LOGINPesta pernikahan berakhir di jam dua belas siang. Semua tamu undangan juga telah meninggalkan gedung pernikahan. Hanya keluarga dari kedua mempelai yang masih berbincang di dalam gedung pernikahan.
Sedangkan kedua mempelai telah berada di dalam ruangan penata rias. Di dalam ruang mereka hanya diam. Hingga Erhan memulai pembicaraan lebih dulu. "Untuk sementara kamu bisa tinggal di apartemenku. Nanti aku akan minta seseorang membeli rumah pernikahan." Mengambil satu batang rokok. Tapi tidak menyalakannya hanya di putar berulang kali di antara jari-jari tangan. "Tidak perlu. Aku tahu paman kecil menyetujui pernikahan ini karena paksaan keluarga." Menatap kearah pria di ujung ruangan bagian kanan. "Besok aku akan menyiapkan surat perceraian untuk mengakhiri pernikahan ini." Yeshi menatap dengan perasaan tidak enak. Mendengar itu Erhan langsung menatap kearah wanita berbalutkan gaun pengantin. "Tunggu sampai semua tenang. Jika kita langsung bercerai Ibu pasti akan membunuhku." Pemantik elektrik berwarna abu-abu di keluarkan dari saku celananya. Tokkk... Suara ketukan terdengar. "Masuk." Ethan memberikan tanggapan. Bawahnya pria itu masuk kedalam ruangan membawa baju ganti. "Bos." Meletakkan baju di atas sofa. Erhan bangkit. "Carikan apartemen yang berada di tengah perkotaan. Juga kediaman dengan taman. Keduanya harus berada lebih dekat dari tempat kerja Istriku." Tekk... Penutup pematik di buka. Satu gesekan kecil membuat nyala api berwarna biru. Ujung rokok di sulutkan. Satu hirupan membuat kepulan asap rokok langsung menyebar membuahi ruangan. Yeshi segara mengalihkan pandangannya. Mencoba menahan bau rokok dan asap yang menyengat. "Baik," jawab bawahan itu dengan mengangguk pelan. Erhan menatap kearah Istrinya. "Alihkan pandanganmu. Aku harus berganti baju." Mendengar itu Yeshi dengan cepat membalikkan tubuhnya memunggungi suaminya juga pengawal pribadinya. Hanya membutuhkan waktu lima menit, saja Erhan sudah siap dengan baju baru berwarna hitam polos di padukan dengan jaket bomber dengan warna yang sama. "Antar Nyonya muda kerumah tua. Oh iya, pastikan pernikahan ini tidak di ketahui orang luar. Kunci semua informasi," ujar Ethan sebelum melangkah pergi keluar dari ruangan. Hanya kepulan asap rokok miliknya yang masih tertinggal. "Nyonya muda, silakan." Pengawal itu membukakan pintu. Yeshi keluar dengan gaun pengantin yang masih melekat di tubuhnya. Hak sepatu terdengar nyaring di saat pantulan suara menyusuri lorong gedung pernikahan. Di sepanjang jalur yang ia lalui. Ada setidaknya enam ruangan khusus yang di gunakan untuk acara pernikahan. Dan semua ruangan itu telah penuh. Beberapa saat sebelum dia melangkah keluar dari gedung itu. Tatapannya tertuju pada dua mempelai pria dan wanita yang baru saja keluar dari dalam mobil. Senyuman mereka terlihat sangat indah seperti seluruh kebahagiaan tengah mereka rasakan. Senyuman tipis mengembang di antara bibir wanita itu sebelum melanjutkan langkahnya lebih cepat. Ingatannya ditarik kembali menuju ketempat rasa sakit itu di mulai. Tarikan napasnya sangat dalam juga berat. "Sepertinya rasa sakit ini akan sulit di singkirkan." Dia di arahkan menuju mobil Hyundai Santa Fe berwarna hitam. "Nyonya muda." Pintu mobil di buka. Yeshi masuk perlahan sembari menata gaunnya. Sepanjang perjalanan dia masih mengingat jelas ciuman yang ia lakukan. Dia menatap wajahnya dari pantulan kaca mobil. 