Share

BAB 3.

Penulis: Rosshie
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-24 14:09:27

Aku mematung, tubuhku seolah kehilangan tenaga. Kata-kata wanita itu masih menggema di telingaku.

“Raf, kamu ingat dengan janji kamu saat menikahi aku.”

Menikah? Apa maksudnya?

Jadi, Mas Raffi... suamiku... sudah menikahi wanita itu? Dunia di sekelilingku seperti berhenti berputar.

Kata-kata itu mengiris hatiku lebih dalam daripada pisau.

Cinta suci yang selama ini kupelihara dengan segenap jiwa, kini hancur berkeping-keping hanya dengan kalimat pendek itu.

Aku mencoba membaca wajahnya. Tidak ada tanda-tanda kebohongan, tidak ada usaha untuk menyangkal. Wanita itu berdiri tegak dengan penuh keyakinan, seolah ingin menunjukkan bahwa ia memiliki sesuatu yang lebih dariku.

Tapi aku tak boleh menangis. Tidak di sini. Tidak di depan wanita itu. Aku harus kuat.

“Mas, jelaskan semuanya sekarang!” desisku dengan suara bergetar. Tanganku menarik kerah jas Mas Raffi, memaksanya menatapku. Aku membutuhkan jawaban, penjelasan, apa pun itu.

“Apa benar yang dia katakan? Mas sudah menikah dengannya?” lanjutku dengan nada penuh tuntutan.

Mas Raffi terdiam. Wajahnya penuh kebimbangan. Sementara itu, aku berusaha menahan air mata yang hampir tumpah. Sekuat apa pun aku mencoba menenangkan diri, rasa sakit di dada ini semakin menjadi-jadi.

“Ra, aku bisa jelasin semuanya. Aku mohon, beri aku waktu,” jawabnya akhirnya, dengan suara yang lemah.

Waktu? Apa maksudnya waktu? Jawaban itu tidak membuatku lebih tenang, malah sebaliknya.

Aku memelototinya. “Jadi Mas membenarkan apa yang wanita ini katakan? Mas sudah menikah dengannya?”

Aku menahan diri agar tidak berteriak lebih keras. Tapi emosi yang membuncah di dalam dada membuat suaraku bergetar.

Tiba-tiba, wanita itu ikut campur. Ia menarik tanganku agar menjauh dari Mas Raffi.

“Hei! Berhenti menyalahkan Raffi! Kamu pikir kamu siapa, hah?!” teriaknya dengan nada sinis.

“Dasar pelakor!” bentaknya lagi sambil melayangkan tangan kanannya ke arahku. Aku refleks menahan tangannya. Tidak! Aku tidak akan membiarkan dia menyentuhku.

“Aku bukan pelakor!” teriakku, menghempaskan tangannya dengan kasar.

Tubuhku bergetar, mataku merah, tapi aku tahu aku harus tetap berdiri tegak.

“Aku istri sah Mas Raffi! Aku istri sah! Kamu dengar itu?!” tambahku, menunjuk tepat di wajahnya.

Wanita itu terkejut, langkahnya mundur setengah langkah. Melihat reaksinya, aku tahu satu hal: Mas Raffi tidak pernah jujur padanya. Ia menyembunyikan fakta bahwa dirinya sudah menikah. Tapi itu tidak membuatku merasa lebih baik.

Bagaimana mungkin suamiku yang selama ini begitu aku percayai bisa melakukan hal sekeji ini?

Tiba-tiba sebuah kemungkinan menyelinap di pikiranku. “Bukankah di KTP sudah jelas tercantum status pernikahan? Bagaimana dia bisa menikah lagi?” pikirku.

Atau jangan-jangan... apakah dia memakai cara yang tidak sah? Rasanya semakin sulit untuk bernapas.

“Brengsek! Aku tidak akan tinggal diam! Aku tidak terima!” wanita itu berteriak histeris, wajahnya merah padam. Tapi aku tidak peduli.

Aku hanya ingin jawaban dari Mas Raffi.

Mas Raffi mendekati wanita itu, mencoba menenangkannya. Ia memeluk wanita itu, seolah menunjukkan bahwa wanita itu lebih penting daripada aku.

Hatiku hancur. Suamiku, pria yang kupercaya dengan seluruh hidupku, kini memeluk wanita lain di hadapanku.

“Kamu bohongin aku, Raf! Kamu bohongin aku!” wanita itu memukul-mukul dada Mas Raffi dengan tangan gemetar.

