Share

BAB 2 – Mencari Riana

Tertegun. Otaknya seolah berhenti berfungsi selama beberapa saat setelah membaca surat itu. Itu benar tulisan tangan Riana, dan ia belum dapat mencerna apa yang baru saja ia baca. Selama satu jam Alan duduk diam di depan meja rias membaca surat di tangannya berulang kali.

Suara gemuruh langit yang disusul dengan petir mulai terdengar di luar rumah. Suara siulan angin yang melewati celah-celah lubang udara seolah menjadi musik pengiring kesedihan Alan yang mulai menghantamnya.

Setelah membaca surat itu berulang kali, dia menyadari bahwa Riana akan menceraikannya. Wanita yang dia cintai dengan sepenuh hati meninggalkannya. Setelah membaca surat itu berulang kali,. Alan mencengkeram kertas itu dengan satu tangan dan menggertakkan gigi agar tidak berteriak.

Kisah cinta yang ia pikir akan bertahan selamanya hancur begitu saja karena ia miskin dan tidak dapat memberikan kemewahan pada istrinya selama pernikahan mereka.

Semua kenangan lama bersama Riana mulai bermunculan di dalam kepalanya bagai film dokumenter yang diputar secara acak.

Dari pertemuan pertama mereka di SMA. Gadis itu cukup terkenal di sekolahnya karena ia merupakan salah satu putri keluarga Jacky; keluarga pengusaha di bidang perminyakan yang berada di Sumatera, terlebih ia memiliki kecantikan alami tanpa polesan make up apapun di wajahnya. Ia juga terkenal sebagai primadona sekolah yang sulit di dekati karena kepribadiannya yang tertutup dan sedikit aneh.

Awalnya Alan hanya memperhatikannya dari jauh karena penasaran pada sosoknya, namun entah bagaimana takdir selalu mempertemukan mereka. Pertemuan kedua di perpustakaan, pertemuan ketiga di kantin sekolah, dan pertemuan berikutnya selalu di warung mie ayam bang Ujang yang ada di dekat sekolah mereka.

Itulah bagaimana mereka akhirnya dekat dan saling jatuh cinta setelah tamat sekolah. Mereka berpacaran selama setahun setelah duduk di bangku kuliah, lalu Riana diketahui hamil dan Alan memberanikan diri untuk melamarnya. Riana bahkan lebih memilih untuk menikah dengannya meskipun mendapatkan tentangan dari keluarga besar. Mereka tetap menikah dan hidup bersama di rumah orangtua Alan. Sekalipun pernikahan itu hanyalah pernikahan sederhana tanpa kehadiran keluarga Riana, mereka tetap merasa bahagia.

Meskipun berasal dari keluarga kaya, Riana yang Alan kenal bukanlah gadis yang sombong dan mempermasalahkan status, karena itu Alan begitu mencintai dan menyayanginya.

Gadis itu juga ikut bekerja menjadi kasir di salah satu supermarket dekat rumah mereka untuk membantu Alan mencari biaya kehidupan sehari-hari mereka beserta persiapan untuk menyambut kelahiran sang buah hati.

Jika saja Riana tidak keras kepala memaksakan diri untuk tetap bekerja saat kehamilannya yang lemah sudah memasuki usia enam bulan, mungkin kejadian Riana keguguran karena kelelahan tidak akan terjadi.

Ibunya Alan juga memberitahunya untuk menceraikan Riana karena kemungkinan gadis itu akan kesulitan untuk hamil lagi setelah mengalami keguguran. Namun, Alan bertekad tidak akan menceraikan Riana meskipun mereka hanya akan hidup berdua selamanya. Tapi, lihat siapa yang diceraikan sekarang?

Gadis yang ia perjuangkan malah meninggalkannya dengan alasan tidak tahan hidup miskin?

Lucu!

Siapa dulu yang mengatakan tidak masalah dengan hidup sederhana selama mereka selalu saling memiliki? Padahal mereka sudah sangat bahagia dengan kehidupan pernikahan selama lima bulan ini. Ataukah hanya dia seorang yang merasa bahagia?

Hati Alan memanas. Ia tidak terima diceraikan hanya dengan selembar kertas! Harga dirinya tidak menerima itu sebagai seorang pria! Ia harus pergi menemui Riana!

Alan membuang kertas remuk itu di tong sampah sebelah meja. Ia bergegas keluar rumah; mengabaikan hujan deras yang mengguyur kota Kota Pekanbaru malam itu. Sesekali kilat menyambar disertai suara guntur yang menggelegar seolah langit mengikuti suasana hatinya yang mendung dan bergemuruh saat ini.

Aku harus ke rumahnya dan menanyakannya langsung pada Riana,’ batin Alan sembari berjalan keluar rumah memakai helm dan mengendarai sepeda motor bututnya menuju kawasan perumahan elite tempat keluarga Riana tinggal.

Tak butuh waktu lama, dengan kecepatan 60 km/jam Alan melajukan motornya dan tiba dalam waktu setengah jam di depan sebuah rumah mewah tiga lantai yang tinggi menjulang dengan warna abu-abu putih dominan yang lebih terlihat seperti villa mewah dengan halaman yang penuh pepohonan dan bunga.

Ia basah kuyup. Namun ia tidak memperdulikannya.

Matanya tertegun sejenak memandangi rumah mewah yang sudah lama tidak ia datangi itu lalu berjalan mendekati gerbang rumah dan menekan belnya dengan penuh emosi. “Riana! Buka pintunya! Aku ingin bertemu denganmu!! Riana!! Apa kau benar-benar tidak mau bertemu denganku, Riana?!” teriaknya marah di depan rumah. Napasnya tersenggal karena emosi yang semakin meninggi.

“Berisik! Apa yang kau lakukan di depan rumah orang?! Pergilah!”

“Dasar orang gila! Pergilah sebelum kau kupukuli!”

Dua orang satpam yang berbadan kekar meneriaki Alan dari dalam pos satpam. Keduanya berdiri menatap Alan dengan ekspresi sangar dan mengancam.

Seolah tuli, Alan mengabaikan peringatan kedua orang tadi dan terus menekan bel sembari menggoyangkan pagar pembatas rumah itu tanpa henti.

“RIANA!! KELUARLAH! AKU TAHU KAU MENDENGAR SUARAKU! RIANA!!” teriak Alan semakin keras. Tak ada kata takut di dalam kamusnya saat ini. Yang ia pikirkan hanya bagaimana caranya bertemu dengan istrinya.

Tak butuh waktu lama. Seorang wanita cantik berambut hitam kecoklatan, dan iris berwarna coklat berusia di akhir lima puluhnya membuka pintu rumah dan keluar menggunakan payung berwarna hitam mendekati gerbang.

Wanita itu tidak terlihat tua sedikitpun, sebaliknya ia masih terlihat begitu cantik dan terawat. Namun, ekspresi galaknya tidak mencerminkan kecantikannya. Ia membentak Alan dengan tatapan menghina.

“Apa kau gila?! Berteriak di depan rumah orang! Sungguh tidak tahu malu!! Pergi dari rumahku!”

“Bu, di mana Riana?! Aku harus bertemu dengannya, Bu!” Alan berusaha menggapai wanita yang ia panggil Ibu itu dari sela-sela gerbang. Namun, seorang pria yang berbadan besar dengan kemeja berwarna hitam langsung muncul dari pos jaga menghadang dan mendorong Alan menjauhi gerbang hingga terjatuh ke aspal jalanan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status