'Yeshi, apa yang kamu lakukan. Kenapa kamu harus menciumnya lebih dulu.' Memejamkan matanya merasa semua rasa malu telah menelan dirinya. Setelah kembali tenang, wanita itu menyandarkan tubuhnya. Dia melihat gedung-gedung bertingkat tinggi. Jalanan yang hampir tidak memiliki ruang untuk pergerakan mobil dan sepeda montor. Dengan perlahan mobil melaju membawa dirinya pergi cukup jauh dari pusat keramaian kota. Jalur yang ramai menjadi sangat lenggang. Dari perkotaan dengan gedung-gedung menjulang menjadi jalur hutan. Perjalanan memakan waktu dua jam. Hingga sampai di salah satu jalur kecil yang hanya muat untuk dua mobil. Gerbang besar cukup tua dengan tanaman merambat terbuka secara otomatis sebelum mobil sampai. Pepohonan tertanam rapi di sepanjang jalur menuju kesebuah rumah tua berlantai dua. Baru saja mobil berhenti empat pengawal telah siap menanti kedatangan Nyonya muda kediaman itu. Pintu mobil di buka. Yeshi keluar dari mobil dengan mengangkat gaunnya takut air yang menggenang di tanah mengenainya. Sepertinya hujan baru saja membasahi tempat itu. "Nyonya muda." Semua pengawal memberikan hormat dengan menundukkan kepala mereka. Pengawal yang telah menemaninya sedari awal mendekat. "Nyonya muda, saya Zuan. Saya yang akan memberikan pengaturan awal untuk kenyamanan anda tinggal di disini. Sore ini, para pelayan wanita baru akan sampai setelah penandatanganan prosedur resminya. Saya harap anda tidak keberatan." "Kamu menyewa jasa pelayan kediaman?" Tanya Yeshi. "Ya. Semua ini atas perintah dari Tuan muda," jelas Zuan. "Silakan, saya akan mengantarkan anda masuk kedalam kediaman." Yeshi melangkah masuk kedalam kediaman dengan nuansa sederhana namun tetap dengan kesan kemewahan. Beberapa barang antik terpajang di setiap sudut rumah. Lampu-lampu kaca seperti kristal yang tergantung di langit-langit ruangan tamu. Di ujung ruangan terdalam, dua tanduk rusa terpajang di dinding. Tepat di bawahnya terdapat vas bunga cantik berwarna putih susu dengan lukisan bunga berwarna biru laut. Pria tua keluar dari salah satu pintu yang ada di sana. Senyumannya terlihat sangat hangat. Dengan sopan dia berkata, "Nyonya muda, selamat datang di kediaman tua keluarga Maverick." "Terima kasih atas sambutannya." Wanita itu memberikan anggukan kecil. "Pak tua Zack, aku serahkan Nyonya muda kepadamu. Masih ada yang harus aku kerjakan di luar," kata Zuan. Kepalanya menunduk untuk beberapa detik sebagai tanda hormat kepada Nyonya mudanya. Setelahnya dia melangkah pergi. "Nyonya muda, silakan." Pak tua Zack mengantar Nyonya muda kediaman itu menuju kamar pribadinya. Yang telah di siapkan di lantai dua. "Jika anda membutuhkan sesuatu segera kabari saya." Memberikan HT/Handy Talkie (atau Handie-Talkie), yang merupakan alat komunikasi portabel dua arah yang menggunakan gelombang radio untuk mengirimkan suara secara nirkabel. "Kediaman tua ini sangat luas. Kami biasanya menggunakan alat ini untuk berkomunikasi agar lebih nyaman. Dan dapat segera memberikan tanggapan tercepat," jelas Pak tua Zack. "Baik." Yeshi mengambil HT itu dari tangan pria tua di depannya. "Saya akan meminta pelayan untuk memindahkan barang anda." "Baik." Yeshi masuk kedalam kamar. Dan Pak tua Zack segera memerintahkan dua pelayan pria untuk membawa koper yang berisi semua keperluan Nyonya mudanya dari