Home / Romansa / Benih Papa Sahabatku / Bab 176A. Tidak Satu Atap

Share

Bab 176A. Tidak Satu Atap

Author: Syatizha
last update Last Updated: 2025-02-08 07:10:02

"Jangan. Jangan tinggal di sana. Kalau kamu mau main-main ke rumahnya, silakan. Tapi, jangan tinggal di sana." Daniel menjawab sangat tegas.

Wajah Nida berubah masam. Bersedih, karena Daniel tidak mengizinkannya tinggal di rumah Yuda dan Gita.

Melihat situasi seperti itu, Namira menoleh pada suaminya dan juga pada Nida. Namira berdehem, berucap. "Nida, kamu ganti seragam, mandi dan makan. Setelah itu, istirahat," sela Namira cepat. Tidak ingin melihat kesedihan Nida.

"Iya, Kak." Sembari merunduk, Nida membalikkan badan, berjalan gontai menuju kamarnya.

Setelah kepergian Nida, Namira menarik napas panjang, menyentuh bahu sang suami.

"Mas?"

"Kenapa, Sayang?"

"Kenapa sampe membentak begitu?" tanya Namira lembut. Dia hanya takut, nantinya Nida tidak sayang lagi pada Daniel.

"Aku bukan membentak, hanya berusaha tegas. Lagipula, mau ngapain Nida tinggal di rumah Yuda? Jangan hanya baru sehari Gita berubah menjadi baik, terus dia beranggapan Gita berubah baik selamanya? Belum tentu jug
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 176B. Malam Pertama

    Malam ini, Tina dan Ferry telah sah menjadi sepasang suami istri. Mereka sangat bahagia. Pernikahan sederhana yang dihadiri hanya oleh beberapa orang terdekat. Sekarang Ferry dan Tina tinggal di salah satu kontrakan yang letaknya dekat cafe tempat Ferry bekerja. Sepasang suami istri itu duduk di sisi r4njang. Mereka tampak salah tingkah satu sama lain. Begitu pula Ferry, meskipun sebelumnya sudah menikah tapi dia belum pernah mengalami rasa gugup seperti malam ini. Dari dua pernikahannya terdahulu, yang memulai malam pertama istri-istrinya. Bisa dikatakan istrinya yang lebih agr3sif. Sedangkan sekarang, istrinya justru sangat pasif. Sedari tadi, Ferry hanya melihat Tina merunduk, sembari jari jemarinya memilin ujung pakaian tidur yang trasnf4ran. Ferry melirik jam dinding, sudah pukul delapan malam. Suasana rumah kontrakan sudah sepi. Orang-orang yang menghadiri pernikahannya, telah pulang sejak satu jam lalu. Ferry berdehem, mendekati Tina yang masih saja merunduk. "Tina, aku bole

    Last Updated : 2025-02-08
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 177A. Pura-Pura

    Hari ini, Gita sudah diperbolehkan pulang ke rumah. Dia hanya over dosis obat tidur saja. Yulia bahagia karena sikap dan ucap Gita tidak kasar, tidak suka marah-marah lagi. "Hati-hati, Bu," ucap Yulia ketika mereka sudah sampai rumah. Yuda keluar mobil, membantu Gita duduk di kursi roda. Setelahnya, ia sendiri yang mendorong kursi roda yang ditempati Gita. "Alhamdulillah, akhirnya aku bisa pulang lagi ke rumah," ucap Gita tersenyum bahagia melihat keadaan rumahnya. Bi Wati, asisten rumah tangga Gita tergopoh-gopoh menghampiri majikannya yang baru pulang dari rumah sakit. "Bi Wati apa kabar?" tanya Gita lebih dulu. Bi Wati tentu saja terkejut mendengar sapaan dari majikannya itu. Sudah lama sekali Bi Wati tidak mendengar suara Gita yang lembut. Bi Wati bersimpuh di depan kursi roda Gita. Sebulir air mata menetes membasahi wajah. "Alhamdulillah, kabar saya baik, Bu," jawab Bi Wati menyeka lelehan air matanya. "Bibi ngapain duduk di situ? Berdiri aja." Gita memegang kedua bahu Bi

