Share

Pertemuan Kedua

Author: Erna Azura
last update Last Updated: 2024-12-24 12:54:49

PERTEMUAN KEDUA

DIAN BALLROOM, HOTEL RAFFLES JAKARTA

Baby Shower putri pertama Kenzo Maverick.

Sean memisahkan diri dari keluarganya, tadi ia pamit untuk mencari minuman.

Sesungguhnya bukan minuman yang Sean cari tapi seorang gadis.

Sean sudah belajar bahasa Indonesia selama setahun, ia sangat bertekad mendapat istri seorang wanita asli Indonesia.

Ia jatuh cinta pada kecantikan wanita Indonesia setelah bertemu Jillian dan Laura meski mereka adalah blasteran.

Sekedar memberitau, Jillian adalah istri dari Kenzo Maverick-adik tiri Sean dan Laura adalah ibu tiri Sean.

Augusta Maverick menikahi Laura-cinta sejatinya tahun lalu.

Sean ingin anak-anaknya secantik Laura dan Jillian bila nanti ia menikahi wanita Indonesia.

Satu gelas minuman berada di genggaman Sean, pria itu berjalan pelan sendirian mengitari venue dengan matanya bergerilya mencari mangsa.

Sean terlalu fokus menoleh ke samping sampai tidak memperhatikan keadaan di depannya.

Bugh!

"Yaaaah ...." Seorang gadis mengesah.

Sean baru saja menabrak gadis itu dan menumpahkan minuman di bagian dadanya.

"Maaf ... aku tidak sengaja," kata Sean menggunakan bahasa Indonesia, pria itu refleks mengusap dada sang gadis yang terkena tumpahan minuman dari gelas miliknya.

Gadis itu mendongak, menatap Sean tajam penuh amarah dan kebencian setelah menghela kasar tangan Sean dari dadanya.

Tunggu, sepertinya Sean pernah mendapat tatapan itu sebelumnya.

Tapi kapan?

Dan di mana?

"Kamu?" Gadis itu menunjuk Sean, bola matanya seperti berapi dan tampaknya sebentar lagi mulutnya juga akan mengeluarkan api untuk menyembur Sean.

Sean ingat sekarang, gadis itu adalah putri dari klien bisnisnya.

Setahun lalu ia pernah menumpahkan minuman juga ke dada gadis itu.

"Kam—emmmpph."

Sean membekap mulut gadis itu menggunakan tangan yang merangkul pundaknya.

Sean menyeret Shamika Princes ke luar Ballroom.

Tubuh Princes yang jauh lebih kecil membuatnya kesulitan meronta dari kungkungan Sean yang sekarang setengah mengangkat tubuh Princes agar mereka bisa secepatnya berada di luar sebelum tuan Folke melihat mereka.

Apa yang harus Sean katakan kepada klien bisnisnya kali ini?

Dua kali sudah ia menumpahkan minuman di gaun putri beliau.

"kamu mau ngapain?" bentak Princes ketika mereka sudah berada di luar Ballroom.

"Aku minta maaf, tolong jangan marah apalagi mengadu kepada tuan Folke ... aku benar-benar tidak sengaja." Sean memohon dan baru Princes sadari kalau pria bule itu fasih berbahasa Indonesia.

"Dua kali kamu menumpahkan minuman di dadaku." Princes mengangkat dua jarinya, menatap nyalang Sean yang terlihat cemas, terus-terusan melihat ke belakang.

Sean berpikir kalau tuan Folke bersama Princes datang ke pesta ini.

Dan ia ingin tahu kenapa kliennya itu bisa berada di pesta ini.

"Aku akan ganti ... aku lihat di loby hotel ini ada butik, ayo aku antar kamu ke sana."

Princes melirik arloji di tangannya, pesta sebentar lagi akan berakhir tapi ia juga tidak mungkin menggunakan gaun berlumur minuman apalagi warnanya merah sangat kontras dengan gaunnya yang berwarna broken white.

"Ya udah ... sana duluan jalan!" seru Princes ketus.

"Oke ... aku akan jalan duluan." Sean melangkah lebih dulu diikuti Princes tapi tiba-tiba berhenti sehingga Princes menabrak punggungnya.

"Kenapa berhenti?" Princes mengerang, matanya melotot, kedua tangannya terkepal di sisi tubuh.

