Share

BAB 6 [REVISI]

Penulis: Pena_Receh01
last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-13 17:08:40

BAB 6

Lelaki itu kini tengah menikmati angin pagi yang menyejukan. Ia menghirup dalam dan perlahan menikmati setiap embusan udara menerpa. Kean sangat menykai tempai ini, saat kanak-kanak dulu bermain dengan Ica. Kedua orang tua pria tersebut sibuk menggeluti pekerjaan sampai menitipkan cowok kecil yang membutuhkan kasih sayang mereka pada nenek Kean.

Jadi saat lelaki itu kini hanya menyayangi Oma Ica bukan salahnya kan. Wanita berumur tersebut merawat dan menjaga dengan sepenuh hati sang cucu. Punggung Kean tengah bersandar pada kursi taman, matanya terpejam mengenal masa dulu, sampai diusia menginjak sembilan belas tahun diperintahkan belajar bisnis yang kini dia geluti.

Suara langkah laki terdengar, tetapi tidak membuat Kean terusik sedikitpun. Lelaki itu terlalu larut dalam lamunan, bahkan terus memilih memejamkan saat sebuah suara memanggilnya.

"Tuan ...."

"Apa Tuan tidur?" tanya Amara kembali.

Merasa kesal dengan suara Amara, lelaki itu membuka mata dan manik mereka langsung beradu.

"Taruh aja di meja, bisakan! Gak usah ganggu, apa kamu selalu ingin mengangguku terus," cecar Kean ketus.

Amara mendelik mendengar omelan Kean, ia langsung menuruti perkataan lelaki itu.

"Ini Tuan, aku pamit dulu," balas Amara.

Perempuan itu sedang malas berdebat dengan cucu sang majikan, baru saja melangkah pergi. Dia dihentikan oleh perkataan Kean, membuat wanita tersebut mengembuskan napas.

"Siapa yang menyuruhmu pergi! karena kamu sudah mengangguku. Cepat pijat aku, tubuhku rasanya letih banget," seru Kean.

Perempuan yang menyelamatkan Ica dari musibah itu segera mendekati Kean.

"Mana yang mau dipijat, Tuan?" tanya perempuan tersebut.

Mendengar pertanyaan wanita itu, Kean langsung menunjuk letak dimana Amara harus memijat.

"Bahuku nih, pegal banget, ini gara-gara terus berhadapan sama laptop dan gak berhenri-henti memainkannya," keluh Kean.

Amara menganggukan paham, lalu ia mulai memijat bahu lelaki tersebut. Dan memilih menjadi pendengar yang baik karena pria tersebut seperti tengah mengeluarkan segala kepenatan dalam hidup.

"Apa dia lagi curhat ya? apa aku harus jawab kasih solusi atau diam aja jadi pendengar," batin wanita tersebut.

Pria berparas tampan itu terdiam lalu matanya mengerjap, ia baru sadar jika tengah mengeluarkan semua keluh kesah pada pembantu baru sang Nenek. Lelaki tersebut langsung berdiri membuat Amara terkejut, berbalik menatap tajam Amara, bak perempuan bagai mangsa yang siap diterkam.

"Pergi! kerjaan kanu udah beres," usir Kean.

Amara paham kenapa Kean mengusirnya, ia menganggukan kepala lalu melangkah pergi.

"Ada apa denganku? kenapa bisa segampang itu mengeluarkan curhat ke dia," batin Kean berseru.

"Udahlah, gak usah ambil pusing."

Kean segera menjatuhkan bokong ke kursi kembali, lalu menatap kopi yang masih terlihat uap mengepul. Tangannya meraih cangkir yang berada di meja, lalu meniup dan menyesap perlahan menikmati rasa sangat pas dilidah.

"Kenapa dia sangat pandai membuat lidahku, candu dengan buatannya," gumam Kean.

Suara notifikasi membuat ia melirik handphone lalu segera melihat siapa yang mengirim pesan. Tatapan malas terpancar dari manik mata lelaki tersebut.

[Kean, Papa dan Mama mau ke rumahmu. Apa kamu ada di sana?] - Selena

"Ngapain dia ingin menemuiku."

Kata itu meluncur dari bibir pria tersebut, sebenernya ia malah membalas pesan wanita ini. Tetapi jika tidak dibalas, Selena akan terus mengirim pesan sampai dia mendapatkan balasan.

[Rumah Oma.]