Mas Raffi mengangkat wajahnya, lalu memaksanya masuk ke dalam mobil.

Aku berdiri mematung. Tanganku mengepal, tubuhku gemetar. Aku ingin berteriak, ingin meluapkan semua rasa sakit ini. Tapi suaraku tercekat di tenggorokan.

Aku hanya bisa menyaksikan mereka pergi meninggalkanku di tengah jalan. Mobil mereka melaju, membawa serta kebahagiaan yang dulu kumiliki.

Tubuhku akhirnya menyerah. Aku jatuh bersimpuh di jalanan basah, tak peduli tatapan orang-orang yang lewat.

Hujan mulai turun, membasahi tubuhku yang sudah hancur berkeping-keping.

Aku menangis, tapi air mataku tersamarkan oleh hujan. Mungkin Tuhan memang mengirimkan hujan agar tak ada yang tahu betapa lemahnya aku saat ini.

“Ya Tuhan, kenapa rasanya sesakit ini?” jeritku dalam hati.

Aku memukul-mukul dadaku, berharap rasa sakit ini akan berkurang. Tapi sia-sia. Yang ada, dadaku justru terasa semakin sesak.

Aku tidak bisa tetap di sini. Aku harus pulang. Dengan langkah gontai, aku mencoba melangkah, meskipun air hujan masih terus mengguyur tubuhku.

Pikiranku penuh dengan bayangan Mas Raffi dan wanita itu. Aku tidak tahu bagaimana caranya menghadapi semua ini.

Ketika sampai di depan rumah Nenek Halimah, aku melihat beliau berdiri di teras dengan wajah penuh kekhawatiran.

“Ara, darimana saja kamu? Kenapa kamu basah kuyup seperti ini?” tanyanya dengan nada cemas.

Aku mencoba tersenyum, meskipun rasanya hampir mustahil.

“Ara kehujanan, Nek,” jawabku singkat, berusaha menyembunyikan perasaan.

Nenek Halimah tidak berkata apa-apa lagi. Beliau hanya menarik tanganku, membawaku masuk ke dalam rumah. Tangannya yang hangat menggenggam tanganku yang dingin.

“Ayo mandi dulu. Nenek siapkan air hangat untuk kamu. Jangan sampai kamu sakit nanti,” katanya dengan penuh perhatian.

Aku mengangguk pelan, tidak mampu mengucapkan apa-apa. Setelah mandi dan berganti pakaian, aku duduk di samping Nenek Halimah yang memandangku dengan penuh kasih sayang.

“Ara, sekarang cerita sama Nenek. Apa kamu sudah bertemu dengan suamimu?” tanyanya lembut.

Aku menunduk, tak mampu menjawab. Air mataku mulai menggenang di pelupuk mata. Aku tidak bisa menahannya lagi. Tangisanku pecah, tubuhku bergetar karena isak tangis yang tak tertahan.

“Nenek, Mas Raffi... Mas Raffi ternyata sudah menikah lagi,” lirihku di sela-sela tangis.

Nenek Halimah mengusap punggungku dengan lembut. “Menangislah, Nak. Jika itu bisa membuat hatimu lebih tenang. Tapi ingatlah, Tuhan tidak pernah tidur. Semua ini pasti ada hikmahnya,” ucapnya dengan suara penuh kebijaksanaan.

Aku menangis di pelukannya, mencurahkan semua rasa sakit yang menghimpit dadaku.

Setelah cukup tenang, aku mengambil napas panjang dan menghapus air mata yang masih mengalir di pipiku.

Ponselku tiba-tiba berdering. Nama Mas Raffi muncul di layar. Aku ragu untuk menjawab, tapi Nenek Halimah menyemangatiku. “Jawab saja, Nak. Mungkin itu bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan di hatimu,” katanya.

Aku mengangguk pelan, lalu mengangkat panggilan itu. “Assalamualaikum,” sapaku dengan suara yang bergetar.

“Waalaikumsalam, Sayang. Maafkan aku atas sikapku tadi. Aku janji akan menjelaskan semuanya. Aku mohon kamu jangan salah paham,” suara Mas Raffi terdengar penuh penyesalan di seberang sana.

“Mas, jawab dengan jujur. Apa benar wanita itu sudah Mas nikahi?” tanyaku langsung, tanpa basa-basi. Hatiku menunggu jawaban yang sudah bisa ku duga, tapi masih tetap berharap keajaiban.

