Share

Part 19

Duduk di halaman rumah sakit, terus menatap lalu lalang kendaraan yang melintas. Pusing memikirkan biaya pengobatan Rafika yang terus saja membengkak, sementara dia tidak kunjung membuka mata. Benar-benar menyusahkan saja. 

Kalau bukan adik satu-satunya, sudah kubiarkan dokter mencabut alat-alat yang menempel di tubuhnya, membiarkan dia pergi agar tidak menjadi beban yang masih hidup. 

Sudah nganggur, biaya rumah sakit tidak ditanggung pemerintah, apalagi pacar Rafika yang menghamilinya. Entah seperti apa laki-laki itu. 

"Zis, dipanggil Ibu. Fika siuman!" Mbak Zalfa menepuk kasar pundakku. 

"Duh, akhirnya siuman juga," jawabku seraya beranjak dari kursi besi kemudian berjalan mengekor di belakang Mbak Zalfa.

"Kamu koma lama banget sih, Fik. sudah hampir sebulan tahu nggak kamu berada di rumah sakit. Sudah berapa banyak uang yang Mas keluarkan hanya untuk membi

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status