Share

Pamer Pelaminan Mewah.

Author: Winarsih_wina
last update Last Updated: 2023-01-11 13:36:27

AKHIRNYA TERPILIH JUGA PELAMINAN INDAH INI.

Sebuah caption unggahan foto pelaminan mewah ala sultan. Benar-benar nekad mereka mengeluarkan uang untuk acara mewah ini. Jika mereka nekad aku juga harus nekad.

"Mas gak salah Nina mau mengunakan WO mahal dan terkenal itu? Apa sudah kalian bicarakan dengan pihak pria untuk biayanya?"

Aku bertanya saat mas Bayu sedang menikmati kopi dan pisang goreng yang baru aku suguhkan tadi.

"Tidak perlu ikut campur, kau kan tau Nina adikku sekaligus anak bungsu di keluarga kami. Tentu saja pesta pernikahannya harus besar dan mewah."

Aku menarik napas panjang, mencoba menahan gemuruh di dadaku yang seperti hendak meledak kali ini, tentu setelah mendengar ucapan mas Bayu barusan.

"Masalahnya biayanya ada tidak? Paling engak calon suaminya memberi banyak untuk pestanya. Atau semua saudaramu ikut patungan gitu."

Brak ....

"Diam dan tutup mulutmu, ini urusan keluargaku. Semua sudah dibicarakan jangan pernah ikut campur lagi."

Aku mengelus dada mencoba menghilangkan debaran jantung yang tidak karuan, setelah mendengar mas Bayu mengebrak meja, sehingga gelas kopinya melayang dan tumpah.

"Baiklah mas maafkan aku yang lancang dan ikut campur urusan keluargamu. Baiklah mulai sekarang aku bersumpah, tidak akan ikut campur lagi dengan urusan kalian. Maaf aku masuk kekamar dulu."

Aku meninggalkan mas Bayu sendiri, baiklah sudah cukup aku ikut campur dengan masalah keluarga suamiku, yang selama ini aku anggap keluargaku juga.

Tidak kah mereka tau bagaimana aku mengurus mereka, bahkan aku masih mengurus bapaknya yang sudah mati juga. Tapi ternyata rasa nyaman aku urusi, membuat mereka berpikir aku terlalu ikut campur.

Syukurlah akhirnya aku ada alasan untuk mundur mengurusi keluarga suamiku. Sekarang lebih baik aku buat hidupku nyaman, sebelum menghilangkan kenyamanan keluarga mas Bayu.

"Beruntung banget Bu Gendis bakal punya menantu kaya raya, tidak seperti itu menikah saja hanya di KUA. Saat ngunduh mantu hanya makan nasi urap."

Aku tidak perduli saat beberapa orang wanita berdiri di depan pintu pagar. Mereka menyindirku yang sedang menjemur baju, karena semakin nyinyir aku siram saja dengan air perasan kain basahku.

"Risma .... dasar sialan jadi basah semua bajuku."

Aku tersenyum saat melihat mereka basah kuyup, lumayan air setengah ember. Kena semua biar tau rasa, berani menceritai aku langsung depan-depanan.

"Risma buka pintu, dasar bikin malu aja sih jadi mantu."

Baru aku meletakkan ember bekas menjemur baju tadi. Sudah terdengar teriakan panjang dari mulut mertuaku. Bergegas aku buka pintu agar dia bisa masuk.

"Apa maksudmu menyiram tetangga dengan air bekas baju basah? Apa kau lupa bulan depan adikmu Nina mau menikah, bagaimana kalau dari tempat ini tidak ada yang datang bisa rugi ibu."

Disini tabungan ibu banyak. Berkali-kali ibu undangan kesini, baru kali ini ibu buat pesta besar semoga kembali lagi uang yang ibu kasih buat undangan.

Ampun deh, seperti orang baru aja, berharap balik uang undangan yang dia kasih. Semua orang juga tau, orang sini ada yang tega memberi amplop undangan dengan kertas atau uang dua ribuan.