“Hmm... maafkan aku,” jawabnya lirih.

Hatiku hancur mendengar pengakuannya. Aku tidak mampu berkata-kata lagi.

“Mas, aku mau kita cerai.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 4.

    Raffi seketika langsung membelalakkan kedua matanya. Tak menyangka Zahra akan meminta cerai. Dia pikir akan bisa membujuk Zahra untuk melupakan semuanya dan memberi alasan yang tepat untuk membenarkan perbuatannya.Raffi sebenarnya ingin pulang kampung dalam minggu ini, karena bagaimanapun dia juga merindukan Zahra. Tapi Zahra sudah lebih dulu menyusulnya ke Jakarta tanpa dia tau.Salahnya juga karena lupa mengaktifkan kembali ponselnya.Raffi mempunyai dua ponsel, satu untuk nomor lamanya, satu untuk nomor barunya yang tak diketahui oleh Zahra.“Sayang, jangan bercanda. Jangan asal minta cerai. Kita sudah berjanji akan selalu ….”“Mas yang lebih dulu mengingkari janji itu! Mas sudah mengkhianati janji suci pernikahan kita, cinta suci kita. Mas sadar gak sih!”Raffi akui dia salah, tapi dia punya alasan, meskipun alasannya itu tak akan membenarkan perbuatannya. Tapi di lubuk hatinya yang paling dalam, hanya Zahra wanita yang dari dulu sampai sekarang dicintainya.“Sayang, aku tau ka

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-24
  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 5.

    Sudah dua hari sejak Mas Raffi menghubungiku, sampai sekarang dia tak menghubungiku lagi.Keputusanku sudah bulat, jadi sudah tak ada gunanya aku tetap disini. Dimana Mas Raffi tinggal saja aku tak tau.Aku yakin, saat ini Mas Raffi tengah menikmati kehidupan mewahnya bersama dengan istri barunya, sampai tega meninggalkan aku seperti ini.“Apa bagimu aku sudah gak berarti lagi, Mas?” suaraku terdengar sangat lirih, hanya aku yang bisa mendengarnya.Ke peluk kedua lututku, kubenamkan wajahku di sela kedua lututku. Menangis, itu lah yang aku bisa lakukan sekarang.Hatiku hancur.Aku masih berharap semua ini hanya mimpi, Mas Raffi sangat mencintaiku dan sedang bekerja demi masa depan kami berdua.Tapi suara ketukan di pintu kamar, menyadarkanku kalau semua ini bukanlah mimpi, tapi nyata.Ku seka kedua ujung mataku, begitu juga dengan pipiku menggunakan kedua punggung tanganku. Jangan sampai nenek Halimah melihatku menangis.“Masuk saja, Nek.” Aku melepas mukena yang masih kupakai, lalu m

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-24
  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 6.

    Aku menutup telepon dengan cepat, tanganku masih gemetar. Aku menatap layar ponsel yang sudah mati, seakan ingin menghancurkannya.Kenapa Mas Raffi bisa sebegitu tega?Hatiku bergejolak antara marah, kecewa, dan rasa sakit yang tak terkatakan.Aku sudah memberikan segalanya untuknya, dan ini yang aku dapatkan? Menghancurkan pernikahan kami dengan begitu mudahnya?Aku menundukkan kepala, dan sesaat merasa dunia ini begitu berat. Aku tahu aku sudah memutuskan untuk bercerai, tapi apa yang akan terjadi selanjutnya?Aku harus bagaimana menghadapi ini semua? Aku bisa merasakan beban yang semakin berat di pundakku.Malam semakin larut, namun aku tidak bisa tidur. Berbagai pikiran terus berputar di kepalaku, dan aku tak bisa menenangkan diri.Sesekali aku memandang foto pernikahanku dengan Mas Raffi yang ada di meja kecil di samping tempat tidur.Aku teringat saat pertama kali kami bertemu, bagaimana dia menyentuh hatiku dengan kata-katanya yang manis.Bagaimana ia berjanji akan selalu ada u

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-25
  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 7.