dalam bagasi mobil. Hanya butuh beberapa menit saja semua barang wanita itu telah di letakkan di dalam kamar. Pak tua Zack juga segara memberikan hormat lalu pergi dari ruangan pribadi Nyonya mudanya. Di dalam kamar Yeshi berdiri tepat di samping jendela. Dia menatap kearah luar. Kediaman itu benar-benar sangat luas. Dengan batas pandangan tertutupi hutan yang cukup lebat. Di saat dia memalingkan wajahnya. Tatapan matanya langsung tertuju pada bayangan dirinya di pantulan cermin yang masih mengenakan gaun pengantin. "Aku benar-benar menikah. Menikah dengan paman kecil. Huh... Ini masih seperti mimpi. Bagaimana aku harus menghadapinya?" Dia mundur berapa langkah lalu menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur.Di dalam mobil yang melaju kencang Wanita itu hanya bisa diam dengan tubuh bergetar. Dalam hatinya hanya berharap Paman kecilnya segara datang membantu dirinya lepas dari genggaman pria itu."Aaaa..." Pria yang tengah memegang kendali mobil kehilangan kendali. Tangan kirinya menekan kepalanya. "Data, data, data..."Dia terus mengulangi kata yang sama sepanjang perjalanan.Di menit berikutnya pria itu memperhatikan wanita di sampingnya. "Kamu harus menyimpan datanya. Jangan sampai ada orang yang mengetahui keberadaan data itu."Yeshi memperhatikan dengan air mata yang terus mengalir."Aku tidak akan membunuhmu. Hanya kamu satu-satunya orang yang dapat menerima data itu." Kedua mata itu sangat menakutkan. "Cari benda tajam." Suara-suara aneh terus saja berdatangan tanpa henti. Membuat isi kepala pria itu terasa hampir meledak. "Cepat."Dengan tangan yang masih terikat. Yeshi mencari benda tajam yang bisa dia berikan kepada pria itu. Dia menemukan cutter kecil di samping tempat duduknya.
Saat malam hari kediaman itu menjadi sangat sunyi. Hanya suara hewan malam yang terdengar saling bersautan.Tokk...Suara ketukan pintu terdengar.Yeshi bangkit dari atas tempat tidur meletakkan laptop yang ada di pangkuannya. "Tunggu sebentar." Dia berjalan menuju pintu. Saat dia membuka pintu itu Pak Tua Zack sudah berdiri di hadapannya."Nyonya muda, makan malam sudah siap."Yeshi keluar dengan baju casual.Di meja makan dua puluh lauk berbeda ada di atasnya."Paman Zack, apa Paman kecil sudah pulang?" Tanya Yeshi."Tuan muda masih ada banyak pekerjaan di luar. Mungkin malam ini tidak bisa kembali," ujar Pak tua Zack."Lalu, semua makanan ini?" Menatap semua makanan yang ada di depannya."Untuk anda."Jawaban sederhana dari Pak tua Zack membuat wanita itu menelan ludah kecut di tenggorokannya. Pandangan matanya teralihkan menuju pria tua di samping meja. "Paman Zack, aku tidak mungkin menghabiskan semua ini.""Tidak masalah. Nyonya bisa mengambil secukupnya," saut pria tua itu."La
Pesta pernikahan berakhir di jam dua belas siang. Semua tamu undangan juga telah meninggalkan gedung pernikahan. Hanya keluarga dari kedua mempelai yang masih berbincang di dalam gedung pernikahan.Sedangkan kedua mempelai telah berada di dalam ruangan penata rias.Di dalam ruang mereka hanya diam. Hingga Erhan memulai pembicaraan lebih dulu. "Untuk sementara kamu bisa tinggal di apartemenku. Nanti aku akan minta seseorang membeli rumah pernikahan." Mengambil satu batang rokok. Tapi tidak menyalakannya hanya di putar berulang kali di antara jari-jari tangan."Tidak perlu. Aku tahu paman kecil menyetujui pernikahan ini karena paksaan keluarga." Menatap kearah pria di ujung ruangan bagian kanan. "Besok aku akan menyiapkan surat perceraian untuk mengakhiri pernikahan ini." Yeshi menatap dengan perasaan tidak enak.Mendengar itu Erhan langsung menatap kearah wanita berbalutkan gaun pengantin. "Tunggu sampai semua tenang. Jika kita langsung bercerai Ibu pasti akan membunuhku."Pemantik ele