    Last Updated : 2025-02-08
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 177B. Jangan Berburuk Sangka

    "Nida ... buka pintunya, Nidaaaa ....!"Nida yang tengah berbaring di atas r4njang menoleh ke arah pintu. Suara itu adalah suara Bianca. Salah satu orang yang melarangnya tinggal di rumah Yuda. "Nidaaa ... aku tau, kamu lagi rebahan kan? Kamu mau ikut ke rumah Om Yuda gak? Katanya Tante Gita sekarang udah pulang. Nidaaaaa ...."Mendengar kabar Gita sudah pulang dari rumah sakit, Nida langsung beringsut, turun dari r4njang, berjalan cepat dan membuka pintu. "Aku ikut! Serius kan, kalau mamah Gita udah pulang ke rumah?" tanya Nida semangat. Bianca mengangukkan kepala. "Iya, beneran. Tadi Evan telepon aku. Mau ikut gak? Kalau enggak, aku sama papah dan Mamih berangkat sekarang," kata Bianca agak mengancam. "Ikut dong, Kak ... tapi aku belum mandi," kata Nida meringis. Bianca membulatkan kedua mata."Dih, jorok amat kamu, Nid? ini udah jam sebelas siang, belum juga mandi. Dah ah, kamu nanti nyusul aja!""Dih, Kakak ...." Nida menarik lengan Bianca. "Aku males mandi soalnya lagi bete

    Last Updated : 2025-02-08
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 178A. 21 Juli

    Yuda mendorong kursi roda Gita keluar kamar, menemui keluarga Daniel yang datang bertamu."Mamah ...." pekik Nida langsung menghampiri Gita yang baru saja masuk ke ruang tamu bersama papahnya. Nida memeluk Gita, sembari mencium punggung tangan Gita dan juga Yuda. "Aku seneng deh, Mamah udah di rumah lagi," ujar Nida riang. Yuda tersenyum bahagia melihat tingkah Nida yang manja pada Gita. Begitu pula Gita, ia tersenyum manis, mengusap punggung tangan Nida. "Alhamdulillah. Mamah gak betah tinggal di rumah sakit. Oh ya, kamu jadi tinggal di sini gak?" tanya Gita membuat senyum Nida menghilang seketika. Gadis itu tak langsung menjawab, pandangannya beralih pada Daniel yang duduk satu sofa dengan istrinya. "Nida akan tetap tinggal di rumah kami. Dia gak boleh pergi dari sana." Ucapan Daniel terdengar datar dan tegas. Nida merunduk sedih. Namira menggamit lengan Daniel agar tetap tenang. Sedangkan Bianca hanya terdiam. Gita memaksakan bibir tersenyum sembari mengusap punggung Nida. "Oh

    Last Updated : 2025-02-08
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 178B. Kenal

    Sepasang pengantin baru itu terlihat sangat bahagia. Ferry masih tak menyangka kalau ia bisa menikah dengan seorang wanita yang masih p3r4wan. Rasanya sungguh berbeda. N1kmatnya pun sangat berbeda. Berbeda dari kedua istri Ferry sebelumnya. Bahkan hari ini, Ferry masih cuti, tidak berangkat kerja karena masih enggan meninggalkan Tina sendirian di rumah. Sejak kemarin sore, mereka memadu kasih. Ferry begitu mencintai Tina, pun Tina ... begitu mencintai Ferry."Sayang, nyuci sprey-nya belum selesai?" tanya Ferry menghampiri Tina yang tengah menggosok-gosok bercak d4rah di sprey tersebut. Dia agak kesulitan karena bercak darah sudah mengering. "Belum, Mas. Sebentar, ya?" jawab Tina agak kesusahan menghilangkan noda itu. "Belum bisa hilang ya nodanya?" tanya Ferry menghampiri sang istri. Menelisik bercak darah tersebut. "Belum. Mungkin karena enggak cepat-cepat langsung dicuci, jadi mengering," jawab Tina yang masih berusaha menggosokkan noda darah tersebut. "Sudah, biarin saja. Sekar