Hanya kata singkat itu yang ia ketik, bahkan lelaki itu sangat berat mengetik karena tidak ingin bertemu kedua orang tuanya. Rasa asing mengelilingi Kean disaat mereka berusaha ingin mendekat. Ia berpikir kenapa bukannya saat dia masih anak-anak? apa karena kini dia telah dewasa dan bisa menghasilkan uang jadi kini diakui.

[Kami akan ke sana, tunggu Mama dan papa, Sayang.] - Selena.

Decakan terdengar dari bibir lelaki itu saat membaca pesan dari wanita yang melahirkannya. Ia segera memasukan benda pipih ke saku, tanpa niat membalas chat tersebut. Kean memilih mulai menikmati secangkir kopi hingga tandas lalu bangkit dan melangkah masuk ke kediaman mencari Amara.

"Mara ...."

Amara tersentak karena panggilan lelaki itu, suara Kean sangat keras membuat ia terkejut. Wanita tersebut segera menyelesaikan kegiatan menyanggul rambut dan karena tadi tengah menyisir. Setelah selesai lekas berlari ke asal suara, lalu berdiri di dekat Kean yang memandang sinis. Pria ini melipat tangan ke dada saat memandang Amara yang berada di hadapan

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Bahagia Usai Ditalak   BAB 53 TAMAT [REVISI]

    Arum mendorong Fadli ke kamar lelaki itu, sedangkan sang anak langsung tertawa. "Ibu, nanti jangan lupa kasih Fadli, adik ya," kelakar lelaki tersebut. Wanita itu langsung mendaratkan cubitan pada anaknya. "Kamu ...!" Setelah berkata demikian wanita itu memilih pergi meninggalkan putranya. Dari pada meladeni perkataan pria tersebut, malah semakin membuat pipi memerah karena malu. "Aku pengen kamu selalu bahagia." Fadli berkata demikian saat memandang punggung Ibunya yang mulai menghilang. ***Waktu terus berjalan, tidak terasa tiga bulan telah dilalui. Arfa telah pensiun dan digantikan oleh sang putra. Lelaki yang berstatus duda ini sangat cekatan dalam mengurus perusahaan milik Ayahnya. Fadli mengembuskan npas panjang saat merasakan penuh kepuasan laly mendudukan bokong ke kursi kebesaran. "Akhirnya semua udah beres, udah terkendal." Lelaki itu bermonolog, rasa syukur yang sangat dalam. Fadli memejamkan mata kala kepala bersandar. "Kangen iu sama Manda, udah seminggu sibuk d

  • Bahagia Usai Ditalak   BAB 52 [REVISI]

    Dia segera mendekati Arum lalu memegang kedua pipi wanita itu. Air mata berjatuhkan, lalu Ibu Fadli menundukan kepala. "Apa kamu beneran Mas Arfa? Aku gak lagi mimpi kan," lontar Arum pelan. Arfa segera membuat Arum menatapnya, dia menggelengkan kepala. "Iya, Rum. Ini Mas, ternyata ini beneran kamu, aku selalu cari kamu lho selama ini." Pria tersebut segera menarik Arum dalam dekapannya, suara sesegukan terdengar. Nesa paham situasi sekarang, ia segera mengajak Ayah mertua dan Ibu Fadli untuk mengikuti dia.Kedua makhluk yang baru saling bertemu itu saling bertautan tangan, Nesa mengajak mereka ke ruangan. Segera menyiapkan minuman untuk mereka."Di mana anakku, Mas?" tanya wanita itu. Arum bertanya setelah Nesa pergi dari ruangan ini. Arfa langsung diam, lalu menundukan kepala. "Dia udah berada di sisi Allah, Rum. Dia juga udh punya seorang putri yang cantik, Nesa, istri almarhum anaj kita," jelas Arfa. Arum menangis mendapati tidak akan pernah lagi bertemu anak pertamanya. Ar

  • Bahagia Usai Ditalak   BAB 51 [REVISI]

    Kean memandang wanita yang melahirkannya sebentar lalu memalingkan wajah. Sedangkan Oma Ica segera mendekati sang putri dan mendekap agar Selena tenang. "Maaf jadi buat kalian panik, kalian mau nginep di sini? Kami juga mau nginep soalnya. Enak kan kalau rame-rame gini, sambil jagain Amara, lontar Oma Ica. Mendengar tawaran Oma Ica, mereka saling menatap sedangkan Kean hanya fokus menatap istrinya. Tangan lelaki itu terus menggenggam jemari Amara, Amanda langsung menganggukan kepala membuat Ibu Selena hanya tersenyum melihat gadis kecil ini. "Kamu udah besar ya, Manda. Sini sama Oma gendong," seru wanita itu. Dia segera menganggukan kepala lalu meminta sang Bunda agar menurunkannya. Kini Amanda beralih ke gendongan wanita tersebut. "Manda mau nginep gak? Bantu nemenin Tante Ara." Amanda langsung menganggukan kepala dan mengiyakan ucapan Oma Ica. Gadis kecil itu segera menatap Nesa yang dibalas anggukan sang Ibu, lalu tatapan Amanda beralih ke Arum dan Fadli. "Ayah ... Manda pen