Arga di seret keluar dari ruangan itu.Melihat dirinya sudah aman Yeshi justru merasakan kakinya sangat lemas. Saat dia hampir pingsan Ethan langsung menahan tubuhnya. Wanita itu di arahkan untuk duduk di kursi.Nyonya Ayas segara memeluk putrinya."Kakak pertama, sebenarnya apa yang terjadi?" Tuan Hazhi mencoba meluruskan masalah yang tidak mereka mengerti.Pintu ruangan di tutup rapat. Tidak mengizinkan orang luar masuk kedalam.Tuan Danu menceritakan semua masalah yang terjadi kepada adik sepupunya tanpa terlewat."Bocah itu memang layak mati," ujar Tuan Hazhi menggertakkan giginya. Dia menatap kearah kakak sepupunya. "Tapi tidak mungkin juga kalian membiarkan Yeshi duduk di pelaminan seorang diri.""Sebentar lagi acara akan di mulai. Ibu juga tengah menyaksikan melalui kamera yang telah di pasang di aula utama. Jika pesta gagal kami takut keadaan Ibu menjadi semakin buruk." Tuan Danu menekan kepalanya."Bukankah kakak juga masih lajang. Kenapa tidak dia saja yang menggantikan memp
Pernikahan yang seharusnya di langsungkan dua minggu lagi. Kini Yeshi harus melakukan pengaturan ulang. Memberikan biaya tambahan kepada Wedding organizer (WO). Yaitu penyedia jasa profesional yang membantu calon pengantin dalam merencanakan, mengatur, dan melaksanakan acara pernikahan.Karena pihak Wedding organizer juga hanya memiliki waktu kosong di tanggal dua belas. Tiga hari dari waktu pemberitahuan. Yeshi dan kedua orangtuanya tetep menyetujui pengaturan itu. Di hari itu juga mereka semua langsung menyebarkan undangan yang telah disimpan. Mereka melakukannya seperti pengaturan awal. Agar Nenek Anin tidak curiga.Acara mendadak itu tentu saja membuat semua orang merasa bingung. Namun juga ikut senang karena pernikahan di segerakan.Hari-H pernikahan.Di salah satu ruang rias khusus untuk kedua mempelai yang ada di gedung pernikahan. Yeshi menatap diam di depan cermin cukup besar. Dia menarik napas berulang kali. Mencoba mengatur emosi dan perasaannya. Senyuman indah yang coba ia
Yeshi meraih botol kaca yang ada di dekatnya.Pranggg...Botol di hantamkan kuat kearah kepala Arga."Arhhh..." Pria itu menekan rasa sakit di kepalanya. Seketika dia melepaskan cengkeraman tangannya.Darah mengalir dari bekas hantaman."Pergi..." Ujung lancip pecahan botol di tekan di lehernya. "Lebih baik aku mati. Dari pada harus menyerahkan kesucianku kepadamu." Tangannya bergetar. Tangis tidak lagi dapat di tahan. Rasa takut telah menyelimutinya. "Pergi, atau kita mati bersama..." Yeshi berteriak lebih kuat.Arga terus menekan kepalanya. Darah terus mengalir dari celah jari jemarinya. "Shishi, aku sangat mencintaimu. Tidak akan aku biarkan kamu lepas begitu saja." Dia berjalan pergi dari rumah itu.Yeshi berlari menuju kepintu. Dengan tangan bergetar dia segara mengganti sandi akses masuk kerumahnya. Dia jatuh terduduk di lantai."Aaaaaaa..." Tangisannya pecah.Hatinya terluka sangat dalam oleh pria yang ia telah percayai. Dan ingin ia serahkan seluruh masa depannya kepadanya. Se