Masih berharap dikembalikan dengan jumlah yang sama. Seperti nya terlalu berharap tinggi, bagaimana kalau dia tekor. Membuat pesta mewah nanti, tunggu aja pada jantungan.

"Ibu tenang saja di sini ibu terkenal baik. Jadi kemungkinan tempat ini bakal kosong, karena jarang ada pesta mewah pakai WO besar dan mewah lagi. Pasti bikin penasaran semua orang, Risma boleh ya datang awal kepingin melihat pelaminan mewahnya Nina."

Mertuaku tampak berpikir tapi sesuai perkiraan. Dia akan melarangku datang awal, alasannya takut aku kecapekan terus tidak bisa bantu-bantu besok saat pesta.

"Cuci piringnya kan besoknya? Kalau kau datang awal bisa kecapekan saat membantu cuci piring. Kasihan menantu tersayang ibu, biar saja yang lain di bereskan ipar-iparmu."

Seperti dugaanku pasti di tolak jika meminta datang awal, karena bagaimanapun tenagaku hanya dibutuhkan di saat mencuci piring saja.

"Terserah ibu saja, aku juga sudah bilang ke mas Bayu. Tidak akan ikut campur urusan kalian lagi."

"Bagus kau mengerti dengan apa yang dikatakan oleh suamimu. Sebagai wanita jangan terlalu ikut campur, bersyukur saja suamimu baik, bahkan dia memberikan semua gajinya kepadamu. Seharusnya kau merasa beruntung jadi istrinya Bayu."

Aku tersenyum kecut, saat mertuaku bilang aku istri yang beruntung. Ternyata pikirannya sama, dengan pikiran orang yang selalu bilang aku wanita yang beruntung.

"Sudah cepat, mana beras dan uang buat ibu. Kasihan Nina menunggu di depan."

"Seratus ribu ibu minta juga?"

Aku mengeluarkan uang seratus ribuan itu. Dengan cepat ibu menariknya dengan paksa.

"Seratus ribu kan sudah hak ibu. Bisa ataupun tidak bisa harus tersisa seratus ribu buat ibu. Seratus ribu aja ribut amat."

Aku menyerahkan beras dalam goni seberat lima kilo. Dengan cepat mertuaku membawa keluar dan langsung naik ke motor anaknya, setelah itu pergi tanpa permisi.

Jatah ibu mertua sudah aku berikan. Sekarang tinggal menunggu pria-pria tampan yang akan mengapeli aku malam ini. Betapa indahnya hidup ini kapan berakhirnya.

Ting ....

Sebuah pesan dari wa keluarga mas Bayu. Ternyata dari kakak mas Bayu, bertanya dimana ibu dan adiknya meski dia tau kemana kedua orang itu pergi.

(Masih seratus ribu sama beras lima kilo, kapan naik jatah ibu. Kasihan Bayu di kuasai istrinya semua gajinya.)

(Ibu mau aja dikasih segitu, Mbak. Jadi makin berkuasalah ipar kita itu, mentang-mentang kesayangan ibu.)

(Kalian jangan iri, udah untung aku kasih lima kilo beras dan seratus ribu. Kalau mau memberi ibu lebih nih ambil ATM mas Bayu, agar bisa kalian mengelolanya. Dengan iklas aku berikan semuanya tanpa aku potong.)

(Sudah lah Ris, tidak usah berlagak. Jangan buat kami empat bersaudara jadi berantem gara-gara ulahmu.)

(Aku tidak pernah bermaksud membuat kalian berantem. Tapi kalau mau baik akan aku buat kalian ribut tunggu saja waktunya.

