Share

EMPAT

BRAKKK!!!

Suara gebrakan meja berhasil mengagetkan seluruh siswa yang saat ini sedang serius belajar untuk ulangan harian nanti. Orang yang paling dikagetkan di sini adalah Bian dan Arya, mereka berdua langsung menatap tajam sang pelaku. Bisa dipastikan Tama adalah pelakunya!

"Lo bisa nggak, sih, tenang dikit? Belajar sono! Berisik mulu!" omel Arya pada Tama.

"Lo pada harus tahu berita terbaru!" kata Tama dengan semangat 45.

"Ye, bakat admin lambe turah lo kagak ada matinya. Kenapa lagi sekarang?"

"Ayo dong, tebak dulu apaan?"

Arya terlihat berpikir sebentar dan akhirnya mencoba menebak. "Batagor Kang Asep lagi diskon?"

Tama menggelengkan kepala yang artinya jawaban Arya salah. "Salah, ayo tebak lagi!"

"Suami Bi Eni kagak pulang lagi?" tebak Arya sekali lagi.

"Ah, si kambing! Mau lo apaan, sih? Suka ngasal nebaknya!" ucap Tama geram.

Bian yang mendengar kedua sahabatnya berdebat, hanya diam sambil memandangi buku biologinya tanpa penasaran berita apa yang akan dikatakan oleh Tama. Karena Bian yakin, beritanya pasti tidak begitu penting.

"Eh Bi, ntar aja kali belajarnya! Serius amat! Lu nebak juga dong!" suruh Tama pada Bian.

"Ogah!" kata Bian ogah-ogahan.

"Ayo dong, Tam, kasih tahu aja cepetan! Gue yang kepo nih jadinya!" kata Arya dengan gemas.

Tama menghela napas kemudian menatap Arya lekat-lekat. "Jadi, si Gerald anak IPA-3, jadi ketua tim project angkatan kita buat tahun ini. Kabarnya, sih, dia langsung ditunjuk sama Aldi, mantan ketos kita dulu. Dan …."

"Dan apaan? Cepetan!" kata Arya tidak sabar.

"Dan dia ngajak Misell buat jadi wakilnya!" jawab Tama dengan semangat.

Saat mendengar nama Misell, Bian langsung menghentikan aktivitasnya membaca buku Biologi dan langsung menengok ke arah Tama.

"Ya elah, giliran gue nyebut nama Misell, langsung deh nengok! Dari tadi ke mana aja? Gue dikacangin!" kata Tama.

"Lah, kenapa Misell yang jadi wakilnya? Kenapa nggak Aldi aja? 'Kan dia mantan ketosnya? Ya emang, sih, Misell dulu anak OSIS, tapi dia juga jarang ikut-ikut acara kaya gitu. Kerjaannya selalu di balik layar. Ya nggak, Bi?"

Bian yang mendengar kabar itu hanya diam. Biasanya, apa pun yang terjadi pada Misell, pasti gadis itu akan bercerita kepadanya. Namun, kenapa kali ini dia tidak cerita? Sehingga Bian terlihat seperti orang bodoh di depan dua sahabatnya ini. "Gue nggak tahu. Misell nggak bilang apa-apa sama gue," kata Bian pada kedua sahabatnya.

"Bi, lo yakin Gerald nggak ada maksud lain, ngajakin Misell buat jadi wakil? Lo inget 'kan, dulu dia hampir ngedeketin Misell. Tapi, gara-gara Misell keburu pacaran sama anak SMA Harapan, akhirnya nggak jadi," kata Tama memanas-manasi Bian.

Bian yang mendengar ucapan Tama, hanya diam.

Tama yang melihat respons Bian lantas langsung menyemburkan tawanya. “Lo, sih, suka sama cewek nggak langsung gas! Harus berapa cowok lagi, yang harus jadi pacar Misell, biar lo, tuh, sadar dan nyesel gara-gara cuma diem tanpa bertindak sesuatu!"

"Gue udah bilang 'kan sama kalian, kalau gue sama Misell, nggak ada apa-apa. Kita cuma sahabatan dari kecil. Udah," elak Bian.

"Alah ngaku aja deh, Bi! Malu-malu pus gitu,” timpal Arya menggoda Bian.

Lelaki itu langsung berhenti tertawa saat Bu Erni, guru biologinya sudah memasuki kelas mereka. Tama dan Arya langsung panik dan merayu Bian yang terlihat santai-santai saja.

"Mampus gue, mampus! Gue belum belajar sama sekali!"

"Sama, Bro, gue juga belum belajar apa pun! Bi, contekin kita, ya? Please."

"Dih males, makanya belajar!" tolak Bian.

"Gue biologi selalu belajar kok, bab Reproduksi Manusia doang tapi," jawab Tama dengan bangga.