    Hari-hari berlalu, Mas Raffi juga tak datang menemuiku, mungkin dia masih belum percaya dengan keputusan yang sudah aku ambil, kalau ternyata istri yang dulu sangat mencintainya, memilih untuk menyerah daripada harus berbagi dengan wanita lain.“Aku memang orang miskin, Mas, tapi aku gak gila harta seperti kamu.”Tapi kenapa, meskipun aku sudah memberi tahu ibu tentang kondisi rumah tanggaku, rasanya tetap ada ruang kosong yang tak terisi.Perasaan campur aduk antara kesedihan, kebingungan, dan rasa sakit masih menggelayuti hati ini.Aku tahu, hidup harus terus berjalan. Namun, setiap kali aku melihat ibu, aku merasa semakin tertekan untuk menjadi lebih kuat, untuk tidak membiarkan dia tahu betapa hancurnya hatiku.Walau ia mencoba tetap tegar, aku bisa melihat kepedihannya setiap kali ia duduk di kursi roda, seakan ingin berlari untuk meraih kebahagiaan anaknya.Aku ingin membuat ibu bangga, ingin membuktikan bahwa aku bisa menghadapinya meski tanpa Mas Raffi di sisiku.Di tengah keb

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-06
  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 8.

    Raffi menatap rumah sederhana tempat dia keluar tadi. Rumah yang telah menjadi saksi kehidupannya bersama dengan Zahra selama satu tahun terakhir, setelah mereka menikah.Raffi meremas dadanya yang terasa nyeri saat mendengar isak tangis Zahra, wanita yang sangat dicintainya dengan segenap jiwanya, bahkan karena Zahra dia sampai berani melawan kedua orang tuanya.Suara itu bagai belati tajam yang mengiris hatinya.“Maafkan aku, Ra. Percayalah, aku melakukan semua ini semata-mata demi masa depan kita. Suatu hari nanti, aku yakin kamu akan mengerti alasan aku sampai mengambil langkah ini,” bisiknya pelan, meski dia tau Zahra tak akan bisa mendengarnya.“Raf, ngapain sih kamu masih berdiri disana! Aku sudah bosan menunggu! Ayo cepat kita pergi dari sini!” Suara Sarah terdengar memanggil dari dalam mobil.Raffi menoleh ke belakang, menatap istri keduanya yang menunggunya dengan ekspresi tidak sabar. Dia tau apa yang dilakukannya salah, tapi dia terperangkap dalam dilema.“Iya, aku kesana,

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-06
  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 9.

    Raffi meminta Sarah untuk menunggu di ruang tamu, dia harus memberi penjelasan kepada ibunya. Kini hanya tinggal Raffi dan ibunya di dapur. “Sekarang jelaskan pada Ibu, kenapa wanita tadi bilang kalau dia istri kamu? apa kamu dan Zahra sudah bercerai?” Sinta menatap lekat wajah putranya, mencoba mencari jawaban atas pertanyaannya.Raffi sendiri tampak diam, berusaha merangkai kata-kata yang tepat untuk menjawab pertanyaan ibunya.“Bu, Raffi belum menceraikan Zahra dan tak akan pernah menceraikannya.” jawaban Raffi membuat ibunya tercengang.“Raffi mencintai Zahra, Bu, lebih dari apapun,” tambahnya lagi dengan suara tegas.Sinta tampak terkejut. Jika Raffi belum menceraikan Zahra, kenapa wanita itu mengaku sebagai istri Raffi. Dia harus mendapatkan kejelasan saat ini juga.“Raf, jangan bilang kamu … kamu menikah lagi tanpa sepengetahuan Ibu?” tanyanya, matanya menatap dengan penuh kecewa.Raffi perlahan menundukkan kepala, mengangguk pelan. “Maafkan Raffi, Bu,” ucapnya dengan nada li

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-06
  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 10.

    Wajah Mas Raffi mulai terlihat panik, saat melihat ibu mertuaku dan istri barunya sedang berjalan ke arah kami. Aku tak peduli, bagiku Mas Raffi bukan siapa-siapa lagi, selain seorang pengkhianat yang sudah tega mengkhianati cinta suci kami.“Raf, kenapa kamu ….” Sarah menghentikan ucapannya saat melihatku yang berdiri tepat di depan suaminya.Aku melambaikan tangan kepadanya dengan senyum penuh arti. Bagaimanapun aku harus menyapanya agar tak dikira sombong.“Kita ketemu lagi ya ma-du-ku,” sapaku dengan menyunggingkan senyum miring, aku bahkan sengaja memperlambat kata terakhirku, agar dia tau kalau dia hanyalah yang kedua, sementara aku lah istri pertama.Kedua telapak tangan Sarah mengepal erat, wajahnya merah padam. Aku yakin, dia sedang marah sekarang. Mungkin dia tak menyangka aku akan datang ke rumah ini.Atau mungkin Sarah tidak tau kalau kedatangan Mas Raffi ke rumahku tadi bukan untuk menceraikanku, tapi untuk membujukku agar tak menggugat cerai.“Mau apa kamu kesini perem

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-08
  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 11.