    Last Updated : 2025-02-08
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 179A. Penyebab

    "Iya, Mas. Apa kamu kenal dekat dengannya?" Tina sangat bahagia jika Ferry benar-benar mengenal lelaki itu meskipun nantinya Tina akan diakui sebagai anak atau tidak. Paling tidak, ia bisa bertemu dengan ayah biologisnya. "Kenal dekat gak. Tapi, pernah lihat dan kenalan. Nanti kalau udah di Surabaya, kita cari tau alamat ini. Semoga saja kamu bisa bertemu dengannya.""Aamiin."Tiba-tiba terdengar suara pintu diketuk. Ferry dan Tina menoleh ke arah pintu. "Aku bukain pintu dulu, Mas.""Jangan. Biar aku aja!" cegah Ferry. Tidak ingin istrinya yang membuka pintu. Ia takut kalau yang datang bukan orang yang baik, justru orang j4hat. "Assalamualaikum."Seorang bapak-bapak yang tak asing bagi Ferry berdiri di depan mata. "Waalaikumsalam. Pak Haji, ya? Pak Haji pemilik toko di depan rumah Mutiara kan?" Ferry mengenal Pak Haji. Tetapi lelaki berpeci putih itu tampal tidak terlalu mengenal Ferry. "Iya. Mas kenal saya?""Kenal, Pak Haji. Mungkin Pak Haji gak terlalu ngeuh sama saya. Oh ya,

    Last Updated : 2025-02-09
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 179B. Lihat Saja!

    "Pa Haji, mohon maaf sebelumnya. Bukan saya ingin mengumbar aib bapak sendiri. Tapi, perbuatan dia pada istri saya melebihi perbuatan Ibl1s. Coba Pak Haji pikirkan, menantunya sendiri mau dip3rkos4, Pak Haji!" Penuh luapan emosi, Ferry mengungkapkan perbuatan buruk Darmantyo. Sontak Pak Haji terkejut. "Astaghfirullah ... jadi ...." Pak Haji tak menyangka kalau perbuatan Darmantyo sangat b3jat. "Alhamdulillah, ada warga yang mendengar teriakan istri saya. Belum sempat dia melakukan aksi b3jatnya, warga datang dan menginjak al4t kel3minnya.""Astaghirullahalazhim ... saya bener-bener gak nyangka kalau Pak Dar seperti itu. Kayaknya emang bener, Mas. Kalau Pak Dar sedang dihukum Allah. Baguslah, sekarang burungnya dipotong. Dengan begitu, dia gak akan berbuat j4hat lagi." Pak Haji ikutan geram mendengar cerita yang disampaikan Ferry tentang kelakuan b3j4t Darmantyo. "Memangnya Pak Haji disuruh apa ama dia sampai mencari saya?" "Dia nyuruh Mas Ferry menjenguknya. Kalau masalah administ

    Last Updated : 2025-02-09
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 180A. Maaf

    "Nida, kamu kan gak bawa baju ganti. Nanti kalau mau ganti baju, mau pake baju Evan?" celetuk Bianca pada Nida yang sudah berdiri di dekat Gita, Yuda dan Evan. Dia masih tidak ingin kalau Nida tinggal satu rumah dengan Gita. Bianca belum seratus persen percaya kalau Gita sikapnya berubah. Nida cemberut, baru ingat kalau dirinya belum bawa baju ganti. "Udah gak apa-apa, nanti Om suruh Pak Joko yang nganterin ke sini."Senyum Nida langsung sumringah, hatinya sangat bahagia karena Daniel menyetujui dirinya menginap di rumah Yuda. "Makasih banyak, Om.""Iya, sama-sama. Ibu Gita, saya titip keponakan saya," kata Daniel tegas. Gita mengulas senyum tipis, menganggukkan kepala seraya berucap, "Iya, Pak Daniel. Saya akan menjaga Nida seperti anak saya sendiri," ucap Gita berusaha meyakinkan Daniel dan yang lainnya. Namun tidak bagi Bianca. Gadis itu masih tidak percaya dengan calon ibu mertuanya. "Baik, terima kasih. Kami pamit pulang, assalamualaikum.""Waalaikumsalam."****"Pah, kenap