Bian melihat dua sahabatnya yang sedang memelas itu, hanya tersenyum smirk. Dia terlihat sangat santai, karena Biologi adalah pelajaran yang paling ia kuasai dibandingkan dengan pelajaran yang lain. Tak heran dia selalu mendapatkan nilai sempurna dari setiap ulangan dan menjadikannya murid terbaik bidang Biologi di SMA Pelita.

*****

Bel istirahat SMA Pelita telah berbunyi beberapa saat lalu, tetapi Tama dan Arya justru menghadang teman-teman sekelasnya yang akan ke kantin demi melaksanakan misi gilanya.

"Woy! Siapa yang bolpoinnya habis? Siniin sekarang juga!" teriak Tama membuat beberapa siswa di kelasnya berjalan ke arahnya

"Nih! Cepet tobat ye, Tam," kata Ucup—salah satu anak IPA-2.

Bian yang sudah tidak sabaran melihat kelakuan dua sahabatnya itu, akhirnya memutuskan untuk pergi ke kantin terlebih dahulu, karena bisa dipastikan ia harus menunggu lima menit lagi sampai rutinitas dua manusia itu benar-benar beres. "Tam, Ya! Gue cabut duluan, ya! Nungguin lo pada bisa bikin gue mati kelaparan."

"Oke Bi, siap! Nanti kita susul. Jangan ngecengin adik kelas, ye!" teriak Tama.

Saat tiba di kantin, dia langsung memesan mie ayam serta teh poci dan memilih tempat duduk yang kosong. Tak lama setelah dia duduk dan membuka handphone-nya, tiba-tiba ada seorang murid perempuan yang belum pernah ia lihat sebelumnya sedang menghampirinya. Gadis tersebut tersenyum ke arahnya. Bisa dilihat dari warna badge nya yang berbeda, pasti anak ini adalah adik kelasnya.

"Halo, Kak Bian, ya?" tanya gadis itu.

"Iya, bener," jawab Bian.

"Halo Kak, aku Tiara anak OSIS. Boleh duduk?"

"Oke boleh, ada apa?" tanya Bian setelah Tiara duduk di depannya

"Jadi gini, Kak, aku dari Sie Seni dan Olahraga sebagai penanggung jawab ekstrakurikuler Futsal di SMA Pelita ini. Jadi buat program kepengurusan kali ini, aku akan wawancara kakak sebagai ketua tim futsal tahun lalu. Selain kakak, nanti juga ada ketua tim futsal tahun ini untuk di wawancarai. Ya, walaupun nanti waktunya nggak akan barengan karena fleksibel," jelas Tiara panjang lebar.

"Oh, jadi gitu? Oke boleh, gue bersedia " kata Bian seraya menganggukan kepalanya.

"Oke, Kak, makasih banyak, boleh minta nomor WhatsApp-nya? Biar mudah buat saling koordinasi waktu wawancaranya," tanya Tiara sambil menyodorkan handphone-nya kepada Bian.

Bian mengambil benda pipih berwarna rose gold itu dan mengetikkan nomor WhatsApp-nya di sana.

"Makasih, ya, Kak. Kalau gitu aku permisi dulu. Maaf ganggu waktu istirahatnya," pamit Tiara swmbari menampilkan senyum manisnya.

Bian hanya membalas dengan senyum tipisnya. Namun tetap saja, senyum seorang Bian akan membuat siapa saja meleleh karena senyumnya yang manis bagai gulali itu.

*****

Di sisi lain, tepatnya di kelas IPA-1 dan di waktu bersamaan pula, dua siswi ini baru akan beranjak dari bangkunya karena Pak Edy—guru matematika yang tadi mengajar— memberi tugas yang harus diselesaikan sebelum istirahat. Akibatnya kelas mereka menjadi telat istirahat.

"Sell, kantin yuk! Pak Edy nggak kira-kira kalau ngasih tugas!" ajak Salsa yang masih emosi karena Pak Edy.

"Yuk! Let's go! Gue udah laper banget," jawab Misell seraya bangkit dari bangkunya dengan semangat 45.

Saat dikoridor menuju kantin, tiba-tiba Salsa menengok ke arah Misell. "Eh Sell, beneran lo dijadiin wakil sama Gerald buat tim project angkatan kita?" tanya Salsa tiba-tiba.

Misell menghentikan langkahnya kemudian memutar tubuhnya ke arah Salsa. "Iya, tahu dari mana lo?"

Mendadak Misell membelalakkan matanya pada Salsa. "Aah, i know! Jangan-jangan lo juga diajak sama Gerald buat masuk ke tim?"

Salsa hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya dengan semangat. Melihat respon dari Salsa, membuat Misell menjerit dan langsung memeluknya.