    Mas Raffi terlihat kebingungan. Dia pasti tak menyangka aku akan meminta syarat yang begitu sulit untuk dilakukan. Mana mungkin dia akan mengizinkanku tinggal bersama dengan istri barunya.Aku tak berhenti di situ saja. Aku ingin semakin menekan Mas Raffi, berharap dia menyerah dan akhirnya mau menceraikanku. Jika itu terjadi, semuanya akan menjadi lebih mudah bagiku untuk melanjutkan hidup.“Bukankah Mas sendiri yang bilang kalau aku dan istri baru Mas itu bisa hidup bersama? Mas juga mengatakan kalau aku bisa berteman dengan Sarah,” ucapku dengan nada sindiran yang tajam.Mas Raffi menghela napas panjang. “Ra, bukannya aku ingin kamu hidup bersama denganku. Tapi untuk tinggal bersama dengan Sarah, aku… aku nggak bisa.”Aku tersenyum sinis, menahan rasa sakit di dalam hatiku. “Kalau begitu, Mas tinggal pilih. Ceraikan aku sekarang juga, atau Mas penuhi syarat dariku,” jawabku dengan nada tegas, penuh tuntutan. Aku tahu aku kejam, tetapi hanya ini caraku untuk melawan.“Mas, kalau M

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-08

Bab terbaru

  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 15.

    Zahra menyandarkan tubuhnya di kursi dekat jendela kamarnya.Di luar, suara desiran angin terdengar samar, membawa aroma bunga yang mulai bermekaran di halaman. Meski suasana sekitar tampak tenang, hatinya penuh gejolak.Hari ini, dia telah menyaksikan momen yang begitu memuaskan, saat ibu mertuanya dan Sarah berlutut di hadapannya."Akhirnya, mereka tahu bagaimana rasanya direndahkan," batin Zahra, sambil mengingat raut wajah mereka yang dipenuhi rasa malu dan amarah.Dari ruang tengah, samar-samar terdengar suara Sinta dan Sarah yang masih saja mengomel.Suara mereka saling tumpang tindih, menumpahkan amarah pada Raffi, yang kini tampak semakin lemah akibat bolak-balik ke kamar mandi.Wajah Raffi pucat pasi, dan tubuhnya terlihat lunglai.“Sarah, tolong antar aku ke rumah sakit,” pinta Raffi dengan suara yang nyaris tak terdengar.Awalnya, Raffi sempat meminta Zahra untuk mengantarnya. Namun Zahra, dengan senyum tipis penuh kemenangan, menolak dengan alasan bahwa Sarah lebih bisa di

  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 14.

    Raffi menatap ibunya dan Sarah secara bergantian dengan wajah memerah, tanda amarah yang sulit dia sembunyikan.Sudah lebih dari lima kali dia bolak-balik ke kamar mandi sejak memakan nasi goreng buatan ibunya. Kini, dia berdiri di tengah ruang tamu, napasnya memburu, menuntut jawaban.“Bisa kasih Raffi penjelasan untuk semua ini, Bu?!” serunya lantang, suaranya bergetar oleh emosi.Di sampingnya, Zahra duduk santai di sofa, menyilangkan kakinya, dan memasang senyum penuh kemenangan. Jelas, dia sangat menikmati pemandangan yang sedang berlangsung.Raffi kembali memandang ibunya yang tampak kebingungan, dan Sarah yang semakin terlihat gelisah. Tak satu pun dari mereka berani membuka suara.Raffi lalu mengalihkan pandangannya ke Zahra, istrinya yang duduk dengan penuh percaya diri.“Ra, kamu pasti tahu apa yang sebenarnya terjadi. Sekarang jelaskan semuanya sama aku,” pintanya dengan nada yang sedikit melunak, meskipun sorot matanya tetap tajam.Zahra mengangkat bahu santai, lalu menata

  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 13.