    Last Updated : 2025-02-09

Latest chapter

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 381. Entah

    "Kamu enggak takut dimarahin kak Bianca kalau nginap di sini?" tanya Nida ketika Axel mengutarakan maksudnya ingin menginap di rumahnya. Mereka malam ini duduk di samping rumah dekat kolam ikan. Beraneka jenis ikan koi terlihat cantik di dalam kolam. "Enggak takut sama sekali. Biarin ajalah. Sekarang aku dan Lea udah biasa dimarahin mama," jawab Axel santai. Pandangannya tertuju ke depan. Pikirannya entah ada di mana. Nida menoleh, memerhatikan keponakannya dari samping. Nida mengubah posisi duduk, lebih menghadap Axel. "Kamu kenapa, Xel? Lagi ada masalah?" telisik Nida penasaran. Axel menoleh sejenak, lalu mengalihkan pandangan lurus ke depan. Tampak berpikir, tidak langsung menjawab. Tiap hari Axel berusaha menutupi rasa rindu dan gelisah pada Cassandra, cinta pertamanya. Hampir satu Minggu mereka tak saling komunikasi. Bagi Axel, satu Minggu bagai sewindu. Sangat menyiksa. "Bukan masalah sama orang lain tapi masalah sama diri sendiri," ucap Axel. Setelahnya mengangkat secangkir

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 380. Sangat Baik

    "Terima kasih, Xel. Tante mau ke kamar dulu." Semua orang tahu dari sorot mata Nida terdapat kesedihan. Axel menghela napas berat, pandangannya beralih pada Haifa yang tengah memeluk anak semata wayangnya. "Mbak Haifa?" Panggilan Axel membuat Haifa mendongak. "Iya, Axel." Haifa mengenal Axel hanya saja mereka tidak terlalu akrab. "Kenapa Mbak memilih tinggal di sini? Tante Nida dengan om Hanif udah cerai?" tanya Axel tanpa berbasa-basi. Ia tahu, mungkin Haifa agak tersinggung dengan pertanyaan. "Mbak Haifa maaf, sebaiknya Mbak istirahat dulu. Mbak Haifa pasti capek 'kan?"Terpaksa, Rina menyela obrolan antara Axel dan Haifa. Rina hanya tak mau Axel terlalu ikut campur dalam masalah rumah tangga orang lain. "Iya nih. Mbak capek banget. Mbak Tina, terima kasih banyak udah jagaian Rafa. Maaf ya, kalau Rafa nakal," ujar Haifa tak enak hati pada Tina yang seharian sudah menjaga anak semata wayangnya. "Alhamdulillah Rafa baik. Enggak nakal," timpal Tina tersenyum ramah. "Hm ... kal

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 379. Diusir

    "Siapa yang datang, Rin?"Pertanyaan Axel dari dalam rumah mengalihkan pandangan Rina. Ia menoleh ke belakang. "I-Ini ada orang yang namanya mas Rangga. Katanya pengen ketemu mbak Nida," jawab Rina agak kaku karena merasa risih dengan tatapan Rangga. Rina bernapas lega setelah Axel menghadapi lelaki yang baru dilihatnya. "Iya. Namaku Rangga. Mbak Nida udah pulang kan?""Belum. Tante Nida belum pulang."Rina bergegas masuk ke dalam. Membiarkan Axel yang menemui lelaki itu. Tiba di dapur, Rina langsung menghubungi Nida, membertahu tentang kedatangan Rangga. Hati Rina berfirasat jika lelaki itu bukan orang baik. "Kalau begitu, aku akan menunggunya.""Eh, Anda ini emangnya siapa?" tanya Axel datar. Rangga mendelik, mengulurkan sebelah tangan. "Aku Rangga, suaminya Haifa."Uluran tangan Rangga tidak disambut Axel. Kening Axel justru mengkerut. "Haifa? Haifa adik kandung om Hanif?" Dugaan Axel membuat Rangga tersenyum. "Betul sekali." Sangat antusias, Rangga menjawab dugaan bocah bela

