siapapun akan mendekatinya, begitulah arti keberadaan Nadya di antara semua orang. Nadya baru saja duduk di depan mejanya dan baru saja meletakkan tasnya di atas meja. Tapi, keningnya menjadi sedikit berkerut begitu menemukan keganjilan yang menganggu matanya. "Gira, siapa yang merapikan meja saya yah?" Tanya Nadya penasaran pada teman sebelah mejanya. Meja antara karyawan dibatasi oleh sekat setinggi monitor komputer mereka untuk memberi pri
Mungkin inilah yang disebut, sengsara membawa nikmat. Dipindahkan bekerja ke lantai lannya sebagai hukuman karena aksi nekatnya menyerang salah seorang manajer, Adam malah dipertemukan dengan seorang wanita yang telah membuat jantungnya bergetar, Nadya Elvaretta Pramudya. Seorang wanita cantik dan sangat ramah yang bekerja sebagai arsitektur di perusahaan Ayahnya. Wanita anggun yang telah berhasil menggetarkan hati Adam ketika pertama kali bertemu. Kejadian dimana Nadya mencarinya karena 'salah' merapikan meja kerjanya, membuat Adam mulai mengenal kebiasaan 'unik' Nadya. Adam jadi tersenyum sendiri, mengingat betapa menariknya sikap Nadya di mata Adam. Itu karena Adam merapikan peralatan kerja Nadya, yang sebelumnya terlihat cukup berantakan. Padahal, jika Nadya sedikit saja lebih teliti memeriksa meja kerjanya, ia akan dapat langsung menemukan peralatan kerjanya yang telah tersusun rapih. Hanya saja, seperti penjelasan Susan padanya. Nadya itu orangnya memiliki kebiasaan unik,
Adam baru saja mengantarkan minuman untuk beberapa karyawan di lantai 16. Dia celingukan sesaat ke mejanya Nadya, namun tidak menemukan gadis manis tersebut di sana. Padahal saat itu masih jam kerja, "Nadya kemana ya?" Pikir Adam penasaran. "Adam, kamu lihat siapa sih? Gira?" Adam tidak menyadari jika Prita sedang memperhatikannya. "Eh? Tidak. Ini aku mau ngantar vanilla untuk Nadya." Adam sedikit gugup dan ia tidak sepenuhnya berbohong, karena di atas nampan yang dibawanya memang ada secangkir vanilla susu yang khusus disiapkannya untuk Nadya. Awalnya, Adam berinisiatif untuk mengantar susu vanilla kesukaan Nadya, agar ia lebih semangat bekerja. Karena Adam tahu jika Nadya sangat menyukai minuman itu. "Oh pesanannya Nadya toh! Eh, tapi gosip itu beneran, 'kan?" "Gosip yang mana?" Tanya Adam bingung. Prita celingukan sebentar, ia sedikit merendahkan suaranya dan agak mencondongkan badannya ke arah Adam. Ia berkata, "Katanya kamu sama Gira jadian." Adam terbatuk. 'Sial, si
Menik bercerita banyak tentang ke khawatirannya pada Adam, setelah aksi nekad Adam menyerang Robert hari itu. Dari informasi Menik juga, Adam jadi tahu kalau Robert telah di keluarkan dari perusahaan. Pihak perusahaan ternyata telah melakukan investigasi khusus terhadap Robert dan menemukan banyak kecurangan dan penyalah gunaan wewenang yang telah di lakukan oleh Robert. Menik ternyata bukan satu-satunya korban pelecehan Robert, ada beberapa wanita lainnya sebelum ini. Hal itu terungkap, begitu tim investigasi dari perusahaan berhasil membuat para wanita yang menjadi korban untuk bicara. Adam teringat dengan ucapan Anjas sebelumnya, cuma dia belum tahu kalau Robert sampai diberhentikan saat itu. 'Bisa saja itu adalah campur tangan pak Ali.' Pikir Adam. Menik tidak lama bicara dengan Adam, karena ia harus segera kembali bekerja. Mereka berjanji akan berkumpul sesekali untuk sekedar reuni. Dari kejadian itu, Menik menganggap Adam adalah teman yang dapat dipercayanya. Adam merasa c