"Asyik! Akhirnya kita bisa satu tim juga di acara sekolah!" kata Misell dengan semangat

"Seneng, sih, seneng Sell, gue bisa kecekik, nih. Jadi ke kantin nggak?" ucap Salsa yang masih ada dipelukan Misell.

Misell terkekeh sambil melepas pelukannya. Kemudian, mereka berdua melanjutkan langkahnya ke kantin, karena tidak sabar ingin segera memesan batagor Bang Asep dan mi ayam Mbak Wati yang sudah terbayang-bayang sejak pelajaran Matematika tadi.

*****

Mi ayam yang dipesan Bian, sudah tersisa setengah porsi. Namun, dua temannya itu, belum juga menampakkan batang hidungnya. Entah berapa banyak bolpoin kosong yang mereka dapatkan, hingga mereka lebih memilih menghitungnya daripada harus pergi ke kantin untuk makan.

Saat Bian sedang melanjutkan makannya, tiba-tiba ada yang menepuk pundaknya dan duduk di depannya. Di tangannya sudah ada mi ayam Mbak Wati dan disusul oleh seseorang yang membawa batagor Kang Asep di tangannya. Siapa lagi jika bukan Misell dan Salsa.

Bian hanya menghela napas kasar, karena ia pikir itu adalah Tama dan Arya yang sudah siap Bian maki habis-habisan.

"Sendirian aja, Bi? Tama sama Arya ke mana? Masih ngumpulin bolpoin kosong?" tanya Misell, saat tahu tidak ada dua orang yang biasanya selalu merecokinya.

"Hmm," jawab Bian malas-malasan.

"Manusia aneh! Kenapa, sih, mereka tuh bodoh banget!" ucap Misell gemas.

"Apaan lu, Sell, enak aja ngatain kita bego! Belum tahu aja lo gimana rencana kita nantinya.” Tiba-tiba yang sejak tadi dibicarakan muncul.

Tama dan Arya datang dengan membawa batagor dan cireng Kang Asep dengan senyum sumringah. Sepertinya mereka mengumpulkan banyak bolpoin kosong hari ini. Mereka berlima hanya diam sambil menikmati makanannya sebelum bel masuk segera berbunyi. Saat makanan mereka sudah habis, tiba-tiba Tama mengungkit kembali berita tadi pagi. "Eh Sell, emang bener ya, kalau lo dijadiin wakil sama Gerald buat project angkatan kita?" tanya Tama pada Misell.

"Iya, kenapa? Emang kalian nggak diajak?" tanya Misell.

"Mana mau si Gerald ngajak kita, Sell! Kita mah nggak ada kreatif-kreatifnya sama sekali," jawab Arya.

"Bian aja tadi sampai panas Sell, pas tahu kalau lo yang dijadiin wakil sama Gerald. Kan Gerald dulu pernah suka sama lo," sahut Tama mulai mengompor-ngompori.

"Hahaha, ngaco, deh! Mana ada Gerald suka sama gue. Gue, tuh, baru kenal kemarin. Lagian, ngapain juga Bian panas? ‘Kan Bian juga bukan siapa-siapa gue.”

"Nah, tuh, dengerin Tam, Ya! Gue sama Misell tuh cuma sahabat. Jadi nggak akan jadian, dan nggak akan ada kata cemburu di antara kita," elak Bian pada perkataan Tama dan Arya.

"Bener, tuh, kan kalian juga tahu, kalau gue tiap hari kerjaannya ribut mulu sama Bian! Gimana bisa jadian kalau kaya gitu?" kata Misell membela diri.

"Hahaha, gini ya Bi, Sell. Kata orang, mereka yang selalu bertengkar tapi tidak mengakhiri hubungannya, berarti mereka saling mencintai," kata Salsa akhirnya menimpali.

Melihat perkataan Salsa tadi membuat Bian dan Salsa sama-sama tersenyum tipis. Bahkan sangat tipis hingga tak ada yang melihatnya selain mereka berdua. Kedua nya sama-sama saling mencoba melirik untuk menatap satu sama lain.

"Alah, malu-malu meong mulu dari tadi. Gemes gue lama-lama sama kalian," ucap Arya heboh sendiri.

"Iya, jadian aja kali!" timpal Tama dengan penuh semangat.

Bian dan Misell hanya sama-sama diam. Tidak lagi membantah perkataan teman-temannya dengan sepatah kata pun. Suasana canggung tersebut, akhirnya terbuyarkan oleh bel masuk kelas, menandakan bahwa jam istirahat telah selesai. Mereka berlima, memasuki ruang kelas masing-masing yang sebenarnya kelasnya bersebelahan.

*****

tbc~

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status