Gadis cantik itu seakan ingin menelan Sean hidup-hidup.

"Aku minta maaf lagi, dan ini ...." Sean membuka jasnya lalu menutupi bagian dada Princes.

Tangan Princes yang tadi mengusap bagian kening kini beralih menarik jas Sean yang nyaris melorot.

Sean menggantikan tangan Princes, mengusap keningnya.

"Sakit? Maaf lagi ya?" Sean meringis.

Pria itu mencondongkan kepalanya mendekati wajah Princes.

Princes terlalu lambat menghindar hingga ia merasakan sebuah tiupan di kening.

Gadis itu pun membeku sesaat.

"Ayo ...," kata Sean menarik tangan Princes.

Jantungnya berdetak kencang, Princess jadi bingung karena debaran ini rasanya bukan diakibatkan oleh kesal melainkan ada sebuah perasaan asing yang ia sendiri tidak tahu apa namanya.

Yang pasti mampu meredam segala amarahnya kepada Sean.

"Kamu ... kenapa bisa ada di pesta Kenzo?" Sean akhirnya bertanya setelah melihat Princes lebih tenang karena sedang memilih gaun baru.

"Kamu sendiri kenapa ada di pesta pak Kenzo?" Princes malah balik bertanya, matanya fokus memindai setiap gaun yang digantung rapih seiring kakinya yang terus melangkah pelan menyusuri lorong demi lorong.

"Kenzo adikku ...."

Princes langsung berbalik menatap Sean dengan kerutan di kening.

"Dia anak dari ayahku tapi beda ibu." Sean menjelaskan.

Princes hanya menanggapi dengan membentuk mulutnya seperti huruf O.

Memutar tubuhnya dan kembali memilih gaun.

"Hey ... kamu belum menjawab pertanyaanku, kenapa bisa diundang di pesta ini?"

"Aku menemani sepupuku ... pura-pura jadi kekasihnya karena mantan tunangannya juga diundang ke pesta ini." Princes menjawab santai, masih sibuk memilih gaun.

"Jadi, tuan Folke tidak di sini?"

"Enggak ... papa di Jerman ... aku lagi liburan di sini."

"Syukurlaaaah, dan tolong jangan beritau papamu." Sean memohon.

"Jangan beritau yang mana? Yang menumpahkan minuman atau memegang dadaku?" Princes bersarkasme.

"Sekali lagi aku minta maaf atas dua-duanya dan tolong jangan beritau papamu dua hal itu."

"Hem." Princes merotasi bola mata.

"Aku mau yang ini ...." Princes mengangkat satu gaun di tangan kanannya.

"Tapi aku juga suka yang ini." Princes mengangkat gaun lain di tangan kirinya.

"Tapi yang dipakai manekin itu juga bagus." Princes mengendik ke arah manekin membuat Sean ikut menoleh ke sana.

"Aku bingung pilih yang mana." Princes mengerutkan wajahnya.

Sean yang sudah mengembalikan tatapan pada Princes mendapati mata indah gadis itu seolah berkata 'aku ingin ketiganya'.

Pria itu pun menghela napas. "Ambillah ketiganya."

"Yeaaaay, Terimakasih ... aku tidak akan mengatakannya kepada papa tapi aku ingin sepatu heels itu ... itu dan itu juga dan tas itu ... aku belum punya yang warna navy."

Princes menunjuk tiga heels sekaligus dan tas produksi dalam Negri yang terkenal hingga manca negara dan sudah tentu harganya juga fantastis.

"Hey ... kamu mau merapokku atau apa?"

Princes tersenyum sangat manis lalu melengos meminta pelayan membungkus belanjaannya dan memberi tahu kasir agar memberikan tagihannya kepada Sean.

"Hey ... emmm ...." Sean mengejar Princes yang sudah keluar dari butik dengan pakaian baru dan tangan penuh paperbag.

Sean lupa nama gadis itu. "Nona Folke."

Akhirnya Sean memanggil Princes menggunakan marga sang gadis.

"Apa?" Princes hanya menoleh sekilas tanpa menghentikan langkahnya.

Sangat tidak tahu diri sekali padahal sebanyak puluhan juta Sean menghabiskan uangnya untuk Princess.