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 378. Kedatangan yang Tak Diharapkan

    Tiba di rumah setelah mengganti seragam sekolah, Alea keluar kamar, mengetuk pintu kamar kembarannya. "Ada apa?" tanya Axel dingin. "Kita berangkat ke rumah tante Nida sekarang aja, Kak. Kalau nanti malam, pasti dilarang sama mama. Gimana?" ujar Alea berbinar. Senyum tampak di raut wajah. "Tunggu sebentar. Aku mau ambil kunci mobil dan surat pengadilan.""Siap! Aku nunggu di depan ya, Kak?""Iya."Alea menuruni anak tangga. Hatinya sangat bahagia diajak Axel ke rumah Nida. Di sana dia bisa bercerita banyak hal. Nida adalah pendengar setia. Ia juga sering kali menenangkan hati Alea dan Axel ketika mereka dihadapkan masalah.Tak berselang lama, Axel keluar rumah mengenakan hoodie. Masuk ke dalam mobil, duduk di balik kemudi. Alea duduk di samping Axel. Mereka memutuskan menginap di rumah Nida tanpa izin lebih dulu pada Bianca. Jika meminta izin, pastilah dilarang. "Kak, sambil nungguin tante Nida pulang dari kantor, kita jalan-jalan dulu, yuk! Aku pengen beli skin care di Mall. Mau

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 377. Surat Pengadilan

    Usai mandi, Hanifa bergegas keluar rumah membeli pakaian untuk sang suami. Saat hendak menuju pintu depan, langkah kaki Hanifa terhenti mendengar panggilan dari kakak iparnya. "Kamu mau kemana?" tanya Friska memandang penampilan Hanifa dari ujung rambut hingga ujung kaki. "Aku mau ke pasar dulu. Mau beli pakaian buat mas Tedi. Pakaiannya ketinggalan di rumah lama. Tadi kata mas Tedi, rumah itu udah enggak boleh dimasukin lagi," jawab Hanifa, menjelaskan tujuannya. "Oh ya udah. Jangan lama-lama!""Iya, Mbak."Hanifa pergi ke pasar naik ojek online, hemat biaya dan lebih cepat. Tidak berselang lama, Hanifa telah kembali ke rumah. Setengah berlari menuju kamarnya. Tedi pasti sedang menunggu. Membuka pintu kamar, terlihat Tedi sedang duduk di kursi yang menghadap ke jendela luar. "Mas, ini pakaiannya! Kamu cepat ganti pakaian, ya?" ucap Hanifa menyodorkan plastik hitam yang ada di tangan. Tedi tak langsung menerima, ia memerhatikan pakaian yang ada di dalam plastik. "Kamu beli pakai

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 376. Beli Yang Baru

    Hanifa mengendus diri sendiri. Ternyata benar yang dikatakan Tedi. Tubuhnya sangat bau keringat. Hanifa meringis, menunjukkan raut wajah mengenaskan. "Maaf, Mas. Sebenarnya aku udah mandi tapi tadi aku disuruh nyapu, ngepel sama mbak Friska. Kamu bayangin saja, aku harus nyapu dan ngepel rumah sebesar itu. Makanya ... badanku bau keringat. Tapi, aku mau mandi lagi. Sekarang Mas masuk dulu, yuk! Mas belum makan kan?" jelas Hanifa tersenyum manis di depan sang suami. Tedi menganggukkan kepala. "Kamu buka gerbangnya. Aku mau masukin mobil.""Siap, Mas."Hanifa mendorong gerbang rumah Friska yang menjulang tinggi. Melihat penampilan sang istri, Tedi sangat merasa malu. Hanifa hari ini benar-benar seperti pembantu. Wajah kucel, pakaian kumal. Kendaraan yang ditumpangi Tedi sudah memasuki halaman luas rumah Friska. Lelaki itu turun, berjalan agak menjauh dari istrinya. "Siapa yang datang, Nifa?" tanya Friska saat terdengar suara langkah kaki. "Suami aku, Mbak. Mas Tedi udah datang," ja

