LOGIN"Jangan sekarang, aku mohon Sayang," pinta Nina sedikit panik.
Alex menatap wajah Nina dengan heran. "Kenapa tidak?" Alex semakin dalam menatap Nina. Nina segera melepaskan pelukan dari Alex. Dia khawatir, jika malam ini mereka bercinta seperti biasanya. Kegiatan mereka akan didengar oleh Amanda. "Aku tidak mau kak Amanda mendengar kita bercinta," ucap Nina. "Kok bisa seperti itu? Memang haram kalau Kakak kamu dengar. Aku pikir wajar saja," tegas Alex. Nina sudah tidak bisa membantah ucapan suaminya. Ia pun pasrah saat Alex melepaskan pakaiannya. Memulai adegan ranjang mereka dengan begitu intim. Alex begitu menikmati setiap inci tubuh Nina. Ini bagian yang sudah sering Alex jamah, tetapi ia selalu menikmati kenikmatan. Alex dengan sigap memangku tubuh Nina ke atas ranjang. Menikmati ranjang itu berdua seperti malam biasanya. Alex tidak ingin kesempatan ini hilang begitu saja. Apalagi Alex merasa ini adalah malam sempurna untuk kedua. Suasana hening malam, seketika berubah menjadi panas. Saat Nina dan Alex mulai bersuara. Mereka bersuara dengan begitu keras. Hingga suara keduanya bisa terdengar oleh Amanda yang berada di kamar sebelah. Mendengar keintiman dari sang adik bersama suami. Amanda mulai merasa iri. Ia tidak pernah merasakan sensasi seperti yang Nina dapat. Jauh dari harapan, Rudi tidak begitu romantis. Itu cukup membuat Amanda puas. Suara Nina dan Alex yang semakin sempurna merambat ke sela-sela kamar. Seketika membuat Amanda berpikir jorok. Dia mulai membayangkan Rudi menjamah tubuhnya. Mulai nakal dengan kedua tangannya. Suara kenikmatan di dalam kamar Nina dan Alex yang semakin terdengar nyaring. Semakin membuat Amanda tidak kuasa. Ia segera melepas celananya. Mulai meraba lembah kenikmatan. Menjelajah dengan jari-jarinya. Merasakan seperti yang sedang Nina rasakan di dalam kamar sebelah. Alex bermain dengan baik di setiap malam. Dengan durasi yang cukup panjang. Itu cukup memberikan rasa kenikmatan pada Nina. Kenikmatan yang juga dirasakan oleh Amanda di dalam kamar sebelah. Hampir setengah jam, momen manis itu segera berakhir. Alex tidak lupa mengatakan kata-kata manis untuk istrinya. "Aku mencintaimu. Selalu mencintaimu." Nina tersenyum, lalu segera membalas dengan kata-kata yang tidak kalah romantis. "Aku juga mencintaimu, Sayang." Rudi selalu tidur setelah bercinta, tidak pernah bisa romantis seperti Alex. Itu yang membedakan Rudi dengan Alex. Sehingga menimbulkan pemikiran akan Rudi yang gagal dalam program hamil yang sudah mereka rancang. "Nina sudah berulang kali hamil. Walaupun ia sering keguguran." pikir Amanda. "Apa mungkin semua ini, karena Rudi yang tidak bisa bermain sebaik Alex dalam bercinta?" tanya Amanda pada dirinya sendiri. Terdengar Nina membuka pintu kamarnya. Mulai berjalan menuju dapur. Amanda tidak ingin kehilangan momen. Ia segera merapikan pakaiannya untuk menjumpai Nina. Tidak ada keraguan bagi Amanda. Ia segera menghampiri Nina yang sedang mengambil minum di lemari pendingin. Nina langsung terkejut saat melihat keberadaan sang kakak. Khawatir kakaknya tahu momen ia bercinta dengan Alex. "Kakak belum tidur?" tanya Nina dengan wajah panik. Amanda menarik kursi, lalu duduk dengan manis. Satu buah kerupuk langsung diambil olehnya dari toples. Dengan perlahan ia mulai menikmati kerupuk tersebut, "Tadi Kakak dengar kamu bercinta dengan Alex." Nina langsung terkejut. Ia sedikit malu, mengingat momen itu adalah momen yang cukup krusial. "Seandainya Mas Rudi seperti Alex. Beringas, gagah dan penuh gairah. Kakak rasa, akan ada jabang bayi yang menghiasi rumah tangga Kakak," ucap Amanda dengan penuh kesedihan. Nina yang tidak ingin membuat sang kakak bersedih. Langsung menghampirinya. Memberikan semangat untuk tidak patah semangat. "Aku rasa waktunya yang belum tepat Kak. Mungkin saat itu Mas Rudi lagi capek. Alex juga kalau lagi capek tidak akan sebaik itu." Amanda begitu mengapresiasi semangat yang diberikan oleh Nina. Dia langsung memeluk Nina dengan pelukan hangat. Merasa begitu