"Bagaimana aku harus memanggilmu?"

"Kamu baru saja memanggilku."

"Tunggu sebentar." Sean mencekal tangan Princes.

Princes akhirnya menghentikan langkah.

"Siapa namamu?" Sean bertanya lagi.

"Untuk apa? Kamu hanya klien papa dan kita tidak akan bertemu lagi."

Princes menghela tangan Sean.

"Semoga kita tidak bertemu lagi." Princes melangkah cepat memasuki sebuah lift yang pintunya terbuka.

"Hey ... tunggu!" Sean tidak berhasil menyusul, pintu lift telah tertutup membawa Princes entah ke mana karena Sean yakin gadis itu tidak akan kembali ke Ballroom.

Di dalam lift, Princes tersenyum sendiri. "Sekali ... dua kali bisa dikatakan kebetulan tapi kalau sampai terjadi tiga kali, itu berarti takdir dan berarti kamu jodohku." Princes bergumam bersama sisa senyum di bibirnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Bertahan Di Sampingmu   The End

    Mansion milik keluarga Alterio yang terletak di Florida-Negara bagian Amerika Serikat tidak pernah seramai sekarang.Itu terjadi karena liburan musim panas tahun ini, keluarga Alterio dan keluarga Gunadhya kompak melakukan liburan bersama.Bisa dibayangkan bila The Gunadhya yang banyak itu berkumpul ditambah keluarga Alterio yang juga merupakan keluarga besar maka sudah bisa dipastikan Mansion dengan dua puluh kamar tersebut nyaris tidak dapat menampung mereka.Beberapa lajang harus tidur di ruang televisi atau perpustakaan yang di sulap menjadi kamar yang nyaman.Tapi keseruan bisa berkumpul bersama belum tentu bisa terulang lagi.Tahun ini banyak sekali kelahiran baik di keluarga Alterio maupun Gunadhya, jadi tangis bayi menggema hampir di seluruh ruangan."Ryleeeey!" Kanaya berseru memanggil suaminya yang entah ada di mana.Dia kelelahan mencari ayah dari Arthur itu di Mansion yang luas ini sambil menggendong sang putra yang tidak berhenti menangis."Liat Ryley enggak, Bang?" Kanay

  • Bertahan Di Sampingmu   Baby Boy

    Chapter 59 – BABY BOY "Hai," suara serak Ryley menjadi yang pertama kali Kanaya dengar begitu dia tersadar."Ry ... ley," panggil Kanaya parau."Yes babe." Ryley menggenggam tangan Kanaya erat.Kanaya mengernyit ketika perih terasa di kulit bagian perut.Dia pun melihat ke sana kemudian refleks memegang perutnya."Bayi kita ... mana bayi kita," kata Kanaya di antara tubuhnya yang lemah."Dia sedang di ruangan bayi ... kamu berhasil mengeluarkannya." "Benarkah?" Kanaya tampak tidak percaya.Ryley mengecup kening Kanaya, membungkukan tubuhnya lebih dalam untuk memeluk Kanaya."Aku pikir aku akan kehilanganmu, aku takut sekali." Ryley berbisik lirih.Kanaya malah terkekeh tapi tak ayal membalaskan pelukan suaminya."Apa benar anak kita laki-laki seperti hasil USG terakhir?" Kanaya hanya memastikan.Ryley mengurai pelukan setelah sebelumnya mengecup kening Kanaya.Dia pergi menjauh menuju pantri mengambil air minum untuk Kanaya."Aku tidak tahu, aku belum melihatnya." Ryley menyahut sei

  • Bertahan Di Sampingmu   Ibu Muda

    Karena takut kehilangan Princes lagi, Sean melengkapi setiap sudut rumahnya dengan CCTV.Dari kantor dia bisa melihat apa saja yang dilakukan Princes seharian.Dan itu kenapa juga dia selalu bisa menemukan Princes setiap pulang kerja tanpa perlu berteriak memanggilnya.Meski sibuk, Sean tidak pernah lupa untuk mengecek kondisi Princes dan bayi perempuan mereka yang diberi nama Brielle Taleigha Maverick melalui CCTV.Sean menyesal kalau hari ini dia harus lembur sehingga tiba di rumah saat malam sudah larut.Dia langsung menuju kamar utama, Sean melihat istrinya dan putri mereka sudah terlelap dengan posisi sama yang ia lihat sebelum pulang melalui aplikasi ponsel yang tersambung ke kamera CCTV kamar.Bergegas Sean pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh dan mengganti pakaian.Brielle atau Elle nama kecil panggilan kedua orangtuanya—tengah terlelap begitu pulas di samping Princes.Sean menarik selimut untuk membalut tubuh sang istri yang seharian ini sudah bekerja keras merawat p

