MasukKabar perceraian Angga dan Rini sampai ke telinga Salma, Haris, dan Ratih. Mereka merasa prihatin dengan apa yang menimpa Angga. Mereka tahu, Angga pasti sangat terpukul dengan kejadian ini.Dengan bijaksana, Haris tetap menganggap Angga sebagai adiknya. Ia tidak menyalahkan Angga atas semua kesalahan yang telah ia lakukan di masa lalu. Ia justru merasa kasihan kepada Angga yang telah menjadi korban kebohongan dan pengkhianatan."Angga, kembalilah ke rumah," pinta Haris dengan tulus, menggenggam tangan Angga erat. "Kita adalah keluarga. Kita harus saling mendukung dan membantu satu sama lain."Angga terdiam, menatap Haris dengan tatapan penuh keraguan. Ia merasa tidak pantas untuk kembali ke rumah itu. Ia merasa telah melakukan banyak kesalahan dan menyakiti hati banyak orang."Mas tahu, kamu merasa bersalah dan malu," ucap Haris, seolah membaca pikiran Angga. "Tapi, mas mohon, lupakanlah masa lalu. Mari kita mulai hidup baru bersama. Mas ingin keluarga kita tetap rukun dan penuh kasi
Hari-hari berlalu bagai mimpi buruk bagi Angga. Rini semakin menjadi-jadi dalam bersikap kurang ajar. Kata-kata kasar dan makian seolah menjadi santapan sehari-hari Angga. Rini tak lagi menghormatinya sebagai seorang suami. Bahkan, tak jarang ia keluyuran hingga larut malam, bahkan tak pulang, membuat Angga semakin terpuruk dalam kesedihan dan keputusasaan. Ia merasa harga dirinya sebagai seorang pria telah diinjak-injak oleh istrinya sendiri.Sementara itu, di kediaman keluarga Harjo, suasana mulai berangsur membaik. Haris, dengan hati yang lapang dan penuh kasih sayang, akhirnya menerima Salma kembali sebagai ibunya. Setelah ia melihat kondisi Salma yang begitu terus memikirkannya, hingga membuatnya kembali jatuh sakit. Ia mengerti bahwa Salma hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan. Ia juga menyadari bahwa Salma telah banyak berkorban untuknya selama ini, meskipun dengan cara yang salah."Mama, aku mohon, tetaplah tinggal di sini," pinta Haris dengan tulus, menggenggam
Salma sebenarnya adalah sosok wanita yang penuh kasih sayang dan keibuan. Sejak kecil, ia selalu berusaha membantu orang lain dan memberikan yang terbaik bagi orang-orang yang ia sayangi. Ia sangat menghormati orang tua Witri yang telah mengadopsinya dan menyayanginya seperti anak kandung sendiri. Ia juga sangat menyayangi Witri, adik angkatnya, dan selalu berusaha melindunginya dari segala bahaya. Baginya Witri adalah keluarga satu – satunya, sampai akhirnya jika dia tahu memiliki keluarga lain yaitu ibunya Lia, kakaknya yang sempat ia ketahui setelah kepergian orang tua angkatnya. Itupun hanya sebentar dia mengenal ibunya Lia sebelum kakaknya Namun, setelah menikah dengan Harjo dan memiliki anak kandung bernama Angga, Salma mulai berubah. Ia menjadi lebih ambisius dan serakah. Ia ingin agar Angga bernasib baik dan memiliki kehidupan yang lebih baik dari dirinya. Ia ingin Angga mendapatkan semua yang ia inginkan, tanpa harus bersusah payah seperti dirinya.Itulah sebabnya, Salma mu
Seminggu setelah melahirkan Haris, Witri meninggal dunia, nukan karena melahirkan namun karena penyakit yang sudah lama dideritanya semakin menggerogoti tubuhnya. Sebenarnya dokter sudah melarangnya untuk meneruskan kandungannya, agar Witri bisa menjalani perobatan sepenuhnya, namun Witri denggan tegas menolak usulan dokter. Ia bersikeras ingin tetap mempertahankan kandungannya tersebut. Itulah mengapa kondisi Witri semakin hari semakin melemah.Sebelum meninggal Witri ingin Salma kakak angkatnya menikahi Harjo dan menganggap Haris sebagai anak kandungnya sendiri. Ia ingin Haris tumbuh dalam keluarga yang utuh dan penuh kasih sayang. Ia tidak ingin Haris merasa kehilangan dan kesepian karena tidak memiliki ibu.Ratih juga akan menceritakan tentang masa lalu Salma, tentang kekasihnya yang menghilang tanpa jejak, tentang kehamilannya yang tidak diinginkan. Ia akan menjelaskan bahwa Salma awalnya menolak permintaan Witri, karena ia masih mencintai kekasihnya. Namun, setel
Senja mulai merayap, mewarnai langit dengan gradasi jingga dan ungu saat Risa tiba di kontrakannya bersama Haris. Hatinya mencelos melihat suaminya duduk terpekur di ruang tamu, tatapannya kosong menerawang jauh. Bahkan kedatangan Risa dan Rania pun tak mampu menariknya dari lamunan.Rania, yang biasanya langsung berlari memeluk ayahnya, kali ini terhenti di ambang pintu. Risa meraih tangannya, tersenyum lembut. "Rania mandi dulu ya, sayang. Badan Rania lengket sama kotor habis main tadi," bisiknya. Rania mengangguk patuh, lalu melangkah menuju kamar mandi.Risa mendekati Haris perlahan, lalu duduk di dekatnya tanpa bersuara. Ia tahu, Haris membutuhkan waktu untuk mencerna semua yang terjadi. Ia tidak ingin mengganggunya, hanya ingin berada di sisinya, memberikan dukungan tanpa kata.Keheningan menyelimuti ruangan, hanya suara gemericik air dari kamar mandi yang terdengar. Risa menatap wajah Haris yang tampak begitu lelah dan terluka. Ia ingin memeluknya, ingin menghapus semua kesedih
Salma dan Ratih terlonjak kaget, wajah mereka pucat pasi. Mereka tidak menyangka bahwa Haris telah mendengar percakapan mereka. Mereka saling bertukar pandang dengan panik, tidak tahu harus berbuat apa."Haris, Nak, Mama bisa jelaskan," ucap Salma dengan suara lirih, mencoba meraih tangan Haris.Haris menepis tangan Salma dengan kasar. "Jangan sentuh aku! Aku jijik sama kalian semua!" teriaknya dengan nada histeris. "Bagaimana bisa kalian tega melakukan ini padaku? Bagaimana bisa kalian membohongiku selama ini? Apa aku ini bukan siapa-siapa bagi kalian?"Haris menoleh ke arah Ratih, menatapnya dengan tatapan yang lebih menyakitkan. "Bulek, kenapa Bulek juga ikut-ikutan membohongiku? Aku pikir Bulek adalah orang yang paling menyayangiku di dunia ini. Aku pikir Bulek selalu jujur padaku. Tapi ternyata, aku salah besar. Bulek juga sama saja dengan Mama, sama-sama tega menyembunyikan kebenaran ini dariku."Ratih terdiam, tidak bisa berkata apa-apa. Ia merasa bersalah karena telah menyakit







