로그인Pemandangan di depan mereka sungguh tak masuk akal bagi siapa pun yang mengenal kegarangan domain aksis. Di tengah cakrawala abu-abu yang biasanya kosong dan dingin, kini berdiri sebuah pondok kayu kecil yang mungil namun tampak sangat kokoh. Kayunya berwarna cokelat gelap dengan gurat-gurat keemasan, memancarkan aroma pinus dan ketenangan yang belum pernah ada sebelumnya.“Kael … ini benar-benar terjadi,” ucap Lyra, matanya berkaca-kaca.Kael terdiam, jemarinya perlahan melepaskan genggaman pada gagang pedang bayangannya. Ia melangkah maju, diikuti oleh Lyra yang masih tampak ragu. Saat kaki mereka menyentuh teras kayu pondok itu, sensasi dingin dari domain seolah menghilang, digantikan oleh kehangatan yang merambat dari telapak kaki ke seluruh tubuh.“Ini adalah manifestasi dari hukum kelima,” imbuh Kael pelan. Suaranya tidak lagi sedingin es, melainkan membawa nada takjub. “Hak atas masa depan yang kita tulis tadi … ia tidak mau menunggu. Ia ingin kita melihat bahwa mimpi kita bu
Keheningan di domain aksis yang semula menenangkan, tiba-tiba berubah menjadi hampa yang mencekam. Getaran halus yang dirasakan Lyra tadi kini mulai membesar, berdenyut seperti detak jantung monster yang tak terlihat. Kael berdiri dengan waspada, tangan kirinya masih mendekap bahu Lyra, sementara tangan kanannya sudah dialiri oleh energi darah bayangan yang pekat."Dia sudah di sini," bisik Kael. Matanya menyapu cakrawala abu-abu domain.Tiba-tiba, di tengah danau bayangan yang jernih, muncul sebuah titik putih kecil. Titik itu tidak memancarkan cahaya, melainkan menyerap segala warna di sekitarnya. Perlahan, titik itu membesar dan membentuk sosok humanoid tanpa wajah, tanpa pakaian, dan tanpa emosi. Tubuhnya putih bersih, kontras dengan kegelapan domain.Itulah korektor absolut. Ia bukan manusia, melainkan manifestasi dari penghapus alam semesta. Tugasnya hanya satu, mengembalikan semua anomali menjadi nol.Korektor absolut itu melangkah di atas air danau, namun tidak menimbulk
Cahaya di domain aksis perlahan berubah menjadi warna emas pucat, menyerupai fajar di dunia luar, meskipun di sini tidak ada matahari. Kael masih duduk di tepi danau bayangan, tangannya masih menggenggam jemari Lyra. Keheningan yang menyelimuti mereka bukan lagi keheningan yang mencekam, melainkan ketenangan yang memberikan ruang bagi hati untuk bernapas."Kael," panggil Lyra pelan, memecah kesunyian yang manis itu.Kael menoleh, menatap mata biru-perak Lyra yang kini tampak lebih jernih. "Ya?""Tadi … saat kau menghadapi sosok itu," Lyra ragu sejenak. “Apakah kau benar-benar tidak menyesal? Dia menawarkanmu segalanya. Kekuatan tanpa batas, keabadian yang murni … hal-hal yang diimpikan oleh setiap kultivator di dunia luar."Kael terdiam sejenak. Dia menarik napas dalam, membiarkan udara domain yang segar memenuhi paru-parunya. "Aku sudah pernah memiliki segalanya, Lyra. Aku memiliki nama besar di sekte, aku memiliki jalur masa depan yang cerah sebagai pewaris darah suci. Dan apa yan
Getaran itu menusuk ulu hati Kael. Bukan karena rasa sakit fisik, tetapi karena ada sesuatu dalam darahnya yang bergejolak mengenali frekuensi tersebut. Di tengah gerbang keheningan yang baru saja ia kuasai, sebuah bayangan wajah mulai muncul. Wajah itu terlihat sangat mirip dengan Kael, namun lebih matang, lebih tenang, dan membawa beban ribuan tahun di matanya.“Tidak mungkin,” bisik Lyra, tangannya yang gemetar mencengkeram jubah Kael. “Cahaya di matanya … itu adalah sumber dari kekuatanku. Dia adalah sang arsitek pertama.”Sosok itu tidak melangkah keluar dari gerbang, ia adalah bagian dari gerbang itu sendiri. Suaranya terdengar seperti bisikan angin di malam yang paling sunyi, namun mampu meruntuhkan tekad siapa pun yang mendengarnya.“Kau telah melakukan hal yang luar biasa, Putraku,” ujar suara itu, bergema langsung di dalam pikiran Kael. “Kau telah mengambil alih domain ini. Kau telah menundukkan Takdir. Tapi tahukah kau mengapa kau bisa melakukan semua itu?”Kael berdiri te
Kael menarik Lyra ke dalam pelukan. “Perang telah usai. Sekarang, kita adalah aturan, Lyra. Aturan yang dibangun di atas koneksi, bukan isolasi.” Filsafat hidup Kael, yang dulunya adalah beban, kini menjadi pilar utama alam semesta.Domain keheningan menjadi domain aksis. Kael dan Lyra, aksis dan arsiteknya, berdiri sebagai poros baru realitas. Mereka tidak menjadi raja, mereka menjadi hukum abadi yang baru.Di pusat gerbang keheningan, yang kini memancarkan cahaya abu-abu kebiruan yang stabil, Kael dan Lyra mulai menyusun sistem baru. Gelombang kepastian takdir yang menyerang mereka sebelumnya kini telah diserap oleh domain dan bertransformasi menjadi hak konsekuensi, hukum yang memastikan setiap pilihan memiliki dampak, tetapi tidak pernah memaksa hasilnya.“Kita tidak bisa menghapus takdir secara total, Kael,” jelas Lyra, cahaya biru peraknya memetakan inti domain. “Kita hanya membuatnya tunduk pada pilihan. Tugas pertama kita adalah membatalkan semua kerusakan kausal yang dilakuk
Kael menatap simbol lingkaran tertutup dengan garis melintang yang terbentuk di atas gerbang keheningan. Simbol itu melambangkan keputusan final bahwa kehendak Kael harus dihapus agar realitas dapat melanjutkan tatanan lamanya, sebuah hukuman yang dijatuhkan oleh pengingat dunia setelah semua kegagalan intervensi."Mereka telah membuat keputusan, Kael," bisik Lyra, tangannya gemetar. "Ini adalah konfrontasi paling murni, aksis melawan takdir murni. Tidak ada lagi aturan, hanya keberadaan." Konfrontasi ini terjadi di tingkat fundamental, di mana kegagalan berarti penghapusan total dari sejarah, tanpa meninggalkan jejak memori.Kael menatap simbol itu. Di matanya, tidak ada ketakutan, hanya tekad yang membara, memancarkan kedinginan darah bayangan. "Kalau begitu, biarkan tatanan lama menyaksikan kelahiran tatanan baru," jawab Kael. Dia menarik Lyra ke sisinya. "Waktunya duel."Kael dan Lyra berdiri di batas domain. Gerbang keheningan berdenyut, siap menjadi medan perang terakhir. Mere