dihargai oleh Nina. Amanda merasa kegagalan mereka dalam program kehamilan, disebabkan oleh stamina Rudi yang kurang ganas. Tetapi Amanda selalu menjadi pihak yang disalahkan oleh keluarga Rudi. Sehingga Amanda sedikit stres dengan tuduhan yang datang padanya. "Besok akan jadi hari yang bersejarah buat Kakak dan Rudi," ucap Amanda melepaskan pelukannya. "Hari apa itu?" tanya Nina penasaran. "Hasil pemeriksaan kesuburan Kakak dan Mas Rudi akan muncul. Semuanya akan terjawab. Siapa yang selama ini tidak subur. Sehingga Kakak tidak akan disalahkan terus menerus oleh keluarga Rudi," terang Amanda. Nina langsung mengangkat kedua tangan. Lalu dia mendoakan agar Rudi dan Amanda dinyatakan subur. Sehingga mereka bisa memiliki keturunan segera. "Ya Tuhan, semoga Kakak aku paling cantik ini dinyatakan subur. Begitu juga dengan kakak iparku. Semoga hasilnya bagus. Aamiin." Doa Nina langsung disambut baik oleh Amanda. Dia segera mengucap "aamiin" untuk doa Nina tersebut. Lalu keduanya kembali berpelukan hangat.Brian kecewa berat pada Rudi, menganggap dia penuh tipu daya. Dia pilih resign, tidak mau terlibat lagi urusan dengan Rudi dan Amanda. "Apa ini ada hubungannya sama kejadian kemarin?" tanya Rudi, suara hati-hati."Menurut Bapak? Saya tidak akan keluar dari pekerjaan ini kalau nggak ada masalah. Saya ingin jaga rumah tangga saya. Makanya saya mundur," jawab Brian tegas, mata tak bergeming."Tapi coba lagi yuk. Saya kasih imbalan besar. Ratusan juta buat kamu," bujuk Rudi, penuh keyakinan.Brian tatap tajam, pukul meja keras. "Tidak! Saya tidak mau lagi. Simpan uang Bapak, kasih orang lain aja!" Dia balik badan pergi, tinggalkan Rudi terkejut – Brian biasanya selalu patuh dengan perintah Rudi, menyelesaikan tugas dengan baik. Tapi ini beda, dia sama sekali tidak bisa melakukan permintaan berat dari Rudi. Menerobos jalur neraka dengan kenikmatan duniawi. Pikiran Rudi nyaris buntu, mencari sosok pengganti untuk bisa tidur dengan Amanda. Laki-laki perkasa, jantan yang sempurna. Dia berjal
"Kamu tidur dengan dia bukan karena cinta. Kamu juga bukan wanita penghibur seperti yang dia bilang. Kenapa kamu malah sedih seperti ini. Sudah, kamu harus kuat Manda!" ucap Rudi dengan santai. Wajah Amanda seketika berubah menjadi marah. Bukannya menyudahi ide gilanya. Rudi justru menyalahkan istri dari Brian. Jalan pikiran dari Rudi nyaris sudah hilang. Tertutup oleh hawa nafsu yang besar, serta rasa patuh yang tidak seharusnya dilakukan. "Aku itu hampir gila dengan kejadian itu. Istri Brian marah besar padaku. Tapi kamu. Kamu seolah tidak mau tahu dengan semuanya. Menyalahkan aku dengan sesuka hati. Rudi, aku malu Rud. Harga diri aku nyaris hilang karena kejadian kemarin. Tapi kamu seolah tidak peduli dengan semuanya. Dimana otak kamu?" Amanda dengan penuh emosi. "Maksud aku gini, Sayang. Kita tidak perlu peduli dengan semua itu. Kita hanya fokus pada tujuan kita. Kalau kemarin kita gagal. Maka di selanjutnya, kita usahakan berhasil. Kita harus sukses, dengan cara lain. Ay
Imbalan sebesar 20 juta, sudah disiapkan oleh Rudi untuk Brian. Brian sepakat untuk menghabiskan malam bersama dengan Amanda. Brian sendiri sudah memiliki 2 orang anak yang masih kecil. Untuk urusan membuahi, Brian sudah cukup berpengalaman. Selain itu Brian juga memiliki wajah yang rupawan. Brian sudah pasti disetujui oleh Amanda untuk bercinta. Sepanjang jam makan siang, Brian dan Rudi sudah sepakat. Malam ini Brian akan bertemu dengan Amanda di sebuah hotel berbintang. Di mana Amanda pun sedang dalam proses masa subur. Jadi momentum yang cukup tepat untuk bercocok tanam. Tepat di pukul 8 malam. Brian datang menemui Rudi di lobi hotel. Ia terlihat begitu siap untuk bercinta. Dengan minyak wangi yang begitu aromatik. Brian siap memberikan pelayanan terbaik untuk Amanda. Pertemuan pertama itu cukup berkesan bagi Amanda. Ia menyukai Brian yang cukup tampan. Apalagi Brian juga memiliki postur badan yang ideal. Serta badan yang bugar. Ini sudah sesuai dengan harapan dari Amanda.