Aku meletakkan hp ku percuma melawan mereka buntutnya aku juga yang salah. Padahal kan niatku baik memberi semua gaji mas Bayu tapi mereka semua menolaknya. Sepertinya bakal ada perang besar sebentar lagi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Bawa Anak Lelakimu Pulang, Bu.   Ekstra Part 14 (akhir segalanya)

    Ekstra Part 14."Aku tidak menyangka sama sekali. Niat mereka begitu kejam, tapi aku masih tak habis pikir, kenapa harus aku yang mereka pilih?"Malik membelai perut sang istri. Dia mengira perut wanita itu keram seperti biasa, karena melihat Risma terus mengusap perutnya.Plak ..."Jauhkan tanganmu, aku kekenyangan, kau sibuk ikut mengelus perutku."Risma memukul tangan Malik. Memikirkan Sarah sudah membuatnya kesal, sekarang tanpa dosa suaminya membelai perutnya yang mulai membuncit, bukan hanya karena ada bayi tapi juga karena makanan yang mertuanya masak. Risma benar-benar kekenyangan."Tidak apa, Yank. Kan ada anak kita di dalam sini. Meski gemuk kau tetap cantik."Malik tersenyum ke arah sang istri. Dia mengira sudah membuat wanita itu senang, siapa sangka reaksi Risma justru mengerikan."Aku belum gemuk saja kau sudah dekat-dekat dengan Sarah. Aku tak tau saat perut ini besar nanti, wanita mana lagi yang kau dekati!"Risma semakin kesal setelah mendengar ucapan Malik. Pria itu t

  • Bawa Anak Lelakimu Pulang, Bu.   Ekstra Part 13 ( Kehancuran mereka)

    Plak ...."Dasar perempuan tak berotak, aku sudah memberimu banyak bantuan, Gendis. Dari anak-anakmu masih hidup hingga mereka semua mati, aku membantumu tapi apa yang kau lakukan? Mengoda suamiku dan membuat lumpuh mertuaku."Indah membabi buta saat menghajar Bu Gendis. Wanita itu hanya diam saat mendapatkan perlakuan kasar itu, karena di sana banyak orang-orang Indah.Keadaannya sudah sangat menyedihkan tapi Indah masih belum puas. Bu Gendis mengepalkan tangan saat melihat Risma duduk menikmati sepiring siomay. Mantan menantunya itu memanggil penjual siomay keliling, untuk berhenti di depan rumah kontrakannya.Keramaian di rumahnya pasti ulah Risma. Dia tak menyangka mantan menantumu mengetahui tempat tinggalnya, sedangkan rencananya dengan Sarah belum berhasil."Yank, apa ini tidak terlalu kejam? Lihat dia sudah terluka seperti itu, kasihan."Malik meraih sendok di tangan istrinya lalu ikut makan siomay dengan santai. Dia tak perduli meski sang istri melotot ke arahnya."Pria yang m

  • Bawa Anak Lelakimu Pulang, Bu.   Ekstra Part 12 (siapa di balik Sarah)

    "Silakan duduk Nina Sarah. Ada apa datang kemari?"Risma tersenyum saat melihat Sarah masuk ke ruangannya. Ruangan tempat dia bekerja di butiknya, ruangan yang sudah dua tahun ini dia tempati."Aku datang karena mas Malik yang minta. Dia tak ingin terjadi keributan makanya memintaku bicara denganmu."Risma menegakkan punggungnya saat mendengar ucapan Sarah. Dia tak menyangka, wanita ini bilang di minta Malik untuk bicara dengannya."Bicara soal apa? Aku rasa tak ada yang perlu kita bicarakan. Apalagi soal yang berhubungan denganmu dan suamiku," ucap Risma."Baguslah kalau kau sadar. Aku hanya ingin kau tau, kalau hubunganku dengan Malik sudah sangat mendalam. Kami bahkan sudah tidur bersama, saat kau kedinginan di mobil malam itu. Aku dan Malik justru berada di atas ranjang yang membara."Risma menatap ke arah Sarah. Dia tak menyangka wanita elegan ini ternyata murahan juga, dia jadi ingin tau kedok wanita ini."Bagus dong kalau begitu. Sekarang kau hanya perlu mengikatnya dalam ikatan