  • Bertahan Di Sampingmu   Mommy And Daddy

    Hampir seminggu Kanaya tidak bicara dengan suaminya semenjak malam pesta pernikahan mereka, setiap kali Ryley bertanya—Kanaya tidak pernah menjawab.Dia akan menunjukkan wajah masam dan sering melempar-lempar barang untuk menunjukkan kekesalannya.Ryley harus menerima sikap Kanaya dengan lapang dada karena dia telah membuat singa betina marah.Meskipun berulang kali Ryley minta maaf dan menjelaskan alasannya bersikap kasar malam itu namun tidak ada ampun bagi Kanaya.Dia akan berprilaku seperti ini sampai suasana hatinya membaik.Bisa satu bulan, satu tahun atau mungkin sepuluh tahun.Walau mendiamkan Ryley, Kanaya tetap berbelanja menggunakan kartu kredit unlimited milik pria itu.Kanaya menghabiskan banyak uang suaminya untuk membeli pakaian, sepatu, tas, accesories, makeup sampai perhiasan.Dia berdalih kalau itu semua untuk membeli sakit hati yang ditorehkan sang suami padanya.Ryley tidak mempermasalahkan, dia senang-senang saja Kanaya menghabiskan uangnya.Dia beranggapan kalau

  • Bertahan Di Sampingmu   Overprotective

    Di pesta pernikahan yang digelar sangat mewah dan meriah di kota New Yor, Kanaya mengundang teman-temannya yang beberapa bulan lalu sempat dia jauhi.Atau lebih tepatnya dia yang mengucilkan diri dari circle anak Crazy Rich New York.Pasalnya menikah dan langsung memiliki anak tidak pernah terlintas dalam benak Kanaya apalagi menjadi rencananya.Lalu bagaimana nanti tanggapan para pria teman bercintanya di masa lalu bila mengetahui hal ini?Mereka tidak pernah diberikan kesempatan oleh Kanaya untuk menjalin hubungan asmara karena Kanaya selalu berdalih kalau dia tidak percaya akan cinta.Beruntung Kanaya menikahi seorang Konglomerat, level Ryley sangat jauh di atas para pria teman bercintanya Kanaya yang dulu.Jadi mungkin opini mereka tentang Kanaya tidak akan terlalu buruk.Mereka pasti beranggapan bahwa jelas saja Kanaya mengubah prinsipnya karena dipinang oleh Konglomerat Negri ini.Dan hal itu menjadi alasan kenapa Kanaya kembali menjalin hubungan dengan para sahabatnya.Kanaya b

  • Bertahan Di Sampingmu   Baby Shower

    "Kamu saja yang datang ... ah, tidak ... aku saja ...." Kanaya berulang kali mengatakan hal tersebut sambil mondar-mandir di kamarnya yang luas.Ryley sudah terbiasa melihat pemandangan ini jadi dia hanya bisa meluruskan kakinya di sofa kemudian bersandar nyaman dengan kedua tangan di lipat di belakang kepala. "Ryley!" seru Kanaya menghentikan langkah."Yes Babe." Ryley menegakan punggung juga menurunkan kakinya."Bantu aku memikirkan apakah aku atau kamu yang datang ke Baby shower anaknya Princes? Atau kita tidak perlu datang saja sekalian?" Kanaya menghentakan kakinya kemudian duduk menyamping di atas pangkuan Ryley.Kedua tangannya melingkar di leher Ryley namun sayangnya wajah cantik itu terus memberengut. "Bagaimana kalau kita berdua datang ... kamu dan Princes adalah sepupu, kita sudah mendapat kebahagiaan kita sendiri ... kamu tidak perlu cemburu lagi dengan Princes dan aku juga tidak akan mengungkit masa lalu kamu dengan Sean."Tentu saja Ryley bisa dengan mudah mengatakan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status