    Aku melangkah masuk ke ruang makan. Aroma nasi goreng bercampur dengan wangi ayam goreng menyapa indra penciumanku.Di meja, sudah ada satu mangkuk besar nasi goreng, sepiring telur ceplok, dan beberapa potong ayam goreng yang terlihat menggoda.“Wah, Ibu masak enak nih,” ucapku sambil berpura-pura terkesan, mataku melirik mereka satu per satu.Sarah mendekat dengan langkah anggun, wajahnya menampilkan senyum ramah yang dibuat-buat.“Ibu sengaja memasak semua ini spesial untuk kamu loh, Ra. Ibu bilang, semua ini sebagai tanda permintaan maaf Ibu atas sikapnya ke kamu selama ini,” ucapnya dengan nada lembut.Aku langsung menatap Ibu mertuaku yang berdiri tak jauh darinya. Wajahnya tampak tegang, seperti maling yang tertangkap basah sedang mencuri.“Benarkah, Bu? Ibu memasak semua ini untukku?” tanyaku dengan nada setengah terkejut, meskipun dalam hati aku sudah tahu maksud mereka.Ibu mertuaku terdiam sejenak. Wajahnya yang tadi panik berubah kaku. Dia melangkah mendekat dan mencoba te

  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 12.

    Aku menghela nafas pelan, menatap sekeliling kamar. Sejak awal menikah, aku tak pernah masuk ke kamar ini. Sebab, setelah menikah, aku dan Mas Raffi tinggal di rumahku. Keluarga Mas Raffi tak mau menerimaku di rumah ini.Terdengar suara derit pintu yang terbuka, membuatku langsung menoleh ke arah pintu. Kulihat Mas Raffi melangkah masuk, mendekat ke arahku.Mas Raffi memelukku erat. Tapi aku hanya diam, tak berniat untuk membalas pelukan itu. Meskipun sebenarnya aku sangat merindukan pelukan ini.Pelukan yang dulu selalu bisa membuatku merasa nyaman. Tapi tidak sekarang. Pelukan itu justru terasa begitu menyakitkan.“Maafkan aku, Ra. Aku benar-benar minta maaf,” ucapnya dengan nada lembut. Namun, aku tetap diam.“Aku sangat merindukanmu. Terima kasih masih mau bersamaku,” tambahnya lagi.Kali ini aku mendorong pelan tubuh Mas Raffi, membuat pelukannya terlepas. Kulihat wajah bingungnya, namun aku tak peduli.“Mas, kita harus bicara. Aku memang gak akan meminta cerai, tapi itu bukan b

  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 11.

    Mas Raffi terlihat kebingungan. Dia pasti tak menyangka aku akan meminta syarat yang begitu sulit untuk dilakukan. Mana mungkin dia akan mengizinkanku tinggal bersama dengan istri barunya.Aku tak berhenti di situ saja. Aku ingin semakin menekan Mas Raffi, berharap dia menyerah dan akhirnya mau menceraikanku. Jika itu terjadi, semuanya akan menjadi lebih mudah bagiku untuk melanjutkan hidup.“Bukankah Mas sendiri yang bilang kalau aku dan istri baru Mas itu bisa hidup bersama? Mas juga mengatakan kalau aku bisa berteman dengan Sarah,” ucapku dengan nada sindiran yang tajam.Mas Raffi menghela napas panjang. “Ra, bukannya aku ingin kamu hidup bersama denganku. Tapi untuk tinggal bersama dengan Sarah, aku… aku nggak bisa.”Aku tersenyum sinis, menahan rasa sakit di dalam hatiku. “Kalau begitu, Mas tinggal pilih. Ceraikan aku sekarang juga, atau Mas penuhi syarat dariku,” jawabku dengan nada tegas, penuh tuntutan. Aku tahu aku kejam, tetapi hanya ini caraku untuk melawan.“Mas, kalau M

  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 10.

    Wajah Mas Raffi mulai terlihat panik, saat melihat ibu mertuaku dan istri barunya sedang berjalan ke arah kami. Aku tak peduli, bagiku Mas Raffi bukan siapa-siapa lagi, selain seorang pengkhianat yang sudah tega mengkhianati cinta suci kami.“Raf, kenapa kamu ….” Sarah menghentikan ucapannya saat melihatku yang berdiri tepat di depan suaminya.Aku melambaikan tangan kepadanya dengan senyum penuh arti. Bagaimanapun aku harus menyapanya agar tak dikira sombong.“Kita ketemu lagi ya ma-du-ku,” sapaku dengan menyunggingkan senyum miring, aku bahkan sengaja memperlambat kata terakhirku, agar dia tau kalau dia hanyalah yang kedua, sementara aku lah istri pertama.Kedua telapak tangan Sarah mengepal erat, wajahnya merah padam. Aku yakin, dia sedang marah sekarang. Mungkin dia tak menyangka aku akan datang ke rumah ini.Atau mungkin Sarah tidak tau kalau kedatangan Mas Raffi ke rumahku tadi bukan untuk menceraikanku, tapi untuk membujukku agar tak menggugat cerai.“Mau apa kamu kesini perem

  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 9.