  • Bawa Anak Lelakimu Pulang, Bu.   Ekstra Part 11 ( Bersalah lagi)

    "Angkat Mas."Risma memohon agar Malik mengangkat panggilannya. Saat ini perutnya terasa sakit luar biasa, namun sayang Malik tak mengangkat panggilannya. Sedangkan posisi pria itu paling dekat, karena saat ini dia berada tak jauh dari kantor suaminya."Taksi!"Risma terpaksa memanggil taksi untuk membawanya ke rumah sakit. Rasa nyeri di perutnya membuatnya takut luar biasa, dia takut terjadi sesuatu pada kandungannya."Rumah sakit Permata Bunda, Pak. Tolong lebih cepat."Risma memohon pada supir taksi itu. Melihat raut wajah penumpangnya yang kesakitan, sopir itu segera paham jadi dia segera melaju menuju rumah sakit tujuan Risma."Tunggu sebentar Mbak saya panggilkan perawat."Begitu sampai rumah sakit, sopir itu segera memanggil perawat untuk membantu penumpangnya. Risma berterima kasih lalu membayar ongkosnya, kemudian dia meminta perawat untuk membawanya ke dokter kandungan.Saat itulah dia bertemu dengan Malik yang sedang memapah Sarah. Sepertinya wanita itu juga sedang sakit, de

  • Bawa Anak Lelakimu Pulang, Bu.   Ekstra Part 10 ( Maaf )

    "Benar ada yang aneh, Mbak."Putri meraih potongan apel di meja. Meski mulutnya mengunyah tapi matanya tampak kosong, dia dan Risma seperti sedang berpikir.Malik yang berdiri di kejauhan merasa heran, saat melihat kedua wanita itu tak bicara atau pun bergerak. Penasaran membuatnya mendekat lalu mencium kening Risma, membuat wanita itu terkejut karena tak menyadari kedatangan suaminya."Apaan sih?"Risma mengusap keningnya lalu kembali mengunyah potongan buah di piring. Dia tak memperdulikan Malik yang duduk di depannya, dia justru asik menatap adik iparnya yang terdiam sejak kedatangan Malik."Aku rasa memang ada yang aneh. Aku harap kita bisa dapatkan petunjuk, Put. Nanti kita lihat lagi, siapa tau ada sesuatu yang terlepas dari pandangan kita."Risma menyerahkan piring berisi buah. Dia dan adik iparnya memang suka makan buah, mereka bilang untuk membantu diet. Walau hasilnya melihat nasi di embat juga."Yank."Risma melirik sekilas ke arah Malik. Membuat pria itu mengerucutkan bibir

  • Bawa Anak Lelakimu Pulang, Bu.   Ekstra Part 9(Kemarahan Risma.)

    "Sayang, syukurlah kau pulang."Malik berlari menyambut kepulangan istrinya. Beberapa jam mereka kebingungan, karena Risma menghilang tanpa kabar. Ponselnya mati hingga tak bisa di hubungi."Jangan mendekat, Mas. Tolong menjauh lah, aku belum mandi dan belum mencuci muka."Risma menolak Malik ketika pria itu hendak memeluknya. Matanya melirik Sarah yang berdiri di belakang suaminya, dia bisa menebak kalau wanita itu selalu bersama Malik saat dia menghilang."Maaf, mobil Risma mogok di jalan semalam. Apalagi hujan lebat jadi aku tidur di mobil, tak ada yang bisa membantu apalagi ponselku kehabisan baterai. Kalian bisa sarapan duluan, aku mau mandi baru tidur sebentar."Risma langsung pergi meninggalkan kedua orangtuanya. Untunglah mereka ada sehingga bisa menjaga anaknya saat dia tak pulang."Yank.""Tolong tinggalkan aku, Mas."Risma menutup pintu sebelum Malik bisa masuk ke kamar. Dia tak mau ribut sehingga membuat orangtuanya bingung, meski dia kesal tapi masih mencoba tenang."Sayan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status