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 375. Bau

    Setelah mengambil pakaian di rumah ibu Ros, Rangga dipaksa segera pergi dari area itu oleh orang-orang utusan Bank. Mulai hari ini, tidak ada lagi yang boleh memasuki rumah tersebut. Rencananya Minggu yang akan datang, rumah Ibu Ros akan dilelang. "Argh, sialan! Pake disita segala lagi! Semua ini gara-gara mbak Hanifa dan mas Tedi. Dua manusia bodoh! Bisa-bisanya dia enggak setor ke Bank sampe enam bulan. Enggak ada otak! Padahal tiap bulan, aku tau banget mbak Nida selalu kirim uang buat nyetorin pinjamannya. Eh malah enggak disetorin. Kemanain duitnya?" gerutu Rangga di luar gerbang. Baru saja ia hendak pergi, mobil yang ditumpangi Tedi datang. "Rangga!" Panggilan Tedi membuat Rangga menghela napas berat. Rangga langsung menunjukan raut wajah merengut. Hatinya sangat marah pada kakak iparnya itu. Kalau sudah begini, mau tinggal di mana? Di rumah si Yati sangat sempit. Yati adalah selingkuhan Rangga yang paling disayang. Wanita penghibur di salah satu tempat karaoke. Wanita yang se

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 374. Bodo Amat

    "Astghfirullah, Kak. Kok malah mikir gitu? Aku enggak ada niat sedikitpun balikan lagi ke mas Hanif lagipula dia udah mendaftarkan proses perceraian kami di pengadilan Agama. Tinggal menunggu jadwal sidangnya saja," elak Nida tegas. Bianca belum tahu cerita yang menimpa keluarga Hanif. Rumah yang ditempati ibu Ros dan kedua anak gadisnya telah disita oleh pihak Bank. Mendengar jawaban Nida, Bianca tersenyum miring. Meletakkan kedua lengan di atas meja. Menatap lekat Nida. "Baguslah kalau kamu enggak ada niat balikan lagi sama dia. Aku muak lihat Hanif dan keluarganya. Termasuk si Haifa itu. Mau ngapain dia kerja di sini?" Bianca masih tak terima akan kehadiran anak bungsu Ibu Ros di perusahaannya. "Tempat tinggalnya disita Bank gara-gara Hanifa enggak bayar pinjaman selama enam bulan." Akhirnya alasan Nida menerima Haifa bekerja jadi asistennya terungkap. Bianca terkejut. Kedua alis Bianca terangkat, matanya membeliak. "Owh, jadi sekarang mereka jatuh miskin?" Bianca bertanya ant

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 373. Niat Balikan

    Tiba di kantor, Haifa tampak ragu turun dari mobil. Ia takut jika bertemu dengan Bianca dan Evan. Haifa tahu pemilik perusahaan ini adalah Bianca. Wanita yang kerap kali ketus pada keluarganya. Nida menoleh pada Haifa."Fa, kenapa bengong? Ayok turun!" tegur Nida pada wanita yang duduk di sampingnya. Haifa tergagap, menelan saliva. "Aku takut, Mbak. Takut Mbak Bianca marah lihat aku kerja," jawab Haifa apa adanya. Senyum Nida terlihat, mengusap bahu mantan adik iparnya. "Kamu tenang aja. Dia enggak akan marah. Orang kami emang lagi butuh karyawan baru soalnya aku merangkap kerjaan mama Shella. Udah kamu tenang aja. Ayok turun!" ajak Nida membuka setbealt. Mereka berjalan beriringan. Namun, Haifa berjalan agak belakang dari Nida. Dia malu jika mensejajarkan diri di samping Nida. Baru saja hendak masuk lift, mereka berpapasan dengan Bianca. Sontak, Bianca menelisik Haifa dari ujung kepala hingga ujung kaki. "Dia Haifa, Kak. Mantan adik iparku," ujar Nida tanpa menunggu ditanya Bianc

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status