    Raffi meminta Sarah untuk menunggu di ruang tamu, dia harus memberi penjelasan kepada ibunya. Kini hanya tinggal Raffi dan ibunya di dapur. “Sekarang jelaskan pada Ibu, kenapa wanita tadi bilang kalau dia istri kamu? apa kamu dan Zahra sudah bercerai?” Sinta menatap lekat wajah putranya, mencoba mencari jawaban atas pertanyaannya.Raffi sendiri tampak diam, berusaha merangkai kata-kata yang tepat untuk menjawab pertanyaan ibunya.“Bu, Raffi belum menceraikan Zahra dan tak akan pernah menceraikannya.” jawaban Raffi membuat ibunya tercengang.“Raffi mencintai Zahra, Bu, lebih dari apapun,” tambahnya lagi dengan suara tegas.Sinta tampak terkejut. Jika Raffi belum menceraikan Zahra, kenapa wanita itu mengaku sebagai istri Raffi. Dia harus mendapatkan kejelasan saat ini juga.“Raf, jangan bilang kamu … kamu menikah lagi tanpa sepengetahuan Ibu?” tanyanya, matanya menatap dengan penuh kecewa.Raffi perlahan menundukkan kepala, mengangguk pelan. “Maafkan Raffi, Bu,” ucapnya dengan nada li

  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 8.

    Raffi menatap rumah sederhana tempat dia keluar tadi. Rumah yang telah menjadi saksi kehidupannya bersama dengan Zahra selama satu tahun terakhir, setelah mereka menikah.Raffi meremas dadanya yang terasa nyeri saat mendengar isak tangis Zahra, wanita yang sangat dicintainya dengan segenap jiwanya, bahkan karena Zahra dia sampai berani melawan kedua orang tuanya.Suara itu bagai belati tajam yang mengiris hatinya.“Maafkan aku, Ra. Percayalah, aku melakukan semua ini semata-mata demi masa depan kita. Suatu hari nanti, aku yakin kamu akan mengerti alasan aku sampai mengambil langkah ini,” bisiknya pelan, meski dia tau Zahra tak akan bisa mendengarnya.“Raf, ngapain sih kamu masih berdiri disana! Aku sudah bosan menunggu! Ayo cepat kita pergi dari sini!” Suara Sarah terdengar memanggil dari dalam mobil.Raffi menoleh ke belakang, menatap istri keduanya yang menunggunya dengan ekspresi tidak sabar. Dia tau apa yang dilakukannya salah, tapi dia terperangkap dalam dilema.“Iya, aku kesana,

  • Balasan Manis Untuk Suami Pengkhianat   BAB 7.

    Hari-hari berlalu, Mas Raffi juga tak datang menemuiku, mungkin dia masih belum percaya dengan keputusan yang sudah aku ambil, kalau ternyata istri yang dulu sangat mencintainya, memilih untuk menyerah daripada harus berbagi dengan wanita lain.“Aku memang orang miskin, Mas, tapi aku gak gila harta seperti kamu.”Tapi kenapa, meskipun aku sudah memberi tahu ibu tentang kondisi rumah tanggaku, rasanya tetap ada ruang kosong yang tak terisi.Perasaan campur aduk antara kesedihan, kebingungan, dan rasa sakit masih menggelayuti hati ini.Aku tahu, hidup harus terus berjalan. Namun, setiap kali aku melihat ibu, aku merasa semakin tertekan untuk menjadi lebih kuat, untuk tidak membiarkan dia tahu betapa hancurnya hatiku.Walau ia mencoba tetap tegar, aku bisa melihat kepedihannya setiap kali ia duduk di kursi roda, seakan ingin berlari untuk meraih kebahagiaan anaknya.Aku ingin membuat ibu bangga, ingin membuktikan bahwa aku bisa menghadapinya meski tanpa Mas Raffi di sisiku.Di tengah keb

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status