  • Bahagia Usai Ditalak   BAB 50 [REVISI]

    Mantan suami Amara ini telah ditangani oleh dokter pribadi keluarga Kean. Pria tersebut masih terbaring lemah di atas ranjang, netranya masih tertutup rapat. Padahal dua jam telah berlalu, Amanda memandang cemas lelaki yang dipanggil Ayah. Air mata bercucuran, karena tidak bisa melakukan apapun untuk Fadli, dia memegang lengan pria tersebut. "Ayah ... ayo dong bangun! Jangan buat Manda takut, Manda minta maaf gara-gara ninggalin Ayah." Isakan terdengar sangat memilukan, ia bahkan mendaratkan bibir berkali-kali ke punggung tangan lelaki itu. Nesa, melihat keadaan sang anak, ia segera merengkuh tubuh kecil putrinya. Menepuk-nepuk berusaha menenangkan, saat Amanda sudah tidak menangis, dia langsung membenamkan wajah di dada perempuan yang melahirkannya. Sementara itu, Fadli mulai menunjukkan tanda kesadaran. Dia menggerakan jari, tetapi mata masih tertutup rapat. "Aku kenapa," ucapnya lemah. Mendengar suara sang anak, Arum langsung mengusap kening Fadli dan mendorong rambut agar tida

  • Bahagia Usai Ditalak   BAB 49 [REVISI]

    Suami Amara ini segera menerima semua hadiah dari Nesa, lalu meminta sang pembantu untuk lekas menyimpan di setumpuk kado. Tatapan tak senang masih terpancar di manik mata pria tersebut. Dan ia mengerutkan kening kLa melihat Fadli yang di pegangi Arum, bahkan tangan satu memegang tongkat. "Kenapa lo bawa mereka sih," ketus lelaki itu. Nesa mengangkat sebelas alis dengan ucapan ketus sang teman. Ia memandang suami Amara dengan tatapan keheranan. "Emangnya ada masalah? Mereka cuma mau liat jenguk Ara sama anaknya lho ...." Jawaban Nesa mendapatkan dengkusan dari lelaki itu. "Bener ternyata, ternyata lo kenal sama mereka," ucap suami Amara. "Nih gue kasih tau, gue gak suka liat mereka tau gak!" Kean sama sekali tidak menyembunyikan rasa bencinya, membuat Arum meremas tangan anaknya. Sedangkan Fadli menelan ludah, ia memang tidak bisa melihat riak marah suami Amara ini. Tetapi mendengar suara dan hawa di ruangan tersebut membuat Fadli seperti kesulitan bernapas. "Maafin saya, Bos.

  • Bahagia Usai Ditalak   BAB 48 [REVISI]

    Beberapa bulan berlalu, Fadli telah terbiasa dengan keadaannya. Ia bahkan hafal setiap sudut kediaman Arum dan Nesa. Ia menjual rumah tempat dulu ia tinggali bersama Amara. Agar tidak terus larut dapat penyesalan, karena menelantarkan wanita sebaik Amara. "Yah ...." Amanda segera berlari saat melihat Fadli berada di dekat pintu masuk, gadis kecil itu langsung menggenggam jemari pria tersebut. "Apa, Sayang ...," sahut lelaki itu. Tangan pria itu beralih memegang puncuk kepala gadis kecil tersebut, Amanda tersenyum lebar walau lelaki di hadapannya ini tidak melihat senyuman yang begitu manis. "Ayah ... Manda seneng banget akhirnya ketemu Ayah," ungkap Amanda. Gadis kecil itu membawa Fadli agar dia duduk di kursi yang ada si depan pintu, lalu dia duduk dipangkuan lelaki tersebut. "Om juga seneng, Manda," sahut Fadli. Dia mendekap dengan penuh kasih sayang anak Nesa, ia sudah sangat menyayangi gadis kecil itu. "Ayah ... kenapa gak ikut ke rumah Grandma dan Granpa? Padahal di sana

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status