Tok tok Tok "Kak Adam, dipanggil sama babe tuh. Makanannya udah siap." Sapa Zahra, putri tertuanya ncang Ari. Zahra sudah berdiri di depan pintu kamar Adam yang terbuka, ia senyum-senyum ketika melihat Adam yang saat itu sedang berbaring sambil menatap layar HP-nya. Ia sudah akrab dengan Adam, semenjak Adam tinggal di rumahnya. Sehingga sudah tidak canggung lagi untuk masuk ke dalam kamar Adam, ketika pemuda tampan tersebut berada di kamarnya. Ya, Adam semenjak berhenti bekerja di toko kelontongnya Ncang Ari dan bekerja sebagai OB di perusahaan Widjaja, kini tinggal di tempatnya ncang Ari. Ia menempati kamar di lantai atas rumah Ncang Ari yang sebelumya difungsikan sebagai gudang. Kini ruangan tersebut sudah bersih dan menjadi kamar sementaranya Adam. Semenjak tinggal disana selama tiga hari terakhir, Adam juga sudah cukup dekat dengan keluarganya ncang Ari. Utamanya Zahra, putri sulungnya ncang Ari. Gadis manis berkulit kuning langsat dan lesung pipit kecil di kedua sudut bibir
"Ra, siapa yang narok ini di sini?" Tanya Nadya heran begitu mendapati beberapa kotak dengan berbagai ukuran sudah berjejer rapi di atas meja kerjanya. Di dalamnya terdapat beberapa peralatan kerja Nadya, lengkap dengan note di depannya, yang menunjukkan barang apa harus diletakkan di kotak yang mana. Bukannya tidak setuju barang tersebut ada di sana, karena dengan begitu Nadya jadi lebih teratur dalam menata perkakas kerjanya. Selama ini, Nadya memiliki kebiasaan suka menempatkan barang-barangnya secara sembarangan. Meski ia bisa mengingatnya dimana ia meletakkan peralatannya terakhir kali dengan cukup baik. Namun, ada kalanya ia juga lupa untuk mengingatnya dengan jelas. Dengan adanya, pengaturan seperti ini. Nadya akan lebih mudah mengelola perkakasnya tanpa perlu pusing lagi harus mengingat dimana ia menempatkan peralatan kerjanya terakhir kali. Pertanyaannya sekarang, siapa yang membuatkan kotak-kotak ini untuknya? Semakin dilihatnya, kotak itu sendiri juga sangat unik deng
"Yeaayy... weekend." Gira tiba-tiba berteriak senang begitu jam kerja terakhir di hari jumat telah menunjukkan pukul tiga sore. Yah, bagi sebagian besar profesional seperti mereka, akhir pekan adalah hari yang paling ditunggu. Karena itulah kesempatan bagi mereka untuk refreshing dan terlepas dari segala macam tekanan pekerjaan. Adam baru saja jalan melewati mejanya Gira, saat ia mengantarkan minuman ke mejanya Nadya. Bukan vanilla seperti biasanya, itu hanya segelas air putih. Tapi, Adam yang sudah paham dengan segala kebiasaan Nadya, sengaja memberikannya air putih untuk menjaga metabolisme gadis cantik tersebut dan itu semua tanpa diminta oleh Nadya sebelumnya. Tanpa disadari oleh Nadya, ternyata begitulah cara Adam mendekatinya tanpa kentara. Bukankah dalam cinta itu yang dibutuhkan adalah memahami? Itulah pendekatan yang coba dilakukan Adam. Pertama, ia mulai dengan mamahami setiap kebiasaan Nadya. Lalu, pada tahap berikutnya, memahami apa saja yang dibutuhkan oleh gadis cant