"Pria itu hanya akan menidurimu. Bukan mencintaimu, jadi tidurlah dengan dia. Ini demi rumah tangga kita," pinta Rudi sembari menggenggam erat tangan Amanda. Wajah Rudi terlihat sungguh-sungguh. Ia kali ini benar-benar meminta pada Amanda. Rudi tidak pernah terlihat bersungguh-sungguh. Tetapi ini permintaan kuat darinya. Berharap Amanda akan sedikit melunak, memberikan lampu hijau. Amanda dengan wajah kecewa, tidak bergeming. Masih pada prinsip kuatnya. Rasanya sulit bagi Amanda untuk setuju dengan permintaan Rudi ini. Rudi tidak menyerah, ia tetap berusaha keras untuk memperjuangkan keinginan kedua orangtuanya. "Kamu ingin apa? Liburan, shoping atau mungkin kamu ingin mobil baru." tawar Rudi. "Ok, mungkin kamu ingin perhiasan. Jam tangan, dan tas mewah. Aku akan belikan sekarang juga." Bukannya tertarik, Amanda langsung melempar tangan Rudi. Ia justru terlihat kesal dengan cara Rudi. Ia memalingkan wajah dari Rudi. Perlahan wajahnya basah oleh air mata. Tetap pada keput
"Amanda, Ibu ingin kamu tidur dengan pria lain. Dengan seperti itu, kamu bisa hamil dan kita bisa membuktikan bahwa Rudi tidak mandul pada semua orang," Rudi terkejut mendengar perkataan ibunya. "Bu, apa kamu tidak berpikir tentang perasaan kami? Kami tidak bisa melakukan itu!" Amanda juga terkejut dan marah. "Tidak, Bu! Aku tidak bisa melakukan itu! Aku mencintai Rudi dan aku tidak bisa tidur dengan pria lain." Robert, memasuki ruang makan. Lalu ia duduk di samping Margareth, dan mendukung keputusan Margareth. "Ya, anakku. Ini adalah satu-satunya cara untuk membuktikan bahwa kamu tidak mandul." Rudi dan Amanda saling menatap, merasa tidak percaya dengan keputusan orang tua mereka. "Tidak, Ayah! Kami tidak bisa melakukan itu!" kata Rudi dengan tegas. Margareth memukul meja dengan keras. "Dengar Rudi. Ibu tidak ingin semua orang tahu. Jika kamu mandul. Semua orang akan mencemooh Ibu. Kamu harus pikirkan perasaan Ibu." "Tapi Ibu juga harus pikirkan perasaan kami. Apa Ibu t
"Apa? Kamu mandul, Rudi?" tanya Robert, ayah kandung Rudi. Rudi tidak mampu menatap wajah ayahnya. Ia menunduk seraya berkata, "Iya Ayah. Aku dinyatakan tidak bisa memiliki keturunan. Aku mandul." Amanda yang duduk di samping Rudi, mencoba menguatkan suaminya. Ia mengelus lembut pundak Rudi. Memberikan kekuatan untuk bisa kembali bangkit dengan takdir pahitnya. Margareth, ibu dari Rudi mulai terlihat kecewa. Wajahnya ditekuk, merasa hidupnya sudah tidak ada artinya. Tidak ada lagi pewaris yang diharapkan. "Jika tahu kamu akan mandul. Mama mungkin mau punya tiga anak. Jika kamu tidak bisa memiliki keturunan, masih ada anak lain yang bisa memberikan Mama keturunan. Kamu memang laki-laki payah Rudi," ucap Margareth dengan wajah sinis. Amanda terhentak mendengar ibu mertuanya mencela Rudi. "Bu, ini bukan kemauan Mas Rudi. Tapi ini kehendak yang Maha Kuasa. Kita tidak bisa menolak semua ini." "Terus siapa yang akan menjadi penerus keluarga kita, kalau Rudi